Ada sebuah petuah dari sahabat mulia Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang dinukilkan oleh Ibnu Al Qayyim dalam kitabnya ‘Ilam Muwaqi’in (1/95) yang mengguncang hati bagi siapa saja yang mau merenung: ‎ما أسر أحد سريرة إلا أظهرها الله على صفحات وجهه وفلتات لسانه “Tak seorang pun menyembunyikan niat tersembunyi dalam dirinya, melainkan Allah akan membongkarnya di wajah dan lisannya.” Subhanallah… seakan wajah kita ini cermin dari dalam hati kita. Lisan kita ini mikrofon dari isi batin kita. Apa yang kita pikir tak terlihat oleh manusia, justru perlahan akan terbaca dalam ekspresi, dalam intonasi, dalam _slip of the tongue_ yang tak kita sadari. Kalau yang disimpan adalah kebaikan seperti niat ikhlas, husnudzon, kasih sayang, sabar maka wajahnya akan memancarkan ketenangan, lisannya meneduhkan, dan kehadirannya membawa kesejukan. Tapi kalau yang tersembunyi adalah dengki, iri, dendam, atau nifaq, maka cepat atau lambat, rautnya akan muram, kata-katanya akan menyengat, dan auranya menjadi gelap meski ia tertawa sekalipun. Ini bukan sekadar soal aura. Ini adalah hukum Allah yang tak tertulis di dunia, tapi berlaku setiap saat. Sebagaimana firman-Nya : ‎اِنَّهٗ عَلِيۡمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُوۡرِ Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati. ” (QS. Al-Mulk: 13) Betapa banyak kita yang tampak shalih di depan, tapi lisan sering menjelekkan orang lain di belakang. Betapa banyak kita tersenyum di depan, tapi hati mengutuk di belakang. Maka jangan heran jika lama-lama aura kita memudar, keikhlasan kita tercabut, dan kata-kata kita tak lagi menginspirasi. Karena yang palsu tak bisa bertahan lama di panggung kehidupan. Sebab yang tersimpan, kelak akan tertangkap. Yang tersembunyi, suatu hari akan terdengar. Yang ada di dalam, akan selalu keluar. Maka ingatlah : “Allah akan menampakkan rahasia hatiku di wajahku dan pada celoteh lisanku sendiri.” Dan mungkin… inilah cara Allah mempermalukan orang yang menipu, dan memuliakan mereka yang jujur kepada-Nya.