
Multaqa Du'at Indonesia
February 5, 2025 at 11:15 PM
---
Hari 1 (Surat Al-Fatihah: Ayat 1)
1. Tafsir Ayat:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Tafsir Ibnu Katsir: Basmalah menunjukkan pentingnya memulai segala urusan dengan nama Allah, sebagai bentuk tawakal dan pengakuan terhadap kekuasaan-Nya. Ar-Rahman (Maha Pengasih) meliputi rahmat Allah yang luas kepada seluruh makhluk, sedangkan Ar-Rahim (Maha Penyayang) merujuk pada rahmat khusus Allah kepada orang-orang beriman di dunia dan akhirat.
Tafsir Al-Tabari: Basmalah adalah bentuk permohonan berkah dari Allah. Ulama salaf seperti Ibnu Abbas mengatakan, “Bismillah adalah pelindung bagi setiap perbuatan dari hal-hal buruk.”
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan basmalah maka terputus (kurang berkah)." (HR. Abu Dawud, no. 4840)
Penjelasan: Hadits ini menunjukkan pentingnya membaca basmalah dalam setiap aktivitas. Ulama seperti Al-Nawawi menjelaskan bahwa membaca basmalah menghadirkan keberkahan dan mengingatkan kita bahwa segala nikmat berasal dari Allah.
3. Permasalahan Fiqih:
Hukum Membaca Basmalah dalam Shalat:
Mazhab Syafi’i: Disunnahkan membaca basmalah dengan suara keras dalam shalat jahriah (seperti Subuh, Maghrib, Isya).
Mazhab Hanafi: Basmalah dibaca pelan karena dianggap bukan bagian dari surat Al-Fatihah secara langsung.
Rujukan: Al-Majmu’ (Imam Nawawi), Badai’ al-Sanai’ (Al-Kasani)
---
Hari 2 (Surat Al-Fatihah: Ayat 2)
1. Tafsir Ayat:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Tafsir Ibnu Katsir: “Alhamdulillah” berarti segala puji hanya bagi Allah, sebagai bentuk pengakuan atas kesempurnaan-Nya. Allah adalah Rabb al-‘Alamin (Tuhan seluruh alam), mencakup manusia, jin, hewan, dan seluruh ciptaan-Nya.
Tafsir Al-Qurtubi: Ulama salaf seperti Hasan Al-Bashri menafsirkan “Rabb” sebagai Pemilik, Pengatur, dan Pemelihara seluruh makhluk, baik yang tampak maupun tersembunyi.
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Allah ridha kepada hamba-Nya yang ketika makan atau minum, dia memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah)." (HR. Muslim, no. 2734)
Penjelasan: Hadits ini mengajarkan pentingnya bersyukur. Ibnul Qayyim menjelaskan dalam Madarij As-Salikin bahwa pujian kepada Allah harus lahir dari hati yang penuh syukur dan kesadaran akan nikmat-Nya.
3. Permasalahan Fiqih:
Hukum Mengucapkan Alhamdulillah Setelah Bersin:
Mayoritas Ulama: Disunnahkan bagi yang bersin untuk mengucapkan “Alhamdulillah”, dan orang yang mendengarnya membalas dengan “Yarhamukallah”.
Rujukan: Al-Adzkar (Imam Nawawi), Fathul Bari (Ibnu Hajar)
---
Hari 3 (Surat Al-Fatihah: Ayat 3)
1. Tafsir Ayat:
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Tafsir Ibnu Katsir: Ar-Rahman menunjukkan rahmat Allah yang mencakup seluruh makhluk tanpa terkecuali. Ar-Rahim adalah rahmat khusus untuk orang-orang beriman.
Tafsir Al-Tabari: Rahmat Allah terbagi menjadi dua: umum (bagi semua makhluk di dunia) dan khusus (bagi orang beriman di akhirat).
