Renungan Pendosa
10.8K subscribers
About Renungan Pendosa
*sᧉgαlα sᧉsυαtυ yαng αdα disini hαlαl υntυk disαvᧉ, shαrᧉ dαn rᧉp𐐫st. InsyαAllαh dicαtαt αmαl bαik 🎀🌻* *Link Chαnnᧉl ⦂* https://whatsapp.com/channel/0029Vabjt5P0rGiDoT0hgB2C *©®: s𐐫sꪱαl mᧉdꪱα ─ sαlυrαn ─ bυαtαn sᧉndꪱrꪱ*
Similar Channels
Swipe to see more
Posts
📒 *Kilas Puasa* ❁❅━━━━┉┉┈ 📝 _*Niat Puasa Ramadhan Versi Lengkap*_ ---------------------- Seperti apa redaksinya...❓❓ --<>--<>--<>--<>-- *واكمل نية صومه أن يقول الشخص: «نَوَيتُ صَوْمَ غَدٍ عَن أدَاء فَرْضِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنةِ لِلّهِ تعالى».* [محمد بن قاسم الغزي ,فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب ,page 137] Paling sempurnanya niat puasa Ramadhan yaitu seseorang mengucapkan: "Saya niat puasa besok sebab melaksanakan (pada waktunya) kewajiban Ramadhan tahun ini karena Allah ta'ala. ✿❁ ═══════ SC:Sulukuul Insan ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
📒 *Kilas Puasa* ❁❅━━━━┉┉┈ 📝 _*Niat Puasa Ramadhan Versi Minimalis*_ ---------------------- Seperti apa redaksinya...❓❓ --<>--<>--<>--<>-- *وأقلها أن يقول : نويت صوم رمضان، أو نويت الصوم عن رمضان، فلا تجب نية الغد، ولا الأداء، ولا الإضافة إلى الله تعالى، ولا تعيين السنة، فإن عينها وأخطأ : فإن كان عامداً عالماً لم يصح ؛ لتلاعبه، وإن كان ناسياً أو جاهلاً صح.* [الباجوري، ١/ ٦٣٣] Niat puasa Ramadhan yang paling minim yaitu dengan mengatakan: *"Saya niat puasa Ramadhan"*. Tidak wajib menyebutkan kata "besok", kata "Ada' (malaksanakan pada waktunya)", juga tidak wajib menyebut "karena Allah ta'ala", tidak juga menentukan tahunnya. Apabila menentukan tahunnya dan ternyata salah, jika dilakukan secara sengaja serta tahu, maka puasanya tidak sah, karena mempermainkan ibadah. Namun, apabila lupa atau tidak tahu maka puasanya tetap sah. ✿❁ ═══════ SC:Sulukuul Insan ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
Teman itu sangat mempengaruhi dirimu, maka carilah teman yang bisa mengajakmu kejalan yang benar dan lebih baik. ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
Jangan malu untuk berubah, kerana surga dipenuhi oleh bekas pendosa yang bertaubat. ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
❝ Mari jalani *Ramadhan* dengan *Hati yang bersih* dan *penuh keikhlasan*, Jauhi yang mengurangi Pahala puasa kita. ❞ -teman hijrahmu ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
Hei, *katamu:* *Firdaus* menjadi *tujuan* Tapi, mengapa *langkahmu* sering tak *sejalan*. ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══ ✿ 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐬 𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐟𝐢𝐪𝐢𝐡 ✿ ══✿══╡°˖✧✿✧˖°╞══✿══ 📚 *ROMADHONI ATAU ROMADHONA ? Kata ROMADHON termasuk Isim Ghairu Munshorif (karena isim alam dan tambahan alif dan nun), yang apabila dalan kondisi i'rob Jer maka alamatnya menggunakan FATHAH menjadi (ROMADHONA), namun apabila isim tersebut disandarkan kepada lafadz setelahnya (diidlofahkan) atau kemasukan Alif-Lam (AL) maka tanda i'rob Jernya menggunakan KASROH menjadi ROMADHONI (NI) bukan (NA). Imam Ibnu Malik di dalam bait alfiyahnya berkata وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ * مَا لَمْ يُضَفْ أَوْ يَكُ بَعْدَ أَلْ رَدِف Dan dijerkan dengan FATHAH terhadap isim yang tidak menerima tanwin (Isin Ghairu Munshorif), selama tidak dimudhofkan atau berada