‏ركعتان في العشق لا يصح وضوؤهما إلا بالدم. "Dua rakaat dalam cinta, wudhunya hanya sah dengan darah." ― Abul Mugits al-Husain bin Mansur al-Hallaj (W. 922 M) Dalam tradisi mistisisme Islam, cinta bukan sekadar emosi; ia menjelma jalan sunyi yang menuntut jiwa menyerahkan dirinya, raga melepaskan miliknya. Di sana, pengorbanan bukan lagi beban, melainkan syarat keberadaan. Seperti Hallaj yang menorehkan paradoksnya, cinta ilahi menjadi sebuah perjalanan yang, untuk setiap langkahnya, meminta darah dan air mata, bukan demi akhir, melainkan demi keberlanjutan yang tak pernah selesai. Mansur al-Hallaj meninggal karena dieksekusi mati oleh pemerintahan dinasti Abbasiyah pada tahun 922 Masehi. Eksekusinya dilakukan dengan cara sangat kejam; ia dipenjara, lantas kedua tangan & kakinya dipotong, disalib, lalu tubuhnya dipotong-potong, dibakar, dan abunya dibuang ke sungai Tigris.