_*Day 38 - “Detik Sebelum Laut Menyapa”*_ Di tengah cahaya pagi yang jatuh lembut melalui sela-sela kawat pembatas lapangan kampus, seorang gadis berdiri memunggungi matahari. Angin kecil meniupkan helaian