
PELAJAR SUNNAH
February 28, 2025 at 07:03 AM
TAKWA MENGALAHKAN FATWA
(التقوى غلبت الفتوى)
Banyak dari permasalahan yang berkaitan dengan hukum suatu perkara yang hakikatnya ia tidak membutuhkan fatwa, melainkan cukup dengan takwa maka sudah terjawabkan (permasalahan) .
Terkhusus lagi jika hal tersebut pada dasarnya bukanlah sesuatu yang baik di sisi banyak orang, serta tidak layak untuk seorang penuntut ilmu, apalagi ia adalah seseorang yang dikenal dalam menyebarkan ilmu.
Sebagian Salaf mengatakan :
"Aku pernah bertanya kepada guruku tentang beberapa hal, lalu beliau menjawab: ‘Itu tidak haram, tetapi tidak pantas bagi orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi! Maka di mana cita-citamu?’"
Tatkala kita melihat contoh penerapan yang terjadi di kalangan ulama, maka kita akan mendapati demikian.
Asy Syaikh al-Albaaniy rahimahullahu, beliau di antara ulama yang berpendapat akan tidak wajibnya menutup wajah bagi seorang wanita. Tetapi kenyataan yang ada, seluruh anak perempuan beliau menutup wajah dan kita tidak mendapati beliau bermudahan pada perkara tersebut.
Begitupun dengan sebagian ulama yang membolehkan foto dengan kamera.
Apakah kita mendapati mereka bermudahan hingga berpose ria dengan berbagai macam gaya?!
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda,
لا يكونُ العبْدُ مِن المُتَّقينَ حتَّى يدَعَ ما لا بأسَ به؛ حذَرًا لِما به بأسٌ.
"Seorang hamba tidak termasuk dari orang-orang yang bertakwa dengan sebenar-benarnya sampai ia meninggalkan sesuatu yang sebenarnya boleh, karena khawatir hal itu bisa membawanya kepada sesuatu yang terlarang."
(Hadits Riwayat at-Tirmidzi : 2451, Ibnu Majah : 4215, dihasankan oleh At-Tirmidziy dan al-Baihaqiy)
Tentang fatwa, al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan :
ولما كان التبليغ عن الله سبحانه يعتمد العلم بما يبلغ والصدق فيه لم تصلح مرتبة التبليغ بالرواية والفتيا إلا لمن اتصف بالعلم والصدق، فيكون عالما بما بلغ، صادقا فيه، ويكون مع ذلك حسن الطريقة مرضي السيرة عدلا في أقواله وأفعاله، متشابه السر والعلانية في مدخله ومخرجه وأحواله، وإذا كان منصب التوقيع عن الملوك بالمحل الذي لا ينكر فضله ولا يجهل قدره، وهو من أعلى المراتب السنيات، فكيف بمنصب التوقيع عن رب الأرض والسموات؟ فحقيق بمن أقيم في هذا المنصب أن يعد له عدته وأن يتأهب له أهبته وأن يعلم قدر المقام الذي أقيم فيه ولا يكون في صدره حرج من قول الحق والصدع به فإن الله ناصره وهاديه. وكيف وهو المنصب الذي تولاه بنفسه رب الأرباب فقال تعالى «وَيَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُل اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ» وكفى بما تولاه الله تعالى بنفسه شرفا وجلالة إذ يقول في كتابه: «يَسْتَفْتُونَكَ قُل اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَةِ». وليعلم المفتي عمن ينوب في فتواه وليوقن أنه مسؤول غدا وموقوف بين يدي الله.
"Karena penyampaian hukum dari Allah Subhanahu wa ta'ala bergantung pada ilmu tentang apa yang disampaikan dan kejujuran dalam menyampaikannya. Maka (kedudukan) sebagai seorang yang menyampaikan baik melalui periwayatan maupun fatwa. Tidaklah layak kecuali bagi orang yang memiliki ilmu dan kejujuran. Ia harus mengetahui dengan baik apa yang ia sampaikan dan jujur dalam penyampaiannya. Selain itu, ia harus memiliki metode yang baik, akhlak yang terpuji, serta bersikap adil dalam ucapan dan perbuatannya. Sikapnya di depan umum dan dalam kesendiriannya haruslah serupa, baik dalam perilaku, perkataan, maupun segala keadaannya.
Jika jabatan sebagai juru bicara raja adalah kedudukan yang diakui kemuliaannya dan tidak diragukan kehormatannya, bahkan termasuk jabatan tertinggi yang istimewa, maka bagaimana dengan jabatan sebagai juru bicara Allah, Rabb langit dan bumi?
Maka, sudah sepantasnya orang yang berada dalam posisi ini mempersiapkan dirinya dengan baik, memahami kedudukan yang diembannya, dan tidak merasa ragu atau takut dalam menyampaikan kebenaran secara tegas. Sebab, Allah-lah yang akan menolong dan membimbingnya.
Terlebih lagi, jabatan ini adalah kedudukan yang Allah sendiri ambil alih, sebagaimana firman-Nya:
وَيَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُل اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ
"Mereka meminta fatwa kepadamu tentang perempuan. Katakanlah, ‘Allah memberi fatwa kepada kalian tentang mereka...’"
(Surah An-Nisa : 127)
Dan cukuplah sebagai kemuliaan bahwa Allah sendiri yang mengambil peran ini, sebagaimana firman-Nya:
يَسْتَفْتُونَكَ قُل اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَةِ
"Mereka meminta fatwa kepadamu. Katakanlah, ‘Allah memberi fatwa kepada kalian tentang kalalah (warisan bagi yang tidak memiliki ayah dan anak).’"
(Surah An-Nisa : 176)
Maka, hendaknya seorang mufti menyadari bahwa ia mewakili siapa dalam fatwanya, dan ia harus yakin bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban kelak dan akan berdiri di hadapan Allah untuk dihisab.
(I'laam Al Muwaqqi'in 'an Rabbil 'Alamin : 2/16-17)
Maka dari itu di antara do'a yang senantiasa dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam,
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا، أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
"Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku ketakwaaan jiwa dan sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik Rabb yang mensucikannya, Engkau pelindung dan Pemeliharanya."
Semoga Allah memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua.
Wallahu A'lam.
-Tim Admin Pelajar Sunnah
Sumber: Saluran Whatsapp: PELAJAR SUNNAH
youtube.com/pelajarsunnah
instagram.com/pelajarsunnah.id
fb.com/pelajarsunnah.id
twitter.com/pelajarsunnah
telegram.me/pelajarsunnah
Mari dukung program dakwah @pelajarsunnah.id dengan berinfaq dan bersedekah ke rekening :
Bank Syariah Indonesia
(BSI-451) 7775222338
a.n. PELAJAR SUNNAH
#pelajarsunnah #syababsalafy #pemudahijrah #assunnahmakassar #ahlussunnah #salafy #dzulqarnainms #salaf #dakwahtauhid #dakwah
