Reveriemist 💤
Reveriemist 💤
June 16, 2025 at 10:50 AM
*I AM INTO YOU* ______ _*Part 02 - Hacio Alanor Willa*_ **** Kanaya terpingkal di atas meja sambil memegang perutnya yang bergetar geli akibat lawakan garing Yoyo. Mengusap embun di bawah matanya, cewek itu merintih. Rasanya seisi perutnya sudah tidak berada di tempat yang seharusnya sebab dari tadi tertawa tak karuan bersama yang lain. Sejak kegiatan porseni tahun lalu, Kanaya memang jadi lebih banyak berinteraksi dengan teman kelasnya dan saling membangun relasi yang akrab. Tak terkecuali Yoyo. Beberapa bulan ke belakang, Kanaya mulai sadar bahwa cowok itu tidak seburuk yang dia duga. Memang masih suka sepik-sepik gak bermutu sama cewek di kelas, tapi pada dasarnya Yoyo memang keliatannya sekedar bercanda. Hari ini kelas belum aktif belajar. Tak terasa tahun ajaran baru pun sudah dimulai. Padahal rasanya masih basah di ingatan saat Kanaya pertama kali bertemu Kanara di pos satpam untuk melakukan piket bersama pada masa MPLS dulu. Namun kini, tiba-tiba saja dirinya sudah menginjak kelas duabelas. "Lah, jam segini temen lo belum datang, Kay?" tanya Yoyo yang menoleh ke arah pintu kelas sembari merapikan dasinya yang sempat ditarik Chika tadi karena tak kuasa mendengar jawaban dari teka-tekinya. Bagaimana tidak? Cowok dengan tahi lalat di bawah mata kirinya itu melontarkan jokes bapak-bapak dengan wajah serius. "Iya, gak tau nih. Daritadi batang hidungnya gak muncul," ujar Kanaya ikut melemparkan pandangan ke ambang pintu kelas yang terbuka lebar. Kelas sudah keliatan agak ramai, tidak seperti sebelumnya yang hanya diisi lima remaja itu di sana. Beberapa di antaranya tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Ada juga yang langsung pamit menuju UKS karena bertugas membawa tandu PMR. Atau Enzy yang baru datang, belum mengenyakkan bokong ke bangkunya sudah dipanggil oleh teman ekskul drum bandnya agar segera bersiap di lapangan upacara. Bahkan Chika yang bersama keempat lainnya sejak tadi pun sempat diseret teman-teman organisasinya di OSIS untuk bertugas membaca UUD. Namun cewek itu lolos dan melarikan diri ke kelas lagi. Tampaknya ini merupakan hari Senin yang agak keteteran bagi periode akhir OSIS. Mungkin karena masih masa penyesuaian kembali dari libur semester sehingga mereka lupa melakukan persiapan upacara. Namun dari semua kesibukan itu, Kanaya tak menemukan eksistensi sang sahabat. Dia mulai gusar dibuatnya. "Biasalah cewek, dandannya pasti lama tuh," sahut Guntur asal. "Eh, lu punya topi satu lagi gak?" Cowok itu seketika lari, memeriksa satu per satu laci di kelas saat pertanyaannya dijawab gelengan singkat oleh yang lain. "Eh, tapi gak mungkin selama itu juga deh. Kita kan mau sekolah bukan kondangan. Liat jam noh, bentar lagi mau upacara," kata Chika yang membuat Kanaya mengangguk setuju. Sebab sepenglihatan Kanaya selama ini, Kanara bukanlah tipe cewek yang senang berdandan. Hanya basic skincare saja seperti lipbalm dan sunscreen yang dia gunakan setiap ke sekolah. Kanaya yakin karena memang sudah beberapa kali dirinya menginap di rumah sang sahabat. "Barusan gue nge-chat, tapi belum dibaca. Padahal biasanya fast respon. Tuh anak aman aja, 'kan?" katanya terdengar khawatir. "Mungkin lagi gak pegang hp, Kay." Cewek berkacamata yang duduk di belakang bangku Kanara ikut mengeluarkan pendapat. Miranda Azyeela Kearaa, dia yang awalnya hanya menyimak pun berkomentar lagi, "Atau sakit?" "Gak tau, Mir. Semoga karena lagi macet doang, makanya agak telat," balas Kanaya tampak menghela napas berat. "Cemas amat sih the K2. Udah kayak kaum sodom aja lu berdua." Chika tertawa begitu saja mendengar celetukan Guntur yang baru ingin duduk di tempatnya. Tapi sambil menabok hingga cowok berkulit tan yang tadinya hendak membersihkan debu di topi yang dia dapatkan itu mengaduh di tempatnya. Mira mengerutkan alis, noleh memandangi keduanya tak paham. "K2 apa?" tanyanya. "Dua Kebo. Itu julukan baru mereka di kelas kita," sahut Yoyo terkekeh dari bangkunya membuat Kanaya memutar bola mata jengah. "Ck, tolong banget ini mah yang bagusan dikit kalo ngasih julukan," protes Kanaya tak terima. Sudah pasti itu ide Yoyo laknat. Lalu bersamaan dengan itu, gawainya berdenting. Dengan segera memeriksa pesan yang masuk ke aplikasi hijaunya. Mata Kanaya melebar. Ada balasan dari Kanara. "Udah dibales?" Yoyo bertanya, menghentikan tawanya dengan raut ingin tahu dan mendapat anggukan dari Kanaya. "Key lagi sakit." Kanaya mengerucutkan bibirnya lemas. "Surat keterangan