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Sesungguhnya Allah memiliki seratus rahmat. Satu rahmat Dia turunkan ke dunia, dengannya makhluk saling menyayangi... dan sembilan puluh sembilan rahmat lainnya disimpan untuk hamba-hamba-Nya di Hari Kiamat." (HR. Muslim, no. 2752)
Penjelasan: Hadits ini menunjukkan betapa luasnya kasih sayang Allah. Ulama seperti Imam An-Nawawi menegaskan bahwa rahmat Allah jauh melebihi apa yang bisa dibayangkan manusia.
3. Permasalahan Fiqih:
Apakah Wajib Membaca Basmalah dan Ayat Ini dalam Setiap Rakaat Shalat?
Mazhab Syafi’i: Membaca Al-Fatihah (termasuk ayat ini) adalah rukun shalat yang wajib dibaca di setiap rakaat.
Mazhab Hanafi: Cukup membaca Al-Fatihah di rakaat pertama dalam beberapa kondisi.
Rujukan: Al-Mughni (Ibnu Qudamah), Al-Hidayah (Al-Marghinani)
---
Hari 4 (Surat Al-Fatihah: Ayat 4)
1. Tafsir Ayat:
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Tafsir Ibnu Katsir: Allah adalah satu-satunya pemilik Hari Pembalasan, di mana semua makhluk akan dihisab tanpa pengecualian.
Tafsir Al-Qurtubi: Ayat ini mengingatkan tentang keadilan Allah di akhirat. Ulama salaf seperti Mujahid berkata, “Yawm ad-Din adalah hari di mana setiap orang menerima balasan atas amal perbuatannya.”
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatku di Hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan 'La ilaha illallah' dengan ikhlas dari hatinya." (HR. Bukhari, no. 99)
Penjelasan: Hadits ini menekankan pentingnya keikhlasan dalam tauhid sebagai kunci keselamatan di Hari Kiamat. Ibnu Rajab Al-Hanbali dalam Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam menjelaskan bahwa keikhlasan adalah ruh dari setiap amal.
3. Permasalahan Fiqih:
Apakah Orang Kafir Mendapatkan Syafaat di Hari Kiamat?
Mayoritas Ulama: Syafaat tidak berlaku bagi orang kafir. Syafaat hanya diberikan kepada orang beriman yang berdosa atau untuk mengangkat derajat mereka di surga.
Rujukan: Majmu’ al-Fatawa (Ibnu Taimiyah), Syarh Aqidah Thahawiyah (Ibnu Abil ‘Izz)
Masya Allah, baik Abunibal. Kita lanjutkan program ini dengan ayat-ayat berikutnya.
---
Hari 5 (Surat Al-Fatihah: Ayat 5)
1. Tafsir Ayat:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Tafsir Ibnu Katsir: Ayat ini menegaskan tauhid uluhiyah, yaitu bahwa hanya kepada Allah kita beribadah dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan. Menurut Ibnu Abbas, ayat ini adalah inti dari seluruh Al-Qur'an karena mencakup pengakuan akan hak Allah atas ibadah dan kebergantungan mutlak manusia kepada-Nya.
Tafsir Al-Tabari: Frasa ini menunjukkan pengkhususan, menegaskan bahwa ibadah tidak boleh ditujukan kepada selain Allah. Ulama salaf seperti Mujahid mengatakan, “Iyyaka na'budu adalah janji dari hamba kepada Allah, sedangkan iyyaka nasta’in adalah permohonan hamba kepada-Nya.”
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah." (HR. Tirmidzi, no. 2516, hasan sahih)
Penjelasan: Hadits ini menekankan pentingnya tawakal dan memurnikan ketergantungan hanya kepada Allah. Ibnul Qayyim dalam Madarij As-Salikin menjelaskan bahwa pertolongan Allah mencakup segala aspek kehidupan, baik urusan dunia maupun akhirat.
3. Permasalahan Fiqih:
Apakah Meminta Pertolongan Kepada Makhluk Diperbolehkan?
Mayoritas Ulama: Meminta pertolongan kepada makhluk diperbolehkan dalam perkara yang mereka mampu lakukan, selama tidak bertentangan dengan prinsip tauhid. Namun, dalam hal yang hanya bisa dilakukan oleh Allah (seperti meminta ampunan dosa atau keselamatan dari neraka), maka hal itu adalah syirik besar.
