HyoRene
HyoRene
February 2, 2025 at 07:05 AM
If this couple as a vlogger would be Like : "Millennial Wife Goals" Kamera ponsel Jihyo menyala, menampilkan wajahnya yang berseri-seri. Dengan satu tangan, dia menggenggam es kopi, sementara tangan lainnya sibuk merekam. Di belakangnya, Irene duduk di sofa dengan wajah super bete, tangan terlipat di dada. "Guys, hari ini Irene had a bad day," kata Jihyo sambil terkikik. Dia mengarahkan kamera ke istrinya yang jelas-jelas tidak tertarik untuk direkam. Irene melotot. "Matikan itu, Jihyo." "Tapi followers kita pasti mau tahu kenapa istri aku cemberut seharian," goda Jihyo sambil mendekatkan kamera ke wajah Irene yang tampak makin kesal. Irene mendesah, mengambil bantal dan menutupi wajahnya. "Karena dunia ini menyebalkan." Jihyo ngakak. "Dunia atau customer service yang bikin kamu kesal?" Irene langsung menyingkirkan bantalnya dan menatap Jihyo dengan tatapan tajam. "Jangan mulai." Jihyo makin ngakak. "Oke, guys, jadi ceritanya Irene beli barang online, tapi—" Irene langsung menyerobot ponsel dari tangan Jihyo dan mengarahkannya ke wajah istrinya itu. "Sekarang kita lihat ekspresi seorang istri yang nggak ada empatinya" Jihyo tetap tertawa, tak tergoyahkan. "Tapi kamu gemes banget kalau lagi marah, aku nggak tahan~" Irene mendengus, tapi sudut bibirnya sedikit naik. Dia berusaha menahan tawa. Jihyo mengambil kembali ponselnya, menghadap ke kamera. "Baiklah, kita akan biarkan Irene merajuk dulu. Nanti gue bakal update kalau mood dia udah membaik." Irene mengacak rambut Jihyo sebelum kembali membenamkan diri ke sofa. — Setelah vlog mini itu diunggah ke Instagram Story, komentar langsung membanjiri. "Irene gemes banget kalau marah!" "Jihyo kasianin dikit dong istrimu wkwk" "THE MILLENNIAL WIFE GOALS" Jihyo senyum-senyum membaca komentar itu. "See? Semua orang setuju kamu gemes kalau marah." Irene meliriknya tajam. "Mau aku marah beneran?" Jihyo langsung memeluk Irene dari samping. "Tapi aku sayang kamu." Irene mendesah pasrah. "Ya udah." Jihyo nyengir. "Mau bubble tea?" Ekspresi Irene sedikit melunak. "Mau." Jihyo langsung bangkit. "Oke, aku pesenin sekarang. Ini namanya 'cara jitu menenangkan istri'." Irene hanya mendengus, tapi kali ini ada senyum kecil di wajahnya. [ Vlog Jalan-Jalan: Istri Gue Pemilih Banget ] Kamera menyala, menampilkan Jihyo yang tersenyum cerah dengan latar belakang jalanan kota yang ramai. Dia mengarahkan kameranya ke Irene, yang berdiri dengan tangan terlipat, wajahnya penuh pertimbangan di depan sebuah kafe. "Hari ini kita jalan-jalan cari tempat ngopi," kata Jihyo ke kamera. "Tapi istri gue pemilih banget, guys. Ini udah kafe keempat yang dia pertimbangkan, dan dia masih belum yakin." Kamera beralih ke Irene, yang menatap Jihyo dengan ekspresi datar. "Aku cuma mau tempat yang nyaman." "Kita udah nemu TIGA tempat nyaman," Jihyo menyahut sambil ngakak. Irene menghela napas, lalu melirik ke kaca kafe. "Aku mau lihat dulu menunya." Jihyo mendekat ke kamera dan berbisik, "Padahal nanti tetap pesennya iced americano." Irene menoleh tajam. "Aku dengar itu." Jihyo langsung mundur dengan senyum cengengesan. "Oke, oke, kita masuk!" Transisi vlog berlanjut ke dalam kafe. Irene akhirnya duduk dengan secangkir iced americano, sementara Jihyo dengan minuman matcha latte-nya. Kamera menyorot Irene yang menyeruput minumannya dengan ekspresi puas. Jihyo mendekat ke kamera dan berbisik lagi, "Akhirnya istri gue bahagia setelah perjuangan panjang." Irene melirik dan mendengus kecil, tapi tak bisa menyembunyikan senyumnya. Jihyo mengarahkan kamera ke Irene. "Worth it?" Irene pura-pura berpikir. "Hmm... lumayan." Jihyo ngakak. "Gue tau banget dia padahal suka, tapi gengsi buat bilang puas." Kamera berhenti sejenak sebelum transisi ke scene berikutnya: Irene menyodorkan sendok es krimnya ke Jihyo dengan ekspresi sok cuek. Jihyo