
COLI (Cabang Olahraga Lima Jari)
February 11, 2025 at 06:58 PM
AKU tidak jelek. Kulitku tergolong putih dan mulus, tiada noda setitik pun. Wajahku juga termasuk cantik. Yang jadi masalah adalah gendutnya tubuhku ini. Tinggi badanku 160 cm, sementara berat badanku 70 kg. Kalau hitung-hitungan idealnya, berat badanku seharusnya 50 kg. Berarti berat badanku kelebihan 20 kg.
“Pras...tau nggak kenapa aku ngajak ke sini?” tanyaku setelah belasan menit menikmati indahnya pemandangan di sekitar air terjun ini.
“Mungkin di rumah Mbak lagi jenuh, lalu ingin refreshing di sini,” sahut Pras sambil menyalakan rokoknya.
“Bukan Pras. Aku butuh bantuanmu, please...”
“Dibantu dalam soal apa Mbak?” Pras menatapku. Hmm...memang manis dia ini. Rasanya aku tak salah pilih meski aku tahu dia sudah beristri.
“Ini sangat rahasia Pras. Maukah kamu berjanji untuk tidak menyampaikan hal ini kepada siapa pun?”
“Aku ingin merasakan hubungan seks, Pras... please Pras.... kamu bisa kan?”
"Mbak becanda apa serius?” Pras menatapku, dia langsung menerkamku. Memelukku dengan ciuman ganas di bibir dan leherku.
“Buka ya bajunya, biar jangan kusut,” kata Pras sambil mencium pipiku dengan bibir terasa hangat.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Walaupun dengan malu-malu kutanggalkan gaun dan underwearku, sehingga tinggal CD dan BH saja yang masih melekat di tubuhku.
“Hmmm... ternyata tubuhmu mulus banget Mbak,” kata Pras sambil mengelus perutku.
“Mulus tapi gendut...” kataku.
“Ah...gak seberapa gendut... malah tampak seksi gini....” Pras melepaskan kancing BHku yang bernomor 40.
“Wow... ini baru toge...” kata Pras setelah menanggalkan behaku. Lalu meremas buah dadaku yang besar ini dengan lembut.
“Kok kamu sendiri masih pakaian lengkap gitu? Buka juga dong biar adil,” kataku sambil melepaskan kancing baju kausnya, kemudian ia sendiri yang menanggalkannya. Disusul dengan pelepasan celana denimnya yang berwarna biru gelap.
Pras malah bertindak lebih cepat. Ia menanggalkan segala yang melekat di tubuhnya. Sehingga ia duluan telanjang bulat. Yang membuatku berdebar-debar adalah ketika melihat penisnya yang tampak sudah keras, mengacung dengan gagahnya. Aku tidak tahu apakah penis Pras itu tergolong besar atau kecil, panjang atau pendek, entahlah... karena baru sekali itu aku melihat penis dalam kenyataan (kalau nonton dari film-film bokep sih sering).
Ketika Pras naik ke atas tempat tidur, aku tak kuat lagi menahan hasrat, ingin memegang penisnya yang tampak sudah tegang itu.
“Ini harus diapain Pras?” tanyaku lugu sambil menggenggam penis Pras yang memang sudah keras dan hangat itu.
“Ya dimasukin ke dalam memek Mbak nanti... makanya buka dong celana dalamnya biar leluasa...” sahut Pras sambil menurunkan celana dalamku dengan hati-hati. Sedikit demi sedikit kemaluanku mulai terbuka.... Lalu terbuka sepenuhnya setelah celana dalamku dilemparkan ke dekat bantal oleh Pras.
“Hmm... kebayang... memek perawan pasti enak,” kata Pras sambil mengelus-elus jembutku yang kubiarkan tumbuh liar dan lebat sekali.
Kemudian Pras mendorong dadaku dengan lembut, supaya aku merebahkan diri di tempat tidur yang lumayan besar ini. Aku pun manut saja. Bahkan kataku,
“Aku ikuti instruksi kamu aja Pras. Jangan diketawain ya... soalnya aku masih bodoh banget. Anggap aja sekarang ini aku cuma anak TK.”
“Santai aja, Mbak... kita lakukan secara smooth and clear... tapi bagaimana kalau Mbak hamil nanti?”
“Wah, jangan bikin hamil dong. Aku gak akan nuntut apa-apa, asal jangan sampai hamil aja.”
“Berarti pada waktu mau ejakulasi, harus dicabut dan dilepaskan di luar.”
“Terserah... pokoknya asal jangan hamil aja. Kamu tentu lebih pengalaman dalam soal itu.”
