Diksi dan Sastra
Diksi dan Sastra
February 17, 2025 at 03:12 PM
*Sepenggal kisah* Langit sore meremang, sinar matahari yang nyaris tenggelam menggoreskan warna jingga di antara hiruk-pikuk kota. Pria itu duduk di bangku kayu pinggir jalan, membiarkan embusan angin menerpa wajahnya yang lelah. Di hadapannya, orang-orang berlalu lalang, masing-masing membawa kisah yang tak ia ketahui. Ia menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke trotoar. Namun, sesaat kemudian, tatapannya membeku. Seorang gadis melintas. Ia tak memperlambat langkahnya, tak menoleh, hanya melewati pria itu seperti orang asing pada umumnya. Tapi bagi si pria, dunia seketika berhenti. Bayangan yang begitu akrab berkelebat di benaknya, menyeretnya ke masa lalu yang telah lama ia kubur. Gadis itu… begitu mirip. Lekuk wajahnya, caranya berjalan, bahkan helaian rambut yang tertiup angin—semua seolah-olah ia pernah melihatnya di suatu tempat, dalam suatu waktu yang terasa begitu dekat, namun tak dapat ia genggam kembali. Seketika, ingatannya tumpah. Hari-hari yang dulu ia habiskan bersama seseorang yang pernah mengisi dunianya, tawa yang memenuhi ruang-ruang hening, percakapan yang kini hanya menjadi gema samar di kepalanya. Tetapi… tidak. Ia sadar, ini hanya permainan semesta. Gadis itu bukan dia. Ia hanyalah seseorang yang kebetulan memiliki jejak serupa dengan masa lalu. Meski begitu, dadanya tetap terasa sesak. Ada sesuatu yang menghimpit, seperti kenyataan yang enggan ia terima. Betapa mudahnya hati manusia tertipu oleh nostalgia, betapa lemahnya ia dalam menghadapi rahasia waktu. Angin kembali bertiup. Gadis itu telah jauh, menghilang di antara lautan manusia. Pria itu mengusap wajahnya, lalu tersenyum tipis—pahit, namun tulus. Mungkin, ini hanya cara semesta mengingatkannya bahwa masa lalu tidak benar-benar pergi. Ia hanya bersembunyi, menunggu waktu yang tepat untuk kembali mengetuk pintu ingatan.
❤️ 💐 9

Comments