menoleh ke kamera dan berbisik, "Dalam bahasa istri, ini artinya 'aku cinta kamu'." Irene melotot. "Jangan lebay." Jihyo ngakak sambil mengambil suapan es krim itu. "Cinta juga kan?" godanya. Irene menyesap kopinya tanpa menjawab. Tapi pipinya sedikit merona. Jihyo masih terkikik saat menyeruput matcha latte-nya, sementara kamera tetap fokus ke Irene yang sibuk memainkan sedotan di cangkirnya. "Tapi serius, ini enak kan?" goda Jihyo lagi. Irene hanya mengangkat bahu. "Biasa aja." Padahal, es batu di cangkirnya sudah nyaris habis—bukti nyata kalau iced americano itu sukses besar di hatinya. Tapi tentu saja, dia nggak akan mengakuinya dengan gamblang. Jihyo mengarahkan kamera lebih dekat ke Irene yang masih berpura-pura cuek. "Guys, gue udah hidup sama dia bertahun-tahun, dan gue jamin kalau dia diem-diem ngabisin minuman berarti itu enak." Irene menghela napas, meletakkan cangkirnya, lalu tanpa bicara meraih serbet di meja dan mengelap sudut bibir Jihyo yang kena sedikit whipped cream dari matcha latte-nya. Jihyo berkedip, lalu menoleh ke kamera dengan ekspresi geli. "Lihat kan? Word of affirmation NOL PERSEN. Tapi act of service? Seratus ribu persen." Irene hanya mendelik. "Biar nggak jorok aja." Jihyo ngakak, tapi masih tersenyum lembut. Selanjutnya, vlog mereka berlanjut ke bagian jalan-jalan sore di taman. Kamera beralih ke Jihyo yang sibuk bercerita tentang anjing-anjing lucu yang lewat di sekitar mereka. Sementara itu, Irene tetap berjalan di sampingnya, memasukkan tangan ke saku hoodie-nya. Sampai akhirnya, angin sore mulai terasa lebih dingin. Tanpa bicara, Irene meraih tudung hoodie Jihyo dan menariknya ke atas kepala istrinya itu. Gerakannya santai, tanpa ekspresi berlebihan, seolah hanya refleks biasa. Jihyo menatap Irene dengan mata berbinar. "Aww, perhatian banget sih istri aku!" Irene menoleh sekilas. "Biar nggak masuk angin." Jihyo mendekat ke kamera dan berbisik lagi, "Bahasa lain dari 'aku sayang kamu'." Irene memutar bola mata, tapi tangannya tetap di dalam saku, menggenggam satu bungkus kecil tisu basah—tanpa Jihyo sadari, hanya karena tadi Jihyo sempat mengeluh tangannya lengket gara-gara es krim. Di akhir vlog, mereka berdua duduk di bangku taman. Kamera sedikit goyang, menandakan Jihyo memegangnya dengan satu tangan sementara tangan lainnya memeluk lengan Irene. "Jadi, gimana hari ini?" tanya Jihyo. Irene mengangkat bahu. "Biasa aja." Jihyo tertawa kecil, lalu mengarahkan kamera ke genggaman tangan mereka yang nggak terlihat di frame sebelumnya. Irene ternyata dari tadi menggenggam tangan Jihyo erat-erat di dalam saku hoodie-nya, seolah memastikan tangannya tetap hangat. Jihyo menoleh ke kamera. "Dan dalam bahasa istri gue, 'biasa aja' artinya dia bahagia." Irene diam, tapi tak menarik tangannya. Dia hanya menyesap sisa iced americano-nya dengan wajah netral. Jihyo tersenyum penuh kemenangan. "Istri gue memang nggak bisa ngomong manis, tapi siapa yang butuh kata-kata kalau dia kayak gini terus?" Irene menoleh sekilas, lalu kembali fokus ke minumannya. Tapi di bawah meja, kakinya menyentuh kaki Jihyo. Pelan, tapi cukup untuk memberitahu kalau dia juga nyaman di sini. [ Live Vlog: Ulang Tahun Irene yang Paling Meriah! ] [LIVE STARTED 📸] Jihyo mengarahkan kamera ke dirinya sendiri, wajahnya cerah dengan senyum lebar. Musik berdentum di latar belakang, lampu warna-warni berkedip-kedip, dan suara orang-orang tertawa serta bersorak memenuhi ruangan. "GUYSSSS, WELCOME TO IRENE'S BIRTHDAY PARTY!!" seru Jihyo, setengah berteriak agar suaranya terdengar di tengah kebisingan pesta. Kamera berputar, memperlihatkan ruangan pesta yang penuh orang. Ada yang berjoget di lantai dansa, ada yang sibuk ngobrol di bar kecil, dan ada yang ikut menyanyi bareng DJ yang memainkan remix lagu-lagu hits. Jihyo mendekati sekumpulan teman mereka yang sudah mengerumuni Irene