SUNSHINE_IS_DERRICK
SUNSHINE_IS_DERRICK
February 21, 2025 at 07:28 AM
Bab 13: Rahasia di Balik Tatapan Aku tidak pernah menyadari bahwa sejak awal, tatapannya selalu berhenti lebih lama di tempatku duduk. Bahkan sebelum kami mulai berbicara di luar kelas, El Derrick selalu mengamatiku dengan cara yang sulit ditebak. Tapi setiap kali kutangkap basah, dia selalu memasang ekspresi datar dan melemparkan komentar yang menyebalkan. “Goresanmu kaku, Elia. Apa kau takut salah?” atau “Kau tidak pernah berani bereksperimen, pantas saja lukisanmu terasa datar.” Saat itu, kupikir dia memang menyebalkan. Tapi yang tidak pernah kusadari adalah... dia sebenarnya sedang menyembunyikan sesuatu. --- Sore itu, saat merapikan studio, tanpa sengaja aku mendengar percakapannya dengan salah satu dosen seni lainnya, Pak Nathan. Mereka berdiri di dekat jendela, tidak menyadari kehadiranku di balik rak kanvas yang tinggi. “Kau masih mengamatinya dari jauh?” tanya Pak Nathan dengan nada menggoda. El Derrick menghela napas panjang. “Tidak bisa dihindari. Dia... berbeda.” Aku menahan napas. Siapa yang mereka bicarakan? “Lalu kenapa kau selalu bersikap dingin padanya? Bukankah lebih mudah jika kau lebih ramah?” Suara tawa sinis Derrick terdengar pelan. “Justru karena itu. Kalau aku menunjukkan perhatian sedikit saja, dia akan menyadarinya. Dia pintar... terlalu pintar. Aku tidak mau dia tahu.” “Apa yang tidak kau ingin dia tahu?” tanya Pak Nathan lagi. “Bahwa... sejak awal, aku mengaguminya,” jawab Derrick pelan, suaranya serak. “Dia begitu jujur dalam seni, meski dia sendiri tidak menyadarinya. Dan... itulah yang membuatku takut. Karena semakin aku mengaguminya, semakin sulit untuk menjaga jarak.” Jantungku berhenti berdetak. Apakah... yang dia maksud adalah aku? Pak Nathan tertawa pelan. “El Derrick, kau lebih pengecut dari yang kupikirkan.” “Lebih baik jadi pengecut, daripada membuat semuanya menjadi rumit. Aku dosennya, Nathan. Dan aku... tujuh tahun lebih tua darinya.” Suara Derrick terdengar begitu lelah. Seakan menyimpan beban yang selama ini tak pernah terlihat. “Itulah kenapa aku selalu bersikap menyebalkan. Karena itu satu-satunya cara untuk menjaga jarak.” Aku tidak bisa lagi mendengar apa pun. Kepalaku terasa berat dan jantungku berdetak kencang tak beraturan. Jadi... selama ini, dia mengagumiku? Dan sikap menyebalkannya... adalah cara untuk menyembunyikan perasaannya? Tanpa sadar, kakiku melangkah mundur dan tanpa sengaja menyenggol rak kanvas yang menjulang tinggi. Bunyinya keras, membuat kedua pria itu menoleh kaget. “Elia?” Suara Derrick terdengar tercekat. Tatapannya panik, seakan ketakutan rahasianya baru saja terbongkar. Aku tidak bisa berkata apa-apa. Hanya berdiri di sana dengan pikiran yang kacau, menatapnya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Semua komentar pedas, tatapan tajam, dan sikap menyebalkannya... semua itu hanyalah kedok? Tanpa berkata apa-apa, aku berlari keluar studio, meninggalkan Derrick yang masih terpaku di tempatnya. Suara panggilannya menggema di koridor, tapi aku tidak berhenti. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Semuanya terasa begitu membingungkan.

Comments