bakal nyusul entar," imbuhnya begitu selesai mengetikkan pesan balasan di ponselnya. "Tu anak bisa sakit juga ternyata." Yoyo mendengkus agak menunduk menyembunyikan senyum tipisnya, tapi langsung dihadiahi tatapan jijik oleh Guntur. Yoyo yang sadar akan hal itu pun memiringkan badannya tenang. "Kirain anak paskib pada tahan banting," sambungnya menyampirkan tangan di bahu cowok tan itu dan mencubit kecil bagian belikatnya masih tersenyum. Guntur menahan rintihan, jadi ikut tersenyum lebar dengan alis yang mengkerut. "Yee, lo kira anggota paskib bukan manusia apa," tukas Kanaya yang kemudian merapatkan alisnya, menatap aneh Yoyo dan Guntur. "Lo berdua ngapain? Kok mesra banget." Mira menyemburkan tawa ketika Guntur mulai mengerang kesakitan di samping Yoyo. "Gue bukan maso bjir!" Cowok itu melompat sambil menggosok-gosok area yang dicubit Yoyo. Sedangkan pelaku masih tersenyum sembari menampilkan eye smile-nya yang nampak sadis. Kanaya geleng-geleng gak habis pikir. Kemudian merapatkan bibir menatap sekitar. "Ngomong-ngomong, guys." "Apa?" Ketiganya kompak menatap Kanaya. "Kok udah sepi aja ya?" "Eh, Chika mana Chika?" kata Guntur mencari cewek pendek itu yang juga entah sejak kapan hilang bak ditelan bumi. "Lah?" Hening, lantas empat orang itu memerhatikan seluruh kelas yang sudah kosong hanya tersisa mereka saja. Yang tak lama setelah itu, terdengar suara dari microphone yang berasal dari tengah lapangan. "YANG MASIH DI DALAM KELAS. KALAU DALAM HITUNGAN KETIGA BELUM SAMPAI LAPANGAN BAKAL DIJEMUR YA. SETUJU?" Sontak membuat Yoyo, Guntur, Kanaya, dan Mira saling melemparkan tatapan. Ketua OSIS sudah bertitah. "SATU." Hitungan pun dimulai. Pada detik berikutnya, keempat remaja itu kompak tunggang langgang meninggalkan kelas dengan heboh. "ADOOO, UPACARANYA KELUPAAN COY!!!" pekik Guntur berlari di koridor lantai tiga gedung IPA. Menepuk kepalanya frustrasi kemudian merapikan dasinya yang belum terpasang. Disusul Mira dan Kanaya di belakang, sementara Yoyo paling terakhir. "MAMAAAA GAK KUAT LARI." Mira merengek ketika mendengar hitungan kedua meluncur dari bibir ketos yang sudah berdiri di sisi lapangan. Bahkan tangan cewek itu dengan lancang menarik seragam putih Guntur bagian belakang dan memohon, "GUNTURRRRR TARIK GUE!!!" Membuat Guntur langsung meraih tangan Mira lalu menyeret cewek itu segera menuruni tangga ke lantai satu. "Kenapa lo?" tanya Yoyo heran. Derap kakinya memelan ketika mendapati Kanaya yang tiba-tiba menghentikan langkah di depan tangga sambil memegang kepalanya seolah mencari sesuatu. "Topi gue ketinggalan di kelas, Yo!" ucapnya makin panik dan refleks ingin mengambil langkah mundur kembali ke kelas mereka. Walau berikutnya mengerjap kaget sebab tangannya ditahan Yoyo. "Dah, pake punya gue dulu," ujar Yoyo sembari menanggalkan topi yang dia kenakan ke kepala Kanaya. "Terus lo pake apa?" Kanaya mencoba menguasai diri dan mendecak. "Nanti dihukum, mau?" Bibir Yoyo tampak menyungging. "Aman udah, gue mau ke UKS," jawabnya santai kemudian meletakkan jari telunjuknya ke bibir, meminta cewek itu menurut karena Kanaya jelas melotot mendengar rencana nakalnya. "Lo jangan ember, pura-pura gak tau aja. Sana lo ke lapangan." Lalu Yoyo mendorong pelan Kanaya untuk segera menuruni tangga, mengusir halus cewek itu. Kepala Kanaya masih menoleh ke belakang, menatap Yoyo di sana penuh tanya. Melangkah ragu menuruni koridor menuju lapangan tempat teman-teman kelasnya berbaris. Lagi, jantungnya menderu hangat. Kanaya menunduk, setengah mati menahan senyumnya agar tak merekah. "DUA SETENGAH--YANG TERAKHIR BENERAN TIGA YA!" Namun ancaman ketos menyadarkan Kanaya dari keambyaran. Dengan segera menambah kecepatan, menyusul Guntur dan Mira yang sudah memasuki lapangan upacara. Kemudian berbaris rapi di belakang Mira. Walau terpaksa ditarik yang lain untuk berdiri di barisan paling depan. Sekali lagi, kepala Kanaya mengarah ke tangga gedung IPA yang sudah kosong. Kemudian meringis pelan. Hacio Alanor Willa. Andai dia tahu betapa kerasnya Kanaya berperang dengan dirinya sendiri. Tak pernah libur meruntuki cowok itu karena membuat Kanaya harus menjilat ludahnya sendiri. Lucunya lagi, Kanaya terus menerus baper terhadap perhatian kecil yang diberikan Yoyo yang mungkin hanya sebatas karena mereka berkawan baik. Namun tetap saja, berkali-kali Kanaya berusaha bersikap santai. Pada akhirnya dia justru hanya akan menemukan dirinya terjatuh. Makin dalam. Pada Yoyo sialan itu. Fiks. Pasti Yoyo pake pelet.

Comments