di tengah ruangan. Mereka heboh mengajaknya berdansa di lantai dansa dadakan. "Dan di sini, ada bintang utamanya, the birthday girl, Irene Bae!" "Sayang, kasih mereka satu gerakan spesial dong, kan ini pesta kamu!"kata Jihyo semangat. Irene yang awalnya masih malu-malu, akhirnya mengangkat tangannya ke udara, menggoyangkan badannya mengikuti irama lagu. Sorakan teman-temannya langsung membahana. "WOOO! IRENE GOYANG!" Jihyo tertawa sambil terus merekam, sesekali menyorot teman-teman mereka yang ikut menari. Beberapa orang terlihat memegang gelas cocktail, bersorak-sorak sambil menggoda Irene. "Eh, birthday girl harus tanding shot dulu!" seru salah satu temannya, Joy, membawakan sederetan gelas kecil berisi minuman keras. Irene mengerjap, "Hah? Serius?" "YA IYALAH SERIUS!" jawab mereka serempak Irene akhirnya mengambil satu gelas kecil, menatap isinya sejenak, lalu dalam satu gerakan cepat, ia menenggaknya. "WOOOO!!!" Tapi pesta tidak berhenti di situ. Teman-teman mereka tidak puas hanya dengan satu shot. Mereka kembali memberikan Irene gelas demi gelas, dan Irene yang sudah mulai terpengaruh suasana pesta, menenggaknya satu per satu tanpa banyak pikir. Jihyo yang masih merekam, menggeleng sambil tertawa, "Ya ampun guys, aku harus ikutan gak sih biar seru?" "IKUTAN!" teriak teman-temannya. "Ya udah deh, tapi aku cuma sekali ya," kata Jihyo akhirnya mengambil satu gelas dan ikut menenggaknya. Jihyo yang hanya minum sekali sudah berhenti. Sedangkan Irene? Teman-temannya langsung menyahut, "LIMA KALI LAGI RENE!!" Mata Irene membesar sudah mulai pusing. "Gila kalian..." Tapi tetap saja, Irene mengambil shot lagi dengan terpaksa. dua gelas, tiga gelas, empat gelas, lima gelas, bahkan enam gelas... Hingga akhirnya sampai di gelas berikutnya, dia mulai tertawa-tawa sendiri. Jihyo yang hanya minum sekali sudah berhenti, sementara Irene, yang kini sudah jelas mulai tipsy, malah nyengir tanpa alasan. "Oke guys, sepertinya birthday girl kita mulai masuk fase mabok," Jihyo bicara ke kamera sambil terkikik. Tiba-tiba, salah satu teman menarik Irene ke lantai dansa. Musik menggelegar, dan mereka mulai berjoget. Irene awalnya hanya menggerakkan bahunya dengan santai, tapi semakin lama semakin heboh. Dia bahkan naik ke kursi dan mulai melambai-lambaikan tangannya ke atas. Jihyo ngakak sambil tetap merekam. "Guys, aku nggak pernah lihat Irene joget se-heboh ini. Biasanya dia cool banget, tapi sekarang... Irene, kamu happy?" Irene menoleh ke kamera, matanya setengah terpejam, lalu nyengir lebar. "Happyyyyyyy!" Komentar di live mulai membanjiri layar: "OMG IRENE MABOK LUCU BANGET!!!" "JIHYO KAMU HARUS REKAM SEMUA INI!!" "KAPAN LAGI LIAT IRENE BAE KAYAK GINI??" Irene kini mulai turun dari kursi tapi masih bergoyang pelan sambil nyender ke temannya. - Satu jam setelahnya, Irene sudah duduk di sofa dengan kepala bersandar di bahu Jihyo, matanya setengah terpejam, bibirnya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. "Sayang, kamu pusing? Mau joget lagi atau bobo aja?" tanya Jihyo sambil tetap merekam. Irene mengerutkan kening, berpikir keras. Lalu tiba-tiba dia nyeletuk, "Tadi... aksjshsyzyu ke pasar... trus... apasyih... ah lupa... gatau... bsjdjdmbingungg..." Jihyo langsung ngakak. "GUYS, IRENE UDAH NGGAK BISA NGOMONG!!!" Live chat semakin meledak dengan komentar: "IRENE APAAN ITU HAHAHAHA" "MABOK PARAH ASTAGA" "DOKUMENTASIKAN TERUS JIHYO!!!" Irene diam sejenak, tapi mulutnya tidak bisa berhenti merocos sendiri, "Tapi... tapi.. kucing makan... meong... trus... hmm... kenapa ya?" Jihyo benar-benar tidak bisa menahan tawa. "Astaga guys, dia ngomong apa sih?!?!" Jihyo menyorot kamera ke wajah Irene yang sudah merah dan benar-benar tidak bisa berbicara dengan benar. Ia tertawa sambil berkata, "Duhh, apa aku mabokin kamu aja setiap hari biar lucu clingy begini kaya anak kucing?" Irene