Dakwah Rabithah 🍃🕊
Dakwah Rabithah 🍃🕊
February 25, 2025 at 02:52 PM
> Puncak Ilmu Adalah Akhlak: karya Mhd. Rois Almaududy: Hal 15-17 Bayangkan, jika kita diperintah untuk pergi ke suatu tempat yang jauh dan asing. Di tempat itu sangat tandus, tidak ada tumbuhan yang tumbuh, tidak ada mata air, tidak ada apa-apa. Kita tidak tahu hendak berbuat apa di tempat itu. Begitu tiba di sana, kita diperintahkan untuk menetap dan memulai kehidupan. Padahal, sebelumnya kita hidup di tempat yang nyaman dan dikelilingi orang-orang yang kita kenal dengan baik. Kira-kira, siapkah kita memenuhi perintah itu? Keadaan demikianlah yang terjadi pada kisah Bunda Hajar bersama Nabi Ismail yang masih kecil. Mereka diperintahkan oleh Allah Swt. untuk dibawa Nabi Ibrahim dari Palestina ke lembah Makkah. Saat itu tidak ada apa-apa dan tidak ada siapa-siapa yang menetap di lembah Makkah. Namun, saat Nabi Ibrahim hendak berbalik meninggalkan keduanya di sana, mereka tetap taat. Baik yang ditinggal dan yang meninggalkan, rasa berat menyelimuti hati. Bagaimana mungkin mereka akan berpisah dalam keadaan yang sangat berat itu? Satu-satunya alasan untuk tetap memenuhi perintah itu adalah Zat yang memerintah, yakni Allah Swt. Tidak mungkin Allah menyia-nyiakan hamba yang taat kepada-Nya. Maka, mereka yakin Allah pasti menolong dan merencanakan sesuatu yang baik bagi mereka. Dalam lembaran catatan sejarah, kita pun mengerti bahwa kejadian yang dialami oleh Bunda Hajar, Nabi Ismail, dan Nabi Ibrahim 'alaihimussalaam adalah awal dari cahaya bagi peradaban manusia di sepanjang zaman. Kota Makkah hendak disiapkan menjadi tempat lahirnya seorang nabi terakhir dan juga sebagai pusat ibadah umat Islam yang dilakukan dalam ibadah haji dan menjadi kiblat umat Islam dalam setiap salat. Salah satu hikmah yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah prasangka yang baik dari Bunda Hajar dan Nabi Ibrahim saat hendak memenuhi perintah Allah Swt. Ketika akan berbalik menuju Palestina, Bunda Hajar bertanya pada Nabi Ibrahim, "Apakah kami akan ditinggalkan di sini?" Tiga kali pertanyaan itu diajukan oleh Bunda Hajar, tetapi tidak dijawab oleh Nabi Ibrahim. Beliau hanya bergeming dan terlihat hendak meneruskan langkah. Tampaklah betapa beratnya bagi beliau meninggalkan dua orang tercinta di lembah tak dihuni, tetapi tidak ada pilihan selain menaati perintah. Di kali keempat, Bunda Hajar bertanya, "Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk meninggalkan kami di sini?" Nabi Ibrahim as, barulah menjawab singkat, "Ya." "Kalau begitu, Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini." Timpal Bunda Hajar dengan mantap. Kemantapan hati ini lahir dari rahim prasangka yang baik kepada Allah Swt. Tanpa berprasangka baik, tentulah akan ada banyak kekhawatiran yang menyelimuti hati. Apalagi harus mengalami keadaan yang sangat berat, seperti yang dialami oleh Bunda Hajar. Namun, keimanan telah tumbuh dengan mantap di hati mereka sekeluarga. Tidak ada keraguan sedikit pun, Allah pasti memberikan yang terbaik bagi siapa saja hamba yang taat menunaikan perintah-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوْلٰٮنَا ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ "Katakanlah (Muhammad), "Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman."" (QS. At-Taubah 9: Ayat 51) Begitu menghadapi sesuatu keadaan yang terasa berat, harus kita ingat bahwa Allah Swt. yang menentukan kejadian itu menghampiri kita. Dan di balik setiap keadaan yang sudah dicatatkan oleh Allah, pastilah tersimpan berjuta kebaikan dan hikmah. Tidak ada yang sia-sia pada ciptaan dan ketentuan Allah. > Puncak Ilmu Adalah Akhlak: karya Mhd. Rois Almaududy #dakwahrabithah #sahabatakhiratmu
❤️ 👍 😢 17

Comments