
ENERGIZER
February 25, 2025 at 09:20 PM
*SERAHKAN BARANG KEPADA PEMILIKNYA*
Saudaraku aktivis Islam, sesungguhnya Anda telah menjual jiwa Anda kepada Allah 'Azza wa Jalla. Karena itu, Anda tidak mempunyai pilihan lain selain harus menyerahkan barang kepada pembelinya. Allah SWT berfirman:
*(إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ)*
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa dan harta mereka (yang dibayar) dengan surga untuk mereka
(QS at-Taubah [9]: 111).
Jika Allah telah menerima 'barang' yang Dia 'beli', yaitu diri kita, tentu Dia bebas memperlakukan kita semau-Nya dan meletakkan diri kita di tempat yang ia sukainya. Allah sah-sah saja menempatkan diri kita di istana atau di penjara, atau memakaikan 'baju' mewah pada diri, atau membuat diri kita nyaris 'telanjang'. kecuali aurat kita, atau menjadikan diri kita kaya ataupun miskin, atau menjadikan diri kita berumur panjang, atau membuat diri kita mati di tiang gantungan, ditangkap musuh lalu dibunuh atau dicincang.
Pantaskah penjual kambing marah atau hatinya berubah kepada pembeli kambing saat pembeli kambing itu menyembelih kambing yang dibelinya? Tidakkah Anda mendengar tentang apa yang telah terjadi pada Singa Allah dan Singa Rasul-Nya, yakni Hamzah bin Abdul Muthalib ra.? Perutnya dibelah. Hatinya dikeluarkan. la pun dicincang
(HR Ahmad, dari penuturan Ibn Mas'ud, dalam Musnad Ahmad, 1/463).
Demikian pula para Sahabat Nabi saw, yang gugur sebagai syuhada di medan Perang Uhud; mereka diperlakukan oleh orang-orang kafir seperti itu. Perut mereka dibelah. Telinga dan hidung mereka dipotong-potong. Bahkan Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy menjadikan hidung dan telinga para Sahabat sebagai gelang kaki dan tangan mereka. Hindun binti Utbah lalu menghadiahkan gelang kaki, gelang tangan dan anting-antingnya kepada budak bernama Wahsyi, sang pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, sebagai imbalan atas 'prestasinya' membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib.
(HR Ibnu Ishaq, dari penuturan Shalih bin Kisan, dalam Sirah Ibn Hisyâm. 11/91).
Bahkan, tidakkah Anda tidak mendengar apa yang telah terjadi pada Rasulullah saw.. juga dalam Perang Uhud? Saat itu Wajah Beliau terluka dan gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau rontok
(HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Ibn Majah: dari penuturan Anas bin Malik).
Bahkan Beliau hidup dalam cobaan demi cobaan bertubi-tubi. Sungguh benar Ibnu al-Jauzi saat berkata, "Bukankah Rasulullah saw, layak berkata, Siapa yang melindungiku? Siapa yang menolongku? Beliau perlu masuk Makah dalam perlindungan orang kafir dan meletakkan senjata. Para Sahabat Beliau dibunuh. Para Sahabat yang baru masuk Islam dirayu oleh pihak lain sedemikian rupa agar keluar dari Islam. Lalu Beliau sendiri mengalami kelaparan. Namun, Beliau tetap tegar dan tidak tergoyahkan. Beliau sering diuji dengan kelaparan hingga Beliau mengikatkan batu di perut-perut Beliau, padahal kekayaan di langit dan di bumi milik Allah. Para Sahabat Beliau dibunuh. Wajah Beliau terluka. Gigi antara gigi seri dan gigi taring Beliau tercabut. Paman Beliau dari jalur ayah dicincang. Namun, beliau diam dan tidak bereaksi apa-apa. Beliau dianugerahi anak laki-laki, tetapi ia meninggal dunia tidak lama setelah itu. Beliau dianugerahi Hasan dan Husain, lalu Beliau diberitahu Allah bahwa keduanya kelak dibunuh. Beliau menetap di rumah Aisyah ra., lalu kehidupan rumah tangga Beliau runyam gara-gara tuduhan berzina yang diarahkan kepada Aisyah. Beliau mempunyai banyak mukzizat Namun demikian, banyak orang-orang bejat hidup pada masa Beliau, seperti Musailamah al-Kadzdzab, al-Unsi dan Ibnu Shayyad. Beliau menerapkan konsep kejujuran dan kebenaran, tapi malah dituduh sebagai penyihir dan pendusta. Beliau menderita sakit seperti sakitnya dua orang, tetapi tetap tenang dan tidak terguncang. Ketika Beliau memberitahukan kondisi Beliau, Beliau mengajarkan kesabaran. Beliau merasakan sakit luar biasa saat nyawa beliau tercabut. Saat itu beliau terbaring di atas kain usang dan sarung kasar, tanpa penerang lampu."
(Ibn al-Jauzi, Shayd al-Khâthir, 257-261).
Karena itulah, Saudaraku yang dimuliakan Allah, renungkanlah kisah para Nabi dan para Rasul yang notabene merupakan makhluk pilihan Allah, yang paling Allah muliakan dan Allah cintai. Nabi Ibrahim as. dilemparkan ke dalam api. Nabi Zakaria as. digergaji. Nabi Yahya as. disembelih. Nabi Ayub as. didera ujian selama bertahun-tahun hingga kehilangan harta dan anak-anaknya. Nabi Yunus as. 'dipenjara' di dalam perut ikan hiu. Nabi Yusuf as. dijual dengan harga murah dan dibui beberapa tahun. Dalam menghadapi itu semua, mereka ridha dengan Allah SWT dan takdir-Nya.