hanya tertawa kecil, matanya hampir tertutup. "Hihihi... meong..." Jihyo menoleh ke kamera. "Oke, guys, sebelum istri aku makin ngelantur, kita sudahi dulu live-nya. Thanks yang udah nonton, nanti aku update lagi kalau dia udah sadar!" [LIVE ENDED] Jihyo masih belum bisa berhenti tertawa melihat Irene yang sudah benar-benar mabuk. Setelah mematikan live vlog, dia tetap memegang ponselnya, merekam beberapa potongan video untuk dijadikan konten nanti. Irene masih bersandar di bahunya, matanya terpejam setengah, tapi mulutnya tetap merocos tanpa henti. Jihyo mengusap pelan rambut Irene yang sedikit berantakan. "Sayang, kamu mau pulang atau masih mau di sini?" tanyanya lembut. Irene mengangkat kepalanya sedikit, tapi malah mendorong kepalanya sendiri ke bahu Jihyo lebih dalam. "Hmm... tapi... tapi kalau kucing bisa ngomong... dia ngomongnya gimana ya?" Jihyo menahan tawanya. "Mungkin kayak gini: 'meong, kasih makan aku!' gitu kali?" Irene terdiam sejenak, seolah ingin mengeluarkan sesuatu yang sangat penting. Lalu, dengan suara serius, dia berkata, "Kalau... kalau kita ke bulan... kita bisa makan tteokbokki gak?" Jihyo langsung menjatuhkan kepalanya ke belakang sambil ngakak. "YA AMPUN IRENE!! APAAN SIH INI!!!" Irene ikut tertawa kecil, lalu tiba-tiba kembali mendekat dan memeluk Jihyo erat-erat. "Jihyo... kamu... kamu tuh lucu banget tau..." Jihyo membelai rambutnya, masih sambil tertawa. "Kamu yang lebih lucu, sayang. Aku gak pernah lihat Irene Bae sekacau ini!" Irene tersenyum lebar, matanya benar-benar nyaris tertutup. "Jihyo..." panggilnya lagi dengan nada super manja. Jihyo menoleh. "Apa lagi, hmm?" Irene menggenggam tangan Jihyo dengan erat, tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap Jihyo dengan mata setengah terpejam, tapi penuh niat. Irene yang awalnya cuma nempel di bahunya, tiba-tiba mengangkat kepala dan menatap Jihyo dengan mata setengah terpejam, tapi penuh niat. "Sayang..." Irene memanggil dengan suara serak, wajahnya makin mendekat. Jihyo menelan ludah. "Hmm? Kenapa?" Dan tanpa aba-aba, Irene langsung menempelkan bibirnya ke bibir Jihyo, mencium tanpa ragu. Mata Jihyo langsung melebar, terkejut dengan aksi tiba-tiba ini. Dia refleks mendorong pelan bahu Irene, tapi bukannya menjauh, Irene malah makin menekan tubuhnya ke Jihyo, memperdalam ciumannya. Jihyo pikir maboknya Irene hanya sebatas merocos gak jelas dan clingy seperti anak kucing. Tapi ternyata... dia salah besar. "W-Woah, Irene! Stop, ini di sofa, masih di pesta!" Jihyo berusaha berbicara di sela-sela ciuman, tapi Irene sama sekali tidak memberi ruang. Malah, Irene mulai mencium pipi Jihyo, lalu turun ke dagu, dan—"Irene!!" Jihyo mulai panik saat Irene menciumi lehernya tanpa henti. Jihyo mencoba mendorong Irene, tapi tubuh Irene yang sudah lemas karena alkohol malah makin menimpanya, membuatnya sulit bergerak. "Irene, sumpah, kamu gila ya?!" Jihyo mulai kewalahan, suaranya sedikit tertahan karena Irene terus menciumi setiap bagian wajahnya. Dan saat itu juga, suara sorakan teman-teman mereka terdengar. "WOYYYY!!! IRENE GILA!!!" "Wah, wah, wah! Ini udah bukan clingy lagi, ini mah HORNY!" Jihyo langsung merona merah. Dia menoleh ke belakang dan melihat Seulgi, Sana, dan beberapa teman lainnya yang sudah berdiri di sekitar sofa dengan wajah syok tapi penuh tawa. "Astaga Irene, lo mabok kok bukan jadi mellow malah jadi kayak gini?!" Seulgi ngakak sambil menunjuk mereka. Sana memegang perutnya karena tertawa terlalu keras. "Jihyo, selamat ya, istri lo kalo mabok beneran hot banget!" Jihyo semakin panik, tangannya berusaha menjauhkan Irene yang sekarang sudah sibuk mengecup lehernya lagi. "Seulgi, tolong! Irene udah gak bisa dikontrol!!" Jihyo setengah menjerit, tapi suaranya malah tenggelam oleh tawa teman-temannya. Seulgi akhirnya mendekat, mencoba menarik Irene dari Jihyo. "Irene, ayo