
Putri Manado
June 3, 2025 at 06:31 AM
Saya adalah wanita yang memiliki
hyperseksual yang dalam hal ini kecanduan
akan kebiasaan sepongan (melakukan oral
seks terhadap kemaluan pria). Sudah lama
sekali saya waktu pertama kali menghisap
kemaluan pria. Waktu itu umur saya 16 tahun.
Dan setelah kejadian itu, saya sudah
mendapatkan 2 kejantanan pria lagi untuk
saya sepong. Saya benar-benar tidak puas
dengan tidak terpenuhinya keinginan saya
untuk menghisap kemaluan pria. Masalahnya
saya sering dipingit orang tua, apalagi
ditambah dengan lingkungan sekolah saya
yang merupakan sekolahan khusus cewek.
Jadi saya sering sakaw (menagih) kemaluan
pria. Suatu malam, saya sudah benar-benar
tidak tahan lagi. Buku dan VCD porno pun
tidak bisa memuaskan saya. Bahkan waktu
saya melakukan masturbasi pun saya tetap
merasa kurang puas.
Saya yang sehabis masturbasi, membuka
jendela kamar saya yang berada di lantai 2
rumah saya. Waktu itu jam 23:30. Saya
melihat jalanan di depan rumah sudah sepi
sekali. Tiba-tiba ide gila saya mulai lagi. Saya
dengan nekat, diam-diam keluar rumah sambil
bertelanjang tanpa sepengetahuan siapa pun
yang ada di rumah karena semua sudah
pada tidur. Saya sampai nekat melompat
pagar dengan harapan ada cowok atau pria
yang melihat dan memperkosa saya. Apapun
asal saya bisa menghisap kemaluannya.
Di komplek saya memang sepi sekali pada
jam-jam segitu. Saya sedikit menyesal juga,
kenapa saya tidak keluar agak lebih sore.
Agak dingin juga malam itu atau mungkin juga
karena saya tidak memakai selembar pakaian
pun. Di ujung jalan, saya melihat masih ada
mas Agus, tukang nasi goreng langganan
saya yang masih berjualan. Langsung saya
sapa dia.
“Mas Agus, nasi gorengnya dong…” pinta
saya.
“Lho, mbak Lili..? Ngapain malam-malam
begini masih di luar? Ngga pake apa-
apa lagi…” sahutnya sambil terheran-
heran melihat saya yang tanpa sehelai
benang pun di tubuh.
“Abis panas sih, Mas. Kok tumben
masih jualan..?”
Mas Agus tidak menjawab. Tetapi saya
tahu matanya tidak bisa lepas dari
payudaraku yang putih polos ini.
“Ngeliatin apa mas..?” kutanya.
“Ah ngga…” katanya gugup.
Lalu mas Agus menyiapkan
penggorengannya untuk memasak nasi
goreng pesananku. Saya lihat ke arah
celananya, saya tahu batang
kemaluannya sudah berubah jadi
bertambah besar dan tegang. Karena
saya sudah tidak tahan lagi untuk
segera menghisap kemaluannya, saya
nekat juga. Saya jongkok sambil
membuka ritsletingnya dan
mengeluarkan batang kejantanannya dari
dalam CD-nya. Tidak pakai basa-basi,
saya masukkan alat vitalnya mas Agus
ke dalam mulut saya. Saya jilat-jilat
sebentar lalu saya hisap dengan bibir.
Saya yakin mas Agus merasakan
senang yang tiada tara, seperti
mendapatkan rejeki nomplok. Tidak
hanya itu, saya juga menjilati dua telor
mas Agus. Memang agak bau sih, tetapi
saya benar-benar menikmati kejantanan
mas Agus yang sekarang dia mulai
bersuara, “Mmmh… mmmh… uhhh…”
Kira-kira 15 menit saya menikmati
kemaluannya mas Agus, tiba-tiba mas
Agus menyuruh saya untuk berdiri. Dia
memelorotkan celana dan CD-nya sendiri
sampai bawah dan menyuruh saya
berbalik. Sekarang saya membelakangi
mas Agus. Mas Agus jongkok dan
menjilati kemaluan saya. Saya langsung
merasakan kenikmatan yang hebat
sekali. Hanya sebentar dia melakukan
itu. Selanjutnya dia berdiri lagi dan
memasukkan batang kejantanannya ke
liang senggama saya. Kami berdua
melakukan senggama sambil berdiri.
Saya melakukannya sambil pegangan di
gerobak nasi gorengnya. Saya sudah
benar-benar merasa keenakan.
“Uuuh… akkhh… akkh… akhhh…” saya
menjerit-jerit kegilaan, untung tidak ada
yang mendengar.
“Mas, kalo udah mau keluar, bilang
ya…” pinta saya.
“Udah mau keluar nih…” jawabnya.
Langsung saja saya melepaskan batang
kejantanannya dari liang vagina saya
dan jongkok di hadapan kemaluannya
yang mengacung tegak. Tetapi setelah
saya tunggu beberapa detik, ternyata
air maninya tidak keluar-keluar.
Terpaksa saya kocok dan hisap lagi
batang kejantanannya, saya jilati, dan
saya gigit-gigit kecil. Setelah itu tibalah
saatnya saya menerima upah yang dari
tadi saya sudah tunggu-tunggu, yaitu
air maninya yang memang lezat.
“Crot.. crot.. crot…” semuanya saya
minum seperti orang yang kehausan.
Langsung saja saya telan dan saya
bersihkan kejantanannya dari air mani
yang tersisa.
Bertepatan dengan itu, 2 laki-laki lewat
di depan kami. Ternyata mereka adalah
bapak-bapak yang tinggal di komplek ini
yang sedang meronda.