Rujukan: Kitab Tauhid (Muhammad bin Abdul Wahhab), Al-Fatawa Al-Kubra (Ibnu Taimiyah)
---
Hari 6 (Surat Al-Fatihah: Ayat 6)
1. Tafsir Ayat:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tafsir Ibnu Katsir: Doa ini adalah permohonan hidayah agar Allah membimbing kita ke jalan yang lurus, yaitu Islam, kebenaran, dan konsistensi dalam beramal shalih.
Tafsir Al-Tabari: As-sirat al-mustaqim diartikan sebagai jalan yang jelas tanpa bengkok, yaitu jalan para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Mujahid mengatakan bahwa hidayah di sini mencakup pemahaman, amal, dan keistiqamahan.
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Sesungguhnya hati anak Adam berada di antara dua jari dari jari-jemari Ar-Rahman. Dia membolak-balikkan hati-hati itu sebagaimana Dia kehendaki." (HR. Muslim, no. 2654)
Penjelasan: Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya kita memohon hidayah secara terus-menerus karena hati manusia sangat mudah berubah. Imam Ahmad sering berdoa, "Ya Muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik," mengajarkan betapa berharganya hidayah.
3. Permasalahan Fiqih:
Apakah Doa Ini Harus Dibaca Dalam Setiap Shalat?
Mazhab Syafi’i & Hambali: Membaca Al-Fatihah, termasuk doa ini, adalah rukun dalam setiap rakaat shalat.
Mazhab Hanafi: Tetap wajib, namun dalam shalat sunnah ada sedikit perbedaan mengenai panjang-pendek bacaan.
Rujukan: Al-Umm (Imam Syafi’i), Al-Mughni (Ibnu Qudamah)
---
Hari 7 (Surat Al-Fatihah: Ayat 7)
1. Tafsir Ayat:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Tafsir Ibnu Katsir: Jalan orang-orang yang Allah beri nikmat adalah para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh (rujukan: QS. An-Nisa: 69).
“Al-maghdhubi ‘alaihim” adalah orang-orang yang tahu kebenaran tetapi menolaknya (seperti orang Yahudi).
“Ad-dallin” adalah mereka yang sesat karena kebodohan (seperti orang Nasrani).
Tafsir Al-Tabari: Ayat ini menunjukkan pentingnya mengikuti jalan kebenaran yang telah ditempuh oleh orang-orang saleh, bukan jalan kesesatan atau kedurhakaan.
2. Hadits dan Penjelasannya:
"Orang-orang yang dimurkai adalah Yahudi, dan orang-orang yang sesat adalah Nasrani." (HR. Tirmidzi, no. 2954, hasan sahih)
Penjelasan: Hadits ini menegaskan tafsir ayat tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa menegaskan bahwa murka Allah turun kepada mereka yang mengetahui kebenaran tapi menolaknya, sedangkan kesesatan adalah akibat dari mengikuti hawa nafsu tanpa ilmu.
3. Permasalahan Fiqih:
Hukum Mengucapkan “Amin” Setelah Al-Fatihah:
Mazhab Syafi’i & Hambali: Disunnahkan mengucapkan “Amin” dengan suara keras setelah selesai membaca Al-Fatihah dalam shalat jahriah.
Mazhab Hanafi: Disunnahkan mengucapkannya secara pelan.
Rujukan: Al-Mughni (Ibnu Qudamah), Fathul Bari (Ibnu Hajar)
---
Kesimpulan Program Surat Al-Fatihah:
Tauhid: Ditekankan dalam ayat-ayat yang mengatur hubungan langsung dengan Allah.
Adab dan Akhlak: Seperti bersyukur, meminta pertolongan hanya kepada Allah, serta menjaga hati agar tetap lurus di jalan-Nya.
Prinsip Fiqih: Mengatur pelaksanaan ibadah, khususnya dalam konteks shalat.
Rujukan Utama:
Tafsir Ibnu Katsir
Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an (Al-Tabari)
Al-Mughni (Ibnu Qudamah)
Majmu’ Al-Fatawa (Ibnu Taimiyah)
---