sadar! Lo gak inget tempat atau gimana sih?!" Tapi Irene malah makin nempel ke Jihyo, mengeratkan lengannya di pinggang istrinya seolah nyawanya tergantung di situ. "Jangan gangguuuu..." Irene merengek manja, lalu—tanpa malu-malu—kembali menempelkan bibirnya ke Jihyo. "WOOOOOOOO!!!!" Sorakan teman-temannya semakin pecah. Jihyo ingin menangis saking frustasinya. "Ya ampun, Irene! ASTAGA! SEULGI, AMBIL DIA!!!" Seulgi dan beberapa teman lainnya akhirnya berusaha menarik Irene dari Jihyo, sementara teman-teman mereka yang lain masih sibuk ngakak dan ngeledek. "Kayaknya kita tau cara bikin Irene makin bucin ke Jihyo, cukup mabokin dia aja!" "Next party kita kasih Irene minum lagi gak nih?!" "Wah, Jihyo hati-hati ya tiap pesta, istri lo tuh kalo mabok bisa skandal di depan umum!" Sementara itu, Irene yang sudah setengah sadar hanya bisa terkikik dan bergumam, "Jihyo wangi... enak... kayak donat... sayang banget..." sebelum akhirnya benar-benar tumbang di pangkuan Jihyo. "The Morning After: Istri Gue Kapok?" [Jihyo's Instagram Story – 9:00 AM] Video pertama: Irene tergeletak di sofa dengan selimut menutupi setengah badannya. Rambutnya acak-acakan, dan wajahnya penuh dengan ekspresi kelelahan. Jihyo berbisik ke kamera, "Guys... lihat nih birthday girl kita yang kemarin joget disko di atas kursi. Sekarang..." Kamera makin mendekat, memperlihatkan Irene yang merintih sambil menarik selimut menutupi wajahnya. "Sayang, bangun," kata Jihyo sambil menepuk pelan bahu Irene. Irene bergumam, suaranya serak. "Nggak bisa... dunia muter..." Jihyo ngakak. "Makasih loh udah entertain semua orang semalam. Kayaknya kita harus mabokin kamu lebih sering." Irene mengerang pelan. "Jihyo... please... aku kapok." Jihyo makin ngakak, lalu mengarahkan kamera ke segelas air dan obat di meja. "Sebagai istri yang baik, aku udah siapin ini buat kamu. Minum dulu, nanti aku pesenin makanan." Irene mengangkat tangannya lemah, masih belum sanggup duduk. "Pesenin bubur..." Jihyo mengangguk penuh kasih. "Baik, Nyonya Bae. Anything for my drunk baby." Video berakhir dengan Jihyo yang tertawa kecil sambil membelai rambut Irene, sementara followers mereka terus membanjiri DM dengan komentar: "IRENE NGGAK ADA GAGAH-GAGAHNYA PAGI INI WKWK" "BEST COUPLE CONTENT GUE SUKA BANGET" "JIHYO CARE BANGET KKK GEMES!!" Di YouTube, vlog terbaru mereka akhirnya tayang. Thumbnail-nya adalah dua momen kontras: Irene yang mabok dan Irene yang kelelahan di sofa. "Vlog: Ulang Tahun Irene – The Aftermath" Vlog dimulai dengan highlights pesta tadi malam—musik, gelak tawa, joget, dan tentu saja, Irene yang mabok clingy. Lalu layar hitam muncul dengan tulisan: "The Morning After..." Kamera menyorot Irene yang duduk di meja makan dengan kacamata hitam, hoodie kebesaran, dan wajah yang masih lelah. Di depannya ada semangkuk bubur dan teh hangat. Jihyo berbicara dari belakang kamera. "Jadi, gimana rasanya jadi bintang pesta semalam?" Irene menghela napas panjang. "Aku mau resign jadi seleb pesta." Jihyo ngakak. "Tapi semua orang suka kamu yang mabok. Harusnya kita bikin jadwal mabok bulanan buat Irene." Irene melotot ke kamera dari balik kacamata hitamnya. "Jihyo, I swear..." Jihyo tertawa makin kencang. "Oke, oke, nggak ada jadwal mabok. Tapi fans kamu pengen tahu, apa yang paling kamu ingat dari semalam?" Irene terdiam sebentar, berpikir. "Aku ingat aku joget..." "Terus?" Irene meringis. "Terus aku ngomong sesuatu tapi... kayaknya nggak masuk akal." Jihyo mendekatkan kamera ke wajah Irene. "Kamu bilang gini nih, 'tadi ke pasar... terus... apasih... lupa... gatau... BINGUNGG!!' Hahahhaa" Irene menutup wajahnya dengan tangannya. "OH MY GOD." Jihyo ngakak keras. "Iya, guys, dia literally gituin gue semalam! Irene udah level mabok di mana otaknya shutdown total." Irene menggeleng pasrah. "Aku nggak akan minum lagi..." Jihyo terkikik. "Kita