setelah AL yang mengiringinya. Jadi redaksi niat puasa Romadhon yang benar adalah sebagai berikut : نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى NAWAITU SHOUMA GHODIN ‘AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADHIHIS-SANATI LILLAAHI TA’ALA. Yang kalau diterjemahkan adalah : aku niat puasa besok untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon dari tahun ini, karena Allah ta'ala. Nah, dalam redaksi niat di atas, apabila lafadz Romadhon dibaca Fathah (ROMADLONA) bukan (Ni) dengan tidak mengidlofahkan kepada lafadz setelahnya yaitu lafadz (HADZIHIS SANATI) maka lafadz (HADZIHIS SANATI) secara ilmu nahwu (gramatika bahasa arab) seharusnya menjadi Dhorof, yang harus dibaca HADZIHIS SANATA (TA) bukan (TI), karena status i’robnya adalah Nashob, sehingga redaksi niatnya menjadi sebagai berikut : نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةَ لِلّه تَعَالَى NAWAITU SHOUMA GHODIN ‘AN ADAA-I: FARDHI SYAHRI ROMADHOONA HADHIHIS-SANATA FARDLON LILLAAHI TA’ALA. Maka jika redaksinya sebagaimana di atas ini, secara bahasa arab terjadi perubahan makna, menjadi sebagai berikut : (Aku niat puasa besok, untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon, selama setahun ini). Kenapa begitu ? Karena lafadz HADZIHIS SANATA status sebagai Dhorof yang menunjukkan waktu dilaksanakannya suatu pekerjaan yang dalam hal ini pekerjaannya adalah niat atau puasa, padahal niat hanya membutuhkan waktu beberapa detik, demikian halnya puasa hanya butuh beberapa jam tidak sampai satu tahun. Sehingga apa bila niat puasa memggunakan redaksi sebagaimana di atas ROMADHONA (NA) dan HADZIHIS SANATA (TA), maka redaksi yang salah. Oleh karena itulah redaksi niat yang benar adalah sebagaimana yang pertama di atas yaitu : نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ فرضا لِلّه تَعَالَى NAWAITU SHOUMA GHODIN ‘AN ADAA-I FARDHI SYAHRI ROMADHOONI HADHIHIS-SANATI FARDLON LILLAAHI TA’ALA. Di dalam Kitab I’anatu at-Tholibin, juz 2/253, dijelaskan sebagai berikut : يُقْرَأُ رَمَضَانِ بِالْجَرِّ بِالْكَسْرَةِ لِكَوْنِهِ مُضَافًا إِلَى مَا بَعْدَهُ وَهُوَ إِسْمُ اْلإِشَارَة Romadhoni (ni) dibaca jer dengan KASROH karena statusnya menjadi Mudlof kepada kalimat setelahnya yaitu isim isyaroh. Kitab I'anah Thalibin (قوله: نويت إلـخ) خبر عن أكملها: أي أكملها هذا اللفظ. (قوله: صوم غد) هو الـيوم الذي يـلـي اللـيـلة التـي نوى فـيها. (قوله: عن أداء فرض رمضان) قال فـي النهاية: يغنـي عن ذكر الأداء أن يقول عن هذا الرمضان. اهــــ. (قوله: بـالـجرّ لإِضافته لـما بعده) أي يقرأ رمضان بـالـجرّ بـالكسرة، لكونه مضافاً إلـى ما بعده، وهو اسم الإِشارة. قال فـي التـحفة: واحتـيج لإِضافة رمضان إلـى ما بعده لأن قطعه عنها يصير هذه السنة مـحتـملاً لكونه ظرفاً لنويت، فلا يبقـى له معنى، فتأمله، فإنه مـما يخفـى. اهــــ. ووجهه: أن النـية زمنها يسير، فلا معنى لـجعل هذه السنة ظرفاً لها. (قوله: هذه السنة) .(إن قلت) : إن ذكر الأداء يغنـي عنه. (قلت) لا يغنـي، لأن الأداء يطلق علـى مطلق الفعل، فـيصدق بصوم غير هذه السنة. وعبـارة النهاية: واحتـيج لذكره ــــ أي الأداء ــــ مع هذه السنة، وإن اتـحد مـحترزهما، إذ فرض غير هذه السنة لا يكون إلا قضاء، لأن لفظ الأداء يطلق ويراد به الفعل. اهــــ.