Anak Generasi 60-90an Sepanjang Masa 💿📀💿📀💿📀
Anak Generasi 60-90an Sepanjang Masa 💿📀💿📀💿📀
February 21, 2025 at 10:56 AM
📝#biografi | Mendengar nama Ebiet G Ade, ingatan kita melayang pada salah satu lagunya yang cukup terkenal, 'Berita Kepada Kawan' dari album Camelia II (1979). Pemilik nama lengkap Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far ini dikenal sebagai penyanyi dan pencipta lagu dengan banyak mengangkat tema alam, sosial, politik, dan duka derita kelompok yang terpinggirkan. Nama Ebiet G. Ade sendiri diambil dari pengalamannya saat kursus Bahasa Inggris, sang guru yang merupakan orang asing kesulitan memanggilnya ‘Abid’ Ghoffar. Dengan logat bulenya, Abid selalu dipanggil Ebiet karena dalam Bahasa Inggris ‘A’ dibaca ‘E’. Lama-kelamaan nama tersebut menjadi melekat dalam dirinya, teman-temannya pun mulai terbiasa memanggil dengan nama Ebiet. Singkatan G. diambil dari nama keduanya yaitu Ghoffar, sedangkan ‘Ade’ adalah inisial nama ayahnya ‘Aboe Dja'far’. Ebiet G Ade lahir di Wonodadi, Banjarnegara, 21 April 1954. Sebelumnya menjadi penyanyi terkenal, Ebiet G Ade adalah sosok pemuda pada umumnya. Dia menempuh pendidikan formal dari SD, SMP, SMA, hingga Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Perjalanan pendidikannya terhenti, karena ketiadaan biaya untuk melanjutkannya. Sejak remaja, Ebiet telah belajar memainkan gitar akustik dari kakaknya Ahmad Mukhodam, dan memperdalam permainan gitar akustik ini kepada Kusbini. Dengan kepiawaian bermain gitar akustik inilah nantinya akan mengantarkan Ebiet G Ade menyanyikan puisi karyanya dan karya Emha Ainun Nadjib dalam bentuk musikalisasi puisi. Ebiet aslinya nggak pernah bercita-cita menjadi musisi atau penyanyi. Ebiet justru bercita-cita menjadi penyair, bahkan kemudian berubah menjadi penyiar radio, dan terakhir ingin menjadi jurnalis. Namun Allah menunjukkan jalan rezeki bagi Ebiet di dunia musik. Sebelumnya Ebiet G Ade gemar nongkrong bersama seniman lainnya di lesehan Jalan Malioboro, Jogja. Di sana Ebiet bertemu seniman macam Eko Tunas, Emha Ainun Najib, dan EH Kertanegara. Kebiasaan nongkrong ini yang menjadikan Ebiet kerap menulis puisi sendiri. Namun Ebiet tidak berani membacakan puisi karyanya sendiri. Semula ia hanya menyanyi dengan menggelar pentas seni di Senisono, Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta dan juga di Jawa Tengah, memusikalisasikan puisi-puisi karya Emily Dickinson, Nobody, dan mendapat tanggapan positif dari pemirsanya. Walau begitu ia masih menganggap kegiatannya ini sebagai hobi belaka. Namun atas dorongan para sahabat dekatnya dari PSK (Persada Studi Klub yang didirikan oleh Umbu Landu Paranggi) dan juga temannya satu kos, akhirnya Ebiet bersedia juga maju ke dunia belantika musik Nusantara. Setelah berkali-kali ditolak di berbagai label rekaman, akhirnya ia diterima di Jackson Record pada tahun 1979. Lagu-lagunya menjadi trend baru dalam khasana musik pop Indonesia. Tak heran, Ebiet sempat merajai dunia musik pop Indonesia di kisaran tahun 1979-1983. Sekitar 7 tahun Ebiet mengerjakan rekaman di Jackson Record. Pada tahun 1986, label yang melambungkan namanya itu tutup dan Ebiet terpaksa keluar. Ia sempat mendirikan label sendiri EGA Records, yang memproduksi 3 album, Menjaring Matahari, Sketsa Rembulan Emas, dan Seraut Wajah. Ebiet adalah salah satu penyanyi yang mendukung album Kita Untuk Mereka, sebuah album yang dikeluarkan berkaitan dengan terjadinya tsunami 2004, bersama dengan 57 musisi lainnya. Ia memang seorang penyanyi yang terilhami oleh alam, sosial, ketuhanan dan kemanusiaan sehingga wajar ada beberapa lagunya yang terinspirasi oleh bencana alam, sehingga lagu-lagunya sering menjadi tema bencana. . #ebietgade | #balada | #bencana . . 📰 Sumber : Wikipedia 📷 Foto : Timeline

Comments