lihat bulan depan." Vlog berakhir dengan Jihyo memeluk Irene dari samping, sementara Irene tetap dengan ekspresi kapoknya. Dan tentu saja, komentar langsung membanjiri: "TOLONG, VLOG INI LEGENDARIS!!" "DRUNK IRENE = NATIONAL TREASURE" "JIHYO HARUS SELALU DOKUMENTASIKAN MOMEN BEGINI" "BEST VLOGGER COUPLE ISTG" Tapi... tiba tiba Irene ingat sesuatu, mendadak, Irene menegang. Dia menatap Jihyo dengan mata melebar. "Aku... aku nyosorin kamu, ya?" Jihyo menaikkan alis. "Bukan cuma nyosor, kamu tuh hampir ngelahap aku." Irene langsung nutup mukanya lagi. "YA AMPUNN, AKU MALUUU!" Jihyo ketawa sambil mencubit pinggang Irene gemas. "Ya udah, gak usah malu. Aku kan istri kamu juga." Irene melotot kecil. "TAPI ITU DI DEPAN TEMEN TEMEN KITA!!!" Jihyo nyengir. "Makanya, lain kali aku harus mabokin kamu di rumah aja biar clingy ke aku doang." Irene langsung lempar bantal ke wajah Jihyo. "JANGAN BERANI-BERANI, BAE JIHYO!" Jihyo ngakak keras. "HAHAHAHA!" Irene merosot pasrah di ranjang. "Aku harus ganti identitas dan pindah negara..." Jihyo mengelus kepala Irene sambil tersenyum sayang. "Udah, sayang. Santai aja. Besok kita jelasin ke temen temen." Irene memejamkan mata, menghela napas panjang. "Oke... tapi kamu yang ngomong, aku malu." Jihyo nyengir puas. "Siap, wifey. Yang penting, kamu tetep istriku yang clingy kalau mabok." Irene melempar bantal lagi. "JIHYOOOOO!!" - Pagi itu, aroma sup hangat mulai memenuhi dapur. Jihyo berdiri di depan kompor, mengaduk pelan rebusan sup yang mulai matang. Setelah semalam penuh drama, dia pikir Irene pasti butuh sesuatu yang hangat buat mengembalikan energinya. Sementara itu, di kamar mandi, Irene baru selesai mandi. Handuk masih membungkus rambutnya, wajahnya tampak segar tapi ekspresinya sedikit kosong. Saat dia melangkah keluar dan melihat Jihyo sibuk di dapur, tanpa berpikir panjang, Irene langsung berjalan mendekat. Dan tanpa angin, tanpa hujan, tiba-tiba Irene memeluk Jihyo dari belakang. Jihyo kaget. Irene kalau waras tuh jarang clingy begini. "Eh? Rene?" Jihyo berhenti mengaduk, matanya melebar kaget. "Kamu kenapa tiba-tiba begini? Masih mabok?" Irene gak menjawab. Dia hanya menyandarkan kepalanya di pundak Jihyo, pelukannya semakin erat di perut Jihyo. Jihyo bisa merasakan napas Irene di kulitnya, membuatnya makin heran. "Sayang...? Kok diem aja?" Perlahan, dengan suara kecil, Irene akhirnya bicara. "Aku pasti nyusahin kamu banget semalam, ya?" Jihyo terdiam. Dia bisa merasakan nada bersalah di suara Irene. Irene beneran kepikiran, ya? Jihyo menghela napas pelan, berusaha memahami perasaan istrinya. "Kok kamu ngomongnya gitu, sayang?" Irene makin mengeratkan pelukannya di perut Jihyo. "Iya... aku liat di kamar mandi tadi, bajuku basah... Aku... aku pasti muntah, ya?" kata Irene ragu-ragu. Jihyo terdiam sesaat, lalu mematikan kompor. Ini bukan waktunya buat masak, lebih penting buat menenangkan Irene dulu. Pelan, dia berbalik, menghadap istrinya yang masih terlihat sedikit sedih. Jihyo menghela napas dan mengangkat tangan untuk membelai lembut pipi Irene. "Iya, kamu muntah di mana-mana semalam..." Irene mengalihkan pandangannya, ekspresi bersalah makin jelas di wajahnya. Jihyo melanjutkan dengan suara lembut, "Aku emang kewalahan, tapi aku tau itu karena kamu pusing banget, sayang. Terus muntahan kamu kena baju, jadi tadi malam aku sekalian cuci baju kamu." Irene mendesah panjang. "Tuh kan... kamu sampai cuci bajuku juga... Aku pasti ngerepotin kamu banget semalam." Jihyo tersenyum kecil, ibu jarinya mengusap pipi Irene dengan lembut. "Sayang..." Jihyo menatap mata Irene dalam-dalam. "Kamu gak usah minta maaf. Kamu gak ngerepotin aku kok. Aku emang harus jagain kamu, kan? Aku sayang kamu, Irene. No matter what." Irene terdiam sejenak, lalu tanpa ragu langsung memeluk Jihyo erat. "Kamu emang istri yang paling best..." bisiknya dengan nada