“Iya, tenang aja. Aku jamin takkan hamil. Tapi besok-besok kalau mau aman, pasang alat KB aja di dokter. Bilangnya sudah punya suami gitu. Jangan ngaku masih lajang.”
“Oke....” sahutku dengan senyum.
Pras rebah di sampingku, saling berhadapan dan mulai asyik mempermainkan payudaraku. Mula-mula cuma diremasnya dengan lembut. Lama kelamaan ia mulai mengulum pentilnya, terasa disedot-sedot seperti anak kecil menyusu pada ibunya. Tapi ujung lidahnya terasa bergerak-gerak memainkan pentil payudaraku yang sangat montok ini. Aku jadi geli-geli enak dibuatnya.
Dan jarinya merayap ke bawah, ke arah vaginaku, elusannya di bibir kemaluanku... Lalu elusan di clitorisku ini... benar² membuatku mengejang² dalam nikmat luar biasa. Baru dimainkan dengan jemari saja sudah begini enaknya, apalagi kalau penisnya sudah dimasukkan... Aku tak sabar lagi untuk merasakannya. Tapi aku harus menahan diri agar acaranya tidak kacau, karena aku belum mengerti apa-apa.
Tak lama kemudian ia minta agar aku menelentang. Pikirku sudah mau memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Tapi ternyata tidak. Ia malah menciumi pusar perutku. Lalu menurun ke arah kemaluanku.
Aku terkejut ketika ia mulai menciumi kemaluanku. Tapi lalu teringat film-film bokep yang pernah kutonton dari laptopku. Karena itu aku diam saja, karena mungkin seharusnya seperti itu. Maka aku pun menurut saja ketika kedua pahaku disuruh agar direntangkan selebar mungkin. Menuruti perintahnya dengan jantung semakin deg-degan.
Lalu aku diam saja sambil menatap langit-langit kamar. Dan tiba-tiba aku merasa sesuatu yang geli luar biasa, tapi gelinya geli enak. Rupanya Pras mulai menjilati vaginaku. Oh, ini edan banget enaknya. Terlebih ketika kurasakan jilatannya terpusat di kelentitku, oooh.. aku mulai tak bisa menahan rintihan-rintihan histerisku, “Pras... Kok enak banget... terus Pras... iya itilnya enak sekali ... Kamu edan Pras... kamu pandai banget ..... Oooh.... Adduuuh....”
Aku menggeliat-geliat dalam arus nikmat luar biasa. Sekujur tubuhku seolah dialiri arus listrik, membuatku berdenyut² dari ujung kaki sampai ke ubun². Bahkan tak lama kemudian aku merasakan liang vaginaku berkedut-kedut... Dan aku merasa seperti melesat ke angkasa, lalu jadi takut jatuh... Membuatku merintih, “Pras... Oooh....”
Aku baru tahu itu yang disebut orgasme.
Pras seperti sengaja ingin membuat vaginaku basah sebasah-basahnya. Bukan hanya lendirku sendiri yang membasahi vaginaku, tapi juga air liur Pras yang begini banyaknya.
Kemudian Pras naik menelungkupi dadaku sambil mengarahkan penisnya ke vaginaku. “Sengaja kubikin becek dulu, supaya tidak sakit waktu penetrasi,” katanya sambil berusaha meletakkan penisnya di tengah-tengah mulut vaginaku. Kemudian aku rasakan desakan penisnya, membuat napasku tertahan.
“Pahanya lebih direnggangkan lagi Mbak,” kata Pras, kuturuti.
Lalu terasa desakan penis Pras... Kuat sekali... Aaah... Mulai membenam sedikit.
Aku makin merenggangkan pahaku supaya Pras tidak kesulitan membenamkan batang kemaluannya.
Aku sering mendengar betapa sulitnya menerobos kegadisan di malam pertama, malah katanya ada yang sampai seminggu baru berhasil. Tapi Pras tidak seperti itu. Aku merasakan sedikit demi sedikit batang kemaluannya membenam ke dalam liang vaginaku. Tapi dia tidak mendorong langsung sampai tuntas, melainkan digeser-geser dulu, lalu makin lama makin dalam masuknya.
“Sakit?” tanyanya ketika kurasa ada yang sedikit perih di dalam vaginaku.
Mungkin karena selaput daraku (hymen) sudah tertembus penis Pras.
“Sakit sedikit....” sahutku.
“Tahan ya sakitnya... Hanya pertama kali ini saja terasa agak sakit, nanti gak sakit lagi.”
