As-Salafiyyah 🇮🇩
As-Salafiyyah 🇮🇩
February 15, 2025 at 04:23 AM
Dua Kaidah Penting dalam Menghafal Al-Qur'an Syaikhuna Mustafa Mabram—semoga Allah menjaganya—berkata: Banyak penuntut ilmu yang bertanya tentang kaidah-kaidah yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur'an atau nasihat bagi mereka yang ingin menghafalnya. Setelah meneliti dan membaca banyak tulisan serta pembahasan dalam bidang ini, kami mengatakan bahwa setelah aspek psikologis dan batiniah—yang mencakup keterikatan hati dengan Allah Ta'ala, ketakwaan, keikhlasan, muraqabah (merasa diawasi oleh Allah), mengamalkan Al-Qur'an, serta menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan—yang merupakan faktor fundamental yang harus ada dalam diri seseorang, maka dari sisi teknis, keberhasilan dalam menghafal bergantung pada dua kaidah utama yang tidak ada yang ketiga: ➡️ Dua kaidah tersebut adalah: Istimrār (kontinuitas) dan Tikrār (pengulangan). Sebab, pengulangan memperkuat hafalan dan menanamkannya dalam hati sehingga ia melekat dan bisa diingat kapan pun diperlukan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Sebenarnya, Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang jelas dalam dada orang-orang yang diberi ilmu." (QS. Al-'Ankabut: 49) Ketika seseorang mengulang hafalannya, maka hafalan tersebut akan tertanam dalam pikirannya. Aku pernah mendengar Syaikhuna, Al-Allamah Ibn Ghudayyan—rahimahullah—dalam suatu majelis, beliau berkata: "Jika kalian ingin menguatkan hafalan sesuatu, maka bacalah sebanyak 50 kali." Itu adalah jumlah minimal. Bahkan, sebagian ulama menuturkan bahwa Syaikh Abdurrahman Furayyan—rahimahullah—(pendiri lembaga-lembaga tahfizh di Najd dan Jazirah Arab) mengatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim mewajibkan murid-muridnya membaca satu halaman sebanyak 120 kali! Jumlah ini tentu berbeda-beda sesuai dengan keadaan dan kemampuan masing-masing orang. Jika kita melihat metode para ulama terdahulu, khususnya para ahli hadis, mereka sering kali menghafal sanad dengan cara naik ke atap rumah lalu mengulang-ulangnya sepanjang malam hingga waktu subuh: "Haddatsana fulan, qala haddatsana fulan, qala haddatsana fulan..." Mereka terus mengulangnya hingga hafal. Ini adalah metode yang sudah dikenal. Sementara jika seseorang hanya membaca satu halaman dua atau tiga kali lalu berkata: "Alhamdulillah, saya sudah hafal," tetapi ketika diminta mengulanginya ia tidak mampu, maka itu bukanlah hafalan yang kuat! ➡️ Kaidah kedua adalah istimrār (kontinuitas). Mengapa kontinuitas itu penting? Sebab, istimrār akan menambah dan memperkuat hafalan. Jika tikrār (pengulangan) berfungsi untuk menanamkan hafalan, maka istimrār akan membuatnya berkembang dan bertambah. Oleh karena itu, keduanya harus berjalan bersama: pengulangan harus disertai kontinuitas, dan kontinuitas harus selalu diiringi dengan pengulangan. ▪️ Dua kaidah inilah kunci utama dalam menghafal. Barang siapa yang telah mencoba menghafal dan mengulang-ulang bacaannya, ia pasti akan memahami hakikat dua kaidah ini. Tentu saja, semua ini harus disertai dengan keikhlasan, ketakwaan kepada Allah Ta'ala, serta doa. Selain itu, ada juga beberapa faktor pendukung lainnya yang disebutkan oleh para ulama, seperti asupan makanan yang berpengaruh pada daya ingat. Syaikhuna Muqbil—rahimahullah—pernah berpesan kepada murid-muridnya agar meminum jahe untuk membantu memperkuat hafalan, tetapi tidak dalam jumlah berlebihan karena bisa menyebabkan penyakit as-sauda' (melankolia). Begitu juga kismis, yang sering disebutkan oleh para ulama sebagai makanan yang bermanfaat bagi daya ingat. Pada dasarnya, makanan yang memperlancar peredaran darah dalam tubuh dapat membantu memperkuat hafalan, sedangkan makanan yang terlalu dingin atau berat dapat melemahkannya. Pembahasan ini masih panjang, tetapi apa yang telah disampaikan insya Allah sudah cukup dan bermanfaat. 📖 Syarh Al-'Aqidah Al-Wasithiyyah 📚 Untuk mengikuti kanal (Fawaid Syaikh Mustafa Mabram): https://t.me/fawaidmbrm

Comments