manja. "Walaupun suka ngeledekin aku ke followers kita, tapi aku gak pernah nyesel nikahin kamu dulu." Jihyo tertawa kecil, membalas pelukan Irene sambil mengusap punggungnya pelan. "Nah, gitu dong. Jangan sedih-sedih, aku gak pernah marah kok." Irene tersenyum, tiba-tiba dia mencium pipi Jihyo. Sekali. Lalu dua kali. Lalu, dia mulai mengecup leher Jihyo juga berkali-kali, gemas. "Sayanggg... aku sayang banget sama kamu juga!" Jihyo langsung terkikik geli. "Hahaha! Irene, jangan gitu! Aku masih masak loh!" Irene tetap gak mau lepas. Dia malah makin manja, nyender di bahu Jihyo sambil nyium-nyium lagi. Jihyo hanya bisa ketawa sambil berusaha menghindar, tapi hatinya hangat. Mungkin semalam Irene mabok parah. Tapi pagi ini, Irene yang sadar dan waras tetaplah Irene yang sama—istri yang paling ia sayang. - Setelah suasana sedikit tenang, mereka akhirnya duduk di meja makan. Jihyo menaruh semangkuk sup di depan Irene, lalu duduk di sebelahnya. Aroma sup ayam yang hangat menguar, bikin perut yang tadinya gak lapar jadi tiba-tiba keroncongan. Irene memandangi sup itu, lalu melirik Jihyo dengan mata berbinar. "Waaah, ini pasti enak banget..." Jihyo terkekeh, menyendokkan sup ke dalam sendok. "Ya udah, ayo makan biar badan kamu enakan." Irene bukannya ambil sendok sendiri, malah diam sambil manyun. Jihyo mengernyit. "Kenapa?" Irene menatap Jihyo dengan mata puppy eyes. "Disuapin dong..." Jihyo langsung ngakak. "Astaga, kamu kenapa jadi begini sih? Biasanya galak!" Irene cemberut, "Aku gak mau jutek-jutek lagi. Aku mau manja terus sama kamu!" Jihyo masih ketawa sambil menggeleng, tapi hatinya langsung meleleh. "Ya ampun, aku jadi punya bayi besar sekarang." Irene nyengir puas. "Iya! Aku bayi kamu! Jadi suapin, please~" Jihyo menghela napas pasrah tapi tetap senyum, lalu mulai menyuapkan sup ke mulut Irene. "Ayo buka mulutnya~" Irene dengan semangat membuka mulutnya lebar. "Aaaah~" Jihyo ngakak lagi. "Aduh, lucu banget sih!" Irene mengunyah sup itu dengan mata berbinar. "Enak banget, istri aku paling jago masak!" Jihyo terkikik, seneng banget liat Irene yang clingy begini bahkan dalam keadaan sadar. Biasanya Irene tuh cool banget, tapi sekarang malah jadi bayi gede. "Jadi kamu bakal gini terus?" tanya Jihyo sambil nyuapin lagi. Irene mengangguk kuat. "Iya! Aku gak mau jadi istri jutek lagi! Aku mau manja terus sama kamu!" Jihyo tersenyum hangat, lalu mencubit pipi Irene gemas. "Kalau gitu, aku bakal jagain bayi aku ini baik-baik." Irene ketawa, lalu balas mencium pipi Jihyo. "Aku sayang banget sama kamu!" Jihyo cuma bisa ketawa sambil terus nyuapin Irene, hatinya udah meleleh total. Kayaknya, punya Irene yang clingy dan manja terus gak ada ruginya sama sekali. - Setelah beberapa suapan, Irene akhirnya kenyang dan puas. Dia bersandar di kursi dengan senyum lebar, kelihatan bahagia banget. Jihyo yang duduk di sebelahnya cuma bisa geleng-geleng kepala sambil ngeliatin tingkah Irene. "Perut aku anget... Kenyang... Bahagia... Aku beneran sayang banget sama kamu, Jihyo." Irene tiba-tiba ngomong gitu sambil melirik Jihyo penuh cinta. Jihyo terkekeh, "Iya, iya, aku juga sayang kamu. Tapi tumben banget sih clingy-nya masih lanjut? Biasanya kalau udah sadar, kamu balik ke mode cool lagi." Irene langsung manyun. "Aku gak mau cool lagi. Aku udah mikir, jadi orang cool tuh capek. Aku lebih suka jadi bayi kamu aja." Jihyo ngakak sambil tepok jidat. "Astaga, siapa yang nyihir istri aku, sih?" Irene langsung nyenderin kepalanya ke bahu Jihyo, memeluk lengannya erat. "Gak ada yang nyihir... Aku sadar kok. Aku cuma baru ngeh aja kalau aku tuh lebih suka begini. Kan kamu lebih suka aku gini juga, ya?" Jihyo melirik Irene dengan tatapan geli. "Ya suka sih... Tapi aku gak nyangka aja. Aku kira efek mabok semalam, ternyata emang kamu mau berubah jadi bayi aku selamanya." Irene mengangguk mantap. "Iya. Mulai