
CORETAN HIJRAH
June 10, 2025 at 09:28 PM
“Neraka Ramai, Katanya. Yuk, Selfie Sebelum Terbakar.”
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
🌪️
Dulu, orang menyebut neraka dengan lirih.
Sekarang, orang menyebutnya dengan tawa.
Kalimat seperti “fix masuk neraka rame-rame” udah kayak bumbu wajib di komentar TikTok.
Dijadikan candaan, dijadikan template, dijadikan alat ngeles dari rasa bersalah.
Lalu pelan-pelan,
rasa takut yang sakral berubah jadi hiburan populer.
Pertanyaannya bukan lagi "apakah kita takut neraka?"
Tapi: “Masih mungkinkah kita bisa takut?”
---
🪞
Bayangkan ini:
Kamu buka HP, scroll FYP,
ada orang bercanda tentang zina sambil ngakak.
Ada yang cosplay setan, pakai filter api neraka,
lalu bilang, “Yuk, rame-rame di bawah. Seru tuh!”
Lalu kamu ngetik: “HAHA KEREN.”
Sambil senyum. Sambil nyeruput kopi.
Sambil lupa... bahwa kita sedang menertawakan tempat yang disiapkan buat orang-orang kayak kita.
Kita ini makhluk aneh:
Menertawakan tempat yang sebenarnya akan membakar kulit kita.
Membuat lelucon dari azab yang sebenarnya sudah mengintai dari balik pintu tobat yang kita kunci sendiri.
---
🛵
Bayangkan kamu sedang naik motor.
Tiba-tiba rem blong.
Tapi alih-alih panik, kamu malah buka TikTok, lalu bilang:
“Yah, fix nyemplung jurang bareng temen-temen. Bismillah rame-rame~”
Terus kamu sambil live, sambil ngelawak, sambil nyanyi.
Kamu pikir itu lucu?
Itu kamu.
Itu aku.
Itu kita, saat dosa dianggap “konten lucu” dan neraka dianggap “destinasi wisata massal.”
Padahal... neraka itu sunyi.
Tidak ada WiFi. Tidak ada sound effect. Tidak ada teman. Tidak ada viewer. Tidak ada ‘wkwkwk’.
Yang ada hanya panas yang tak bisa ditanggung, jerit yang tak ada gema, dan tubuh yang diganti setiap kali hangus, agar siksa bisa diulang.
(QS. An-Nisa: 56)
> "Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan yang lain, supaya mereka merasakan azab itu kembali."
---
📜
Imam al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, menyebutkan:
> “Jika hati telah keras, ia akan merasa lucu saat mendengar azab. Ia akan merasa tenang saat mendengar dosa. Ia akan tersenyum ketika yang lain menangis.”
Dan lebih keras lagi, beliau berkata:
> “Terkadang satu tawa tentang neraka, lebih mematikan iman daripada seribu maksiat.”
Kita tidak sadar, kita sedang membunuh rasa takut kita sendiri,
dengan candaan yang kita ulang setiap hari.
---
⚔️
Yang kita pikir “kekuatan”—yaitu berani tertawa soal dosa—sebenarnya adalah kelemahan fatal.
Sebab:
Orang yang bisa bercanda soal neraka itu bukan karena dia kuat. Tapi karena dia sudah mati rasa.
Dan yang lebih tragis lagi,
bisa jadi Allah sudah mencabut rasa takut itu dari hati kita,
karena terlalu sering kita main-main dengan hal yang sakral.
> “Jika Allah ingin menghukum seseorang, maka dicabutlah rasa takut dari hatinya… lalu ia tertawa sambil berjalan ke arah neraka.”
— Minhajul Abidin
---
☠️
Coba tatap layar HP-mu sekarang.
Berapa banyak video yang kamu tonton, komentari, atau buat—yang isinya bercanda soal dosa?
Lalu tanyakan ke hatimu sendiri:
Masihkah aku bisa menangis?
Atau jangan-jangan, hatiku sudah keras kayak batok kelapa bekas ditendang setan?
Kita bukan lagi hidup di zaman kebodohan.
Kita hidup di zaman kecanduan akan tawa yang salah.
---
🤲
Ya Allah...
Jika aku pernah menertawakan siksa-Mu, ampunilah aku.
Jika aku menjadikan neraka sebagai lelucon, cabutkan kebodohan itu dari lisanku.
Jika aku sudah tidak bisa menangis ketika mendengar firman-Mu,
maka bangunkan kembali hatiku dari tidur yang panjang ini.
Jangan biarkan aku menjadi mayat hidup yang selfie di ambang neraka.
Bangunkan kami... sebelum Kau benar-benar bangkitkan kami dalam api.
---
Pernahkah kamu tertawa soal dosa?
Pernahkah kamu bercanda soal tempat siksa?
Atau... mungkin kamu sedang scroll sambil bilang:
“Ah, ini lebay.”
Astaghfirullah😭😭
---
😢
❤️
3