Salah seorang generasi salaf pernah berkata, "Seandainya tubuhku digergaji dengan banyak gergaji, hal itu lebih aku sukai daripada aku mengatakan tentang sesuatu yang telah menjadi qadha' (ketetapan) Allah, 'Kalau saja hal itu tidak terjadi."
Yang lain berkata, Aku telah berbuat suatu dosa yang aku tangisi selama tiga puluh tahun." Padahal orang tersebut sangat rajin beribadah. la lalu ditanya, "Dosa apa itu?" Orang itu berkata, "Suatu ketika aku berkata tentang sesuatu yang telah terjadi, 'Ah, kalau saja sesuatu itu tidak terjadi."
Karena itu, Saudaraku, jadilah Anda seperti mereka. Mereka tiada pernah membenturkan manajemen mereka dengan manajemen Allah SWT. Mereka pun tidak pernah membenturkan pilihan mereka dengan pilihan Allah SWT. Mereka tidak melakukan intervensi terhadap manajemen Allah SWT dalam Kerajaan-Nya dengan berkata, "Seandainya saja demikian, pasti hasilnya demikian," atau berkata, "Ah, kalau saja hal itu tidak terjadi."
Pilihan Allah SWT bagi hamba-Nya yang Mukmin adalah pilihan paling agung dan terbaik meskipun sekilas tampak sulit atau
susah; atau menghabiskan harta serta menghilangkan jabatan, keluarga, anak-anak bahkan dunia seisinya.
Cobalah Anda memutar kembali ingatan Anda ke kisah Perang Badar dan pikirkanlah Perang Badar dengan baik. Saat itu sebagian Sahabat lebih senang menghadapi kafilah dagang. Namun, Allah SWT memberi mereka pilihan yang lebih agung dan lebih baik daripada pilihan mereka. Ya, Allah SWT memilihkan untuk mereka pasukan Quraisy untuk mereka hadapi. Tentu ada perbedaan besar di antara kedua pilihan itu; sama seperti perbedaan satu bintang dengan bintang lainnya. Apa saja yang ada dalarn kafilah dagang Quraisy? Di dalamnya ada makanan yang biasa dimakan, lalu dibuang di tempat kotoran; ada juga pakaian yang yang biasa dipakai lalu berubah usang, kemudian dicampakan dari dunia yang fana.
Adapun pasukan Quraisy, di dalamnya terdapat garis pembeda (demakrasi). Di dalamnya Allah SWT membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Di sana ada kekalahan bagi kemusyrikan dan kemenangan bagi tauhid. Di sana ada pembunuhan gembong gembong kaum musyrik, yang menjadi batu sandungan di depan Islam. Itulah agama baru di semenanjung Arab. Demikian seterusnya. Lebih dari itu, di dalamnya Allah mengamati para Mujahid Perang Badar, lalu berfirman, "Lakukanlah apa saja yang kalian kehendaki karena sesungguhnya Aku telah mengampu kalian."
(HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Hakim). Maha benar Allah SWT yang berfirman:
*( وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى* *الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن تُحِقَّ الْحَقَّ*
*بِكَلِمَاتِهِ، وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ )*
Ingatlah ketika Allah menjanjikan kepada kalian bahwa salah satu dari dua golongan itu untuk kalian, sedangkan kalian menginginkan (golongan) yang tidak mempunyai kekuatan senjata untuk kalian, sementara Allah berkehendak untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir
(QS al-Anfal [8]: 7).
Sebelum saya mengakhiri pembahasan dalam tema ini, saya ingin menyitir ucapan indah Ibnu al-Qayyim rahimahullâh yang ia tulis dalam buku Zâd al-Ma'âd, namun dengan sedikit perubahan redaksi bahasa:
Allah tidak memberi Anda sesuatu bukanlah Dia karena pelit, atau karena takut khazanah kekayaan-Nya berkurang, atau karena Dia hendak menyembunyikan apa yang menjadi hak Anda. Dia sengaja tidak memberi Anda sesuatu untuk: mengembalikan Anda kepada-Nya; memuliakan Anda dengan merendahkan diri kepada-Nya; membuat Anda kaya dengan menjadikan Anda membutuhkan-Nya; memaksa Anda bersimpuh di depan-Nya; membuat Anda merasakan manisnya sikap merendahkan diri kepada-Nya dan lezatnya sikap merasa butuh kepada-Nya; memakaikan pakaian ubudiah kepada Anda; menempatkan Anda dengan membawa Anda tidak ke tingkat para wali termulia serta memperlihatkan kepada Anda kebijaksanaan-Nya dalam kekuasaan Nya, rahmat-Nya dalam kemuliaan-Nya dan kebaikan Nya dalamekuatan-Nya. Jika Allah tidak memberi sesuatu maka secara tidak langsung merupakan pemberian. Jika Allah mengisolasi hamba Nya itu berarti Dia sedang mengangkatnya ke posisi terhormat jika Allah menghukumnya, itu berarti Dia sedang mendidiknya jika Dia mengujinya, itu merupakan nikmat dan bukti jika Dia membuat Anda dikuasai musuh itu berarti Dia sedang menggiring orang kepada Anda.
Siapa saja yang tidak memahami makna agung ini dengan kalbu dan akalnya serta tidak mengamalkannya, ia tidak layak menerima pemberian dan tidak mempunyai tempat untuk meletakkan pemberian ini. Siapa saja yang pergi tanpa membawa tas, ia akan pulang dengan tangan kosong dan ia tidak layak menyalahkan kecuali dirinya sendiri.
Wallahua'laim bisshawab..
(ditulis dari buku pesan-pesan menggugah untuk para pengemban dakwah, DR Najih Ibrahim)
✍️ _*Quotes Energizer*_
❤️
🏴
2