“Lho, mas Agus lagi ngapain..?” kata
seorang bapak di situ.
“Ah ngga pak… mmm… ini mbak Lily…”
jawab mas Agus malu-malu.
“Ini Om, saya habis ‘gituan’ sama mas
Agus…” saya jawab begitu nekat
dengan harapan 2 bapak ini juga mau
memperkosa saya seperti yang telah
saya lakukan dengan si penjuali nasi
goreng.
Mereka keheranan setengah mati
mendengar pengakuan saya itu.
“Adik ini tinggal dimana?” tanya salah
satu dari mereka.
“Di sana, di blok F.” jawab saya.
“Ayo pulang sudah malam..!”
Dan saya pun diseret pulang. Saya
takut setengah mati karena jika sampai
saya dibawa pulang, pasti ketahuan
sama orang tua dan saya bakal
digantung hidup-hidup.
Di tengah jalan, saya beranikan diri
berkata pada mereka, “Om, mau nyusu
ngga..?”
“Jangan main-main kamu…”
“Ayolah Om…. saya tau kok, Om mau
juga kan ngewe sama saya..?”
Mendengar itu, si Om langsung
terangsang berat. Saya langsung
mengambil kesempatan meraba-raba
batang kejantanannya yang tegang.
“Ayo dong Om… saya pengen banget
lho…” saya bilang lagi untuk
menegasakan maksud saya.
Bapak yang satunya lagi langsung
setuju dan berkata, “Ya udah, kita bawa
ke pos ronda aja pak Karim…” dan pak
Karim pun setuju.
Setibanya di sana, ternyata masih ada
3 orang lagi yang menunggu di sana,
termasuk bang Parli, hansip di komplek
saya. Saya kegirangan sekali,
bayangkan saya akan mendapatkan 6
batang kejantanan dalam semalam.
Gila… beruntung sekali saya malam itu.
Setelah kami berenam ngobrol-ngobrol
sebentar tentang kejadian antara saya
dan mas Agus, saya langsung
memberanikan diri menawarkan
kesempatan emas ini ke mereka, “Saya
sebenernya pengen banget ngerasain
barangnya bapak-bapak ini…”
Mereka langsung terlihat bernafsu dan
terangsang mendengar perkataan saya,
dan saya jeas mengetahuinya. Saya
suruh mereka berlima melepas celana
dan CD mereka sendiri dan duduk di
bangku pos hansip itu. Mereka berbaris
seperti menunggu dokter saja. Batang
kemaluan mereka besar-besar juga.
Saya langsung memulai dengan batang
kejantanan yang paling kanan, yaitu
senjata keperkasaannya bang Parli.
Saya hisap, saya gigit-gigit kecil, saya
kocok di dalam mulut saya, dan saya
jilati keseluruhan batangnya dan
termasuk juga telurnya. Begitu juga
pada batang keperkasaan yang kedua,
ketiga, keempat, dan yang terakhir
miliknya pak Karim.
Setelah selesai, saya masih belum puas
kalau belum meminum air mani mereka.
Lalu saya duduki batang kejantananmya
bang Parli sampai masuk ke liang
senggama saya. Saya kocok-kocok di
dalam vagina saya. Sementara itu, pak
Karim dan satu bapak lainnya menjilati
dan menghisap puting susu saya,
sedangkan yang dua bapak lainnya
menunggu giliran. 10 menit setelah itu,
saya sudah setengah tidak sadar,
siapa yang menggenjot lubang
senggama saya, siapa saja yang
menghisap buah dada saya, batang
kejantanan siapa saja yang sedang
saya sepong, seberapa keras jeritan
saya dan berapa kali saya sudah keluar
karena orgasme. Ada pula saatnya
ketika satu senjata kejantanan masuk
ke lubang vagina saya, sedangkan satu
senjata lagi masuk ke lubang anus saya
sambil saya menghisap 3 batang
kemaluan secara bergantian. Pokoknya
saya sudah tidak sadar lagi. Karena
merasakan kenikmatan yang benar-
benar tiada tara.
Untungnya mereka tidak mengeluarkan
air maninya di dalam lubang kewanitaan
saya, kalau tidak bisa hamil nanti saya…
berabe dong..! Lagipula saya berniat
meminum semua air mani mereka.
Akhirnya saat yang saya tunggu-
tunggu, yaitu saatnya saya berjongkok
di depan mereka dan mereka
mengelilingi wajah saya sambil
mengocok-ngocokkan barang mereka
masing-masing. Sesekali saya masih
juga menghisap dan menyedot kelima
batang kejantanan itu dengan lembut.
Akhirnya, “Crot… crot… crot… crot….
crot…” saya malam itu seperti mandi air
mani. Saya merasa puas sekali.
Waktu pulang, saya diantarkan bang
Parli, si hansip. Ketika sudah sampai di
depan rumah saya, sekali lagi bang parli
membuka ritsletingnya dan
menyodokkan batang kejantanannya ke
dalam lubang senggama saya. Saya
melakukannya sambil nungging
berpegangan ke pagar depan rumah
saya. Selama 10 menit saya dan bang
parli melakukan senggama di depan
pagar rumah saya. Air maninya
sekarang terpaksa dikeluarkan di
punggung saya. Saya tidak menyesal
karena air maninya kali ini tidak terlalu
banyak. Saya melompat pagar lagi, dan
masuk ke kamar diam-diam. Sampai di
kamar sudah jam 3 lebih. Badan saya
seluruhnya malam itu bau sperma. Saya
langsung tidur tanpa mandi dahulu
karena besoknya saya harus ke
sekolah. Saya yakin mereka semua
akan tutup mulut sebab takut dengan
istri mereka masing-masing.

❤
❤️
👍
😊
🤤
6