“Iya... Aku kuat nahan sakit kok... Tuntaskan aja Pras,” sahutku sambil mencumi hidung dan mata Pras.
Lalu desir-desir nikmat itu makin lama makin nyata ketika penis Pras mulai menggelusur-gelusur di dalam liang vaginaku. Oh, pantaslah orang bilang bersenggama ini laksana berada di surga dunia. Aku mulai merasakannya kini, ketika Pras mulai menggerakkan penisnya secara teratur... Masuk semakin dalam, ditarik lagi, didorong lagi... Oooh... Ini luar biasa nikmatnya... Sehingga rintihan² nikmatku berlontaran begitu saja.
“Pras... Oooh... Pras... Enak sekali Pras.... Oooh... Pras... Iya Pras.... Enak Pras.... Oooh....”
Pras mendekap leherku sambil berbisik, “Memek Mbak juga enak banget... Luar biasa enaknya Mbak....”
Pras pun mulai ganas melumat bibirku sambil meremas-remas buah dadaku dengan agak keras, sementara penisnya tetap mengenjot liang kemaluanku. Oh, ini nikmat sekali. Sehingga aku sering terpejam-pejam dibuatnya. Batinku seolah melayang-layang di langit ketujuh. Luar biasa indah dan nikmatnya.
Saat itu aku belum tahu apa yang sedang terjadi, tiba-tiba sekuur tubuhku mengejang di puncak kenikmatanku, kemudian bagian dalam vaginaku terasa berkedut-kedut, lalu seperti ada yang mengalir di dalamnya. Sekarang aku tahu bahwa saat itu aku sedang mengalami puncak orgasme. Puncak dari segala kenikmatan dalam bersenggama.
Entah berapa kali aku mengalami hal itu. Yang jelas keringat Pras mulai berjatuhan di tubuhku. Terasa makin lama makin hangat. Tapi aku tak peduli lagi dengan semuanya itu, kecuali satu hal... Bahwa enjotan batang kemaluan Pras luar biasa enaknya. Membuatku terkadang memejamkan mata dengan mulut ternganga, terkadang melotot dan menahan napas.
Sampai pada suatu saat, tiba-tiba saja Pras mencabut batangg kemaluannya, kemudian bergegas naik ke atas perutku, sambil memegang penisnya yang sudah berlumuran lendirku.
Lalu terdengar ia mendengus panjang. Dan moncong penisnya menyembur²kan cairan kental hangat ke buah dadaku, ke leherku dan ke pipiku.
Pras pun mencium keningku disusul dengan bisikan hangat, “Mbak sangat memuaskan....”
“Masa sih?” aku bangkit dan meraih handuk. Kuseka keringatku yang telah bercampur aduk dengan keringat Pras.
Aku sudah menjadi wanita yang lengkap, yang benar-benar dewasa. Aku tidak menyesalinya, bahkan hatiku bahagia sekali. Maka dengan mesra kupeluk Pras. “Terimakasih Pras. Sekarang aku benar-benar sudah menjadi wanita yang dewasa. Aku bahagia sekali.”
“Terimakasih juga Mbak. Karena Mbak sudah mempercayakannya padaku. Selain daripada itu, aku mengalami kepuasan yang luar biasa,” sahut Pras disusul dengan kecupan hangat di bibirku.
“Kalau dibandingkan dengan istrimu pasti aku gak ada apa-apanya, kan?”
“Gak Mbak. Mungkin karena dengan istri seolah hanya menunaikan kewajiban saja. Sudah terlalu hapal seluk beluknya. Tapi dengan Mbak barusan, luar biasa. Sebenarnya Mbak ini seksi banget. Bodoh juga cowok-cowok yang tidak mau sama Mbak.”
Pras memang penuh kelembutan dan sangat berhati² memperlakukanku. Waktu kutanya, benarkah pengantin baru bisa 5 kali bersetubuh di malam pertamanya, Pras menjawab, “Memang benar. Tapi aksi seperti itu menyiksa wanitanya. Karena luka di vaginanya belum kering, lalu dihajar lagi terus-terusan. Aku gak mau seperti itu. Aku ingin luka di vagina Mbak mengering dulu. Kalau sudah benar-benar sembuh, ayo kita habis-habisan. Aku punya banyak cara untuk memuasi Mbak nanti. Santailah dulu. Sembuhkan dulu luka di vagina Mbak. Nanti kita ketemuan lagi."
Hanya dalam dua hari perih di dalam vaginaku hilang. Tapi ada gatal-gatal yang tidak biasa, aku ingin disetubuhi lagi.