وفـي البرماوي: ويسن أن يزيد: إيـماناً واحتساباً لوجه الله الكريـم عزّ وجلّ. اهــــ. ROMADHONI dibaca jer dengan tanda kasroh, karena dimudhofkan pada lafadz setelahnya yaitu isim isyaroh (HADZIHI). Keterangan : Isim ghoiru munsharif itu tidak ditanwin dan tidak dikasroh karena punya illat yang menyebabkan sifat keisimannya lemah, lebih cenderung mirip fi'il. Namun ketika dimudhofkan maka sifat keisimannya menjadi kuat, sehingga tanda jer nya kembali memakai kasroh.- Dalam Kitab Kasyifatussaja hlm 7, dijelaskan bahwa secara redaksi ada juga pendapat sebagian kecil ulama' yang mengatakan bahwa kalau lafadz Romadhon dibaca kasroh (ROMADHONI) maka lafadz hadzihis sanah juga dibaca kasroh (HADZIHIS SANATI), jika di baca fathah (ROMADHONA) maka lafad setelah juga dibaca fathah (HADZIHIS SANATA), setatusnya tidak sebagai Dhorof tapi dibaca Nashob karena terjadi Qot'u atau pemutusan dari lafadz sebelumnya, dan menurut pendapat ini jika lafadz ROMADHON di idlofahkan kepada lafadz setelahnya itu sangat menjanggalkan karena ‘ALAM tidak bisa diidlofahkan. (تنبـيه) (قَوْلُهُ : بِإِضَافَةِ رَمَضَانَ) أَيْ لِمَا بَعْدَهُ فَنُونُهُ مَكْسُورَةٌ ؛ لِأَنَّهُ مَخْفُوضٌ وَإِنَّمَا اُحْتِيجَ لِإِضَافَتِهِ إلَى مَا بَعْدَهُ ؛ لِأَنَّ قَطْعَهُ عَنْهَا يُصَيِّرُ هَذِهِ السَّنَةَ مُحْتَمَلًا لِكَوْنِهِ ظَرْفًا لِقَوْلِهِ : أَنْ يَنْوِيَ وَلَا مَعْنَى لَهُ ؛ لِأَنَّ النِّيَّةَ زَمَنُهَا يَسِيرٌ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ : إنْ جَرَرْت رَمَضَانَ بِالْكَسْرِ جَرَرْت السَّنَةَ وَإِنْ جَرَرْته بِالْفَتْحِ نَصَبْت السَّنَةَ وَحِينَئِذٍ فَنَصْبُهَا عَلَى الْقَطْعِ ، وَعَلَيْهِ فَفِي إضَافَةِ رَمَضَانَ إلَى مَا بَعْدَهُ نَظَرٌ ؛ لِأَنَّ الْعَلَمَ لَا يُضَافُ فَلْيُتَأَمَّلْ ا هـ Yang lebih salah lagi adalah redaksi niat yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat yaitu : نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّه تَعَالَى Pada lafadz Romadhon dibaca ROMADHONA (NA) sementara pada lafadz Hadzihis sanah dibaca HADZIHIS SANATI (TI), ini secara ilmu gramatika bahasa arab tidak ada jalurnya. Lalu bagaimana dengan hukum puasanya jika redaksi niatnya salah ? Puasanya tetap sah SAH walaupun terjadi kesalahan dalam membaca harokat di dalamnya, selama yang dikehendaki dengan HADZIHISSANATI adalah bulan Romadlon tahun ini, karena letak niat itu di dalam hati, sebagaimana shalat dhuhur dengan mengucapkan redaksi niat shalat ashar akan tetapi niatnya dalam hati adalah shalat dhuhur maka juga SAH sebagai shalat dhuhur. Namun apabila niat diucapkan,Apalagi bersama-sama, maka hendaknya tidak salah dalam i’robnya. Wallahu'alam Semoga bermanfaat ✍️ *𝑼𝒔𝒕𝒂𝒅𝒛 𝑨𝒍𝒊 𝑴𝒂𝒉𝒓𝒖𝒔* ──────⊹⊱✫⊰⊹────── Sc:Sulukuul Insan ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
Jadilah perempuan yang terdidik, yang menunduk karena akhlak yang baik, yang sibuk karena ingin merubah diri menjadi lebih baik, Sebab dunia ini terlalu sempit jika hanya terobsesi menjadi *"cantik"* saja. Ubahlah diri menjadi perempuan yang sederhana, yang taat pada agama, yang terlihat indah karena adab dan akhlaknya, yang terlihat indah karena bahasanya, dan yang dapat memahami hati sesama wanita. Sebab dunia terlalu kejam jika harus menjadi sempurna🤍🌸 ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
Jika tumbang karena manusia, maka bangkitlah karena Allah. Jika manusia menjadi sakitmu, maka jadikanlah Allah sebagai obatmu. ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*
*H-1 Ramadhan* _”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya diperkenankan"_ (HR. Ahmad) -ust hanan attaki ╰┈➤ ⓘ *Rᧉnυngαn Pᧉnd𐐫sα*