sekarang, aku bakal lebih sering manja ke kamu!" Jihyo cuma bisa senyum lebar, hatinya udah meleleh total. "Ya udah, ayo pindah ke sofa, bayi besar. Aku mau peluk kamu sekalian istirahat." Irene langsung bangkit dengan semangat, menarik tangan Jihyo. Mereka duduk di sofa, dan Irene langsung nyelonjor, naruh kepalanya di paha Jihyo. "Enak banget jadi bayi kamu..." gumam Irene sambil nyari posisi paling nyaman. Jihyo tertawa kecil, membelai rambut Irene lembut. "Ya udah, sayang. Mulai sekarang, aku bakal jagain bayi besar aku yang paling manja ini." Irene tersenyum puas, matanya mulai merem melek saking nyamannya. Dan Jihyo? Dia gak pernah se-happy ini. Punya Irene yang clingy selamanya? Gak ada ruginya sama sekali. - Jihyo masih duduk santai di sofa, jari-jarinya dengan lembut membelai rambut Irene yang tiduran di pahanya. Sampai tiba-tiba, Irene mulai mengelus perut Jihyo dengan jemarinya yang hangat. Jihyo sempat gak terlalu mikirin sampai Irene tiba-tiba berkata pelan, suaranya penuh makna. "Nanti di perut kamu ini ada bayi kecil kita..." Jihyo langsung melotot. "Hah?!" Irene yang masih tiduran menatap Jihyo sambil tersenyum lembut, seolah yang dia ucapin tadi itu hal biasa aja. Jihyo hampir jantungan. "Kamu berubah pikiran sekarang, Rene?! Kamu mau punya anak?!" Irene mengangguk pelan, masih dengan senyum yang menenangkan. "Iya... Aku mau kamu ngandung Irene Junior sekarang..." Jihyo makin melongo. Jihyo bahkan hampir gak bisa napas sesaat, otaknya masih berusaha memproses semua ini. Irene? Istrinya yang dulu ngotot banget gak mau punya anak? Sekarang malah ngomong soal Irene Junior dengan nada selembut ini?! Irene meraih tangan Jihyo, menggenggamnya erat. "Aku sadar, Jihyo... Aku salah dulu ngotot gak mau punya anak, karena aku pikir punya anak itu bakal repot." Irene menarik napas panjang. "Padahal kamu dari dulu udah pengen banget punya bayi..." Jihyo masih gak bisa ngomong, tenggorokannya tercekat. Irene menatapnya dengan tatapan tulus. "Sekarang aku sadar, naluri keibuan kamu tuh gak pernah pudar... Dan aku gak mau bikin kamu sedih setiap kali liat bayi orang lain." Jihyo langsung terdiam, matanya perlahan berkaca-kaca. Irene melanjutkan, "Jadi sekarang aku mau... Aku mau kita punya anak. Aku mau kita punya keluarga kecil." Dan saat itu juga, Jihyo langsung duduk tegak, menatap Irene dengan mata bergetar penuh emosi. Tangannya mencengkeram lengan Irene erat-erat. "Makasih, sayang... Makasih..." Begitu Irene ikut bangun dan duduk, Jihyo langsung memeluknya erat. Dia menangis. Bukan tangisan sedih, tapi tangisan bahagia yang selama ini dia tahan dalam diam. Irene tersenyum kecil sambil mengelus punggung Jihyo yang sedikit bergetar. "Aku janji bakal jagain kamu waktu hamil nanti, Jihyo." Irene berbisik lembut. "Aku bakal jagain bayi kita juga. Kamu tenang aja..." Jihyo semakin memeluk Irene erat, seolah gak mau melepaskannya. Irene menarik diri sedikit, lalu kembali menunduk, mengelus perut Jihyo dengan penuh kasih sayang. "Kalian akan jadi kesayangan DaddyRene..." Jihyo tertawa kecil di tengah tangisannya. "DaddyRene?" Irene mengangguk bangga. "Iya dong. Aku bakal jadi Daddy terbaik buat kalian." Jihyo mengusap air matanya, lalu mengelus kepala Irene yang menunduk. "Aku bersyukur banget punya kamu, Rene..." Irene tersenyum, mencium perut Jihyo dengan lembut, seolah membisikkan janji kepada calon bayi mereka yang bahkan belum ada. "Mulai besok, kita ke dokter ya. Buat program kehamilan kamu." Jihyo menatap Irene dengan penuh cinta. Kalau dulu Irene keras kepala dan dingin, sekarang Irene berubah. Dan perubahan itu adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup Jihyo. [ PREGNANT & BABY VLOG!📸 ] Guysssss!!!! Lanjutan nya di Wp yaaaa!!! Pokoknya paling lengkap di Wp hehehe Ending nya disana, otw aku publish😜 Cussss otw wp! hehe🏃‍♂️
❤️ 4

Comments