
CXF Insights
February 11, 2025 at 05:47 AM
Perkembangan Emosi Anak 5 Tahun: Dari Tangisan ke Ekspresi Verbal
Sebagai orang tua, kita sering mengamati perubahan signifikan dalam perkembangan emosi anak seiring bertambahnya usia. Saya sendiri mengalami hal ini dengan anak saya yang kini berusia 5 tahun. Sebelumnya, ketika marah atau kesal, ia lebih sering mengekspresikan emosinya dengan menangis. Namun, belakangan saya mulai melihat perubahan—ia kini bisa meluapkan rasa marah dan kesalnya tidak hanya dengan menangis, tetapi juga dengan mengomel, berbicara dengan jelas tentang apa yang membuatnya tidak nyaman, dan menunjukkan ekspresi yang lebih kompleks.
Dari yang saya pelajari, usia 5 tahun memang merupakan masa transisi penting dari balita ke anak-anak. Di fase ini, anak mulai mengembangkan regulasi emosi dan keterampilan sosial yang lebih matang. Mereka tidak lagi hanya menangis untuk menunjukkan perasaan, tetapi mulai menggunakan kata-kata dan ekspresi lain untuk menyampaikan ketidaknyamanan mereka. Ini adalah bagian dari proses belajar mengenali dan mengelola emosi mereka.
Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung perkembangan emosi anak di usia ini:
1. Mendengarkan secara aktif – Anak membutuhkan ruang untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan mendengarkan secara aktif, kita bisa memahami apa yang mereka rasakan tanpa langsung memberikan solusi atau menghakimi.
2. Membantu menamakan emosi – Anak mungkin belum memiliki kosakata emosional yang luas. Kita bisa membantu dengan mengatakan, “Kamu kelihatan marah, ya?” atau “Sepertinya kamu kesal karena mainanmu diambil teman.” Dengan begitu, mereka belajar mengenali dan menyebutkan perasaan mereka dengan lebih baik.
3. Memberikan batasan yang jelas dan konsisten – Meskipun anak perlu mengekspresikan emosinya, mereka juga perlu belajar bahwa ada cara yang lebih sehat untuk melakukannya. Misalnya, mereka boleh marah, tetapi tidak boleh membanting barang atau memukul orang lain.
4. Mengajarkan cara menyelesaikan konflik – Kita bisa membantu anak menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi rasa kesal, seperti menarik napas dalam-dalam, berbicara dengan tenang, atau mencari bantuan orang dewasa.
5. Mengapresiasi usaha mereka dalam mengelola emosi – Alih-alih hanya fokus pada hasil akhir (misalnya, anak bisa menahan tangisnya), kita bisa memberikan pujian atas usahanya, seperti, “Ibu/Papa lihat kamu tadi mencoba menenangkan diri, bagus sekali!” Ini akan membantu mereka membangun rasa percaya diri dan kemandirian.
Perubahan dalam cara anak mengekspresikan emosinya adalah bagian dari pertumbuhan mereka. Sebagai orang tua, peran kita bukan hanya menenangkan mereka saat marah, tetapi juga membimbing mereka agar semakin mahir dalam mengenali dan mengelola perasaan mereka dengan cara yang sehat. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak dapat mengembangkan fondasi yang kuat untuk kesehatan emosional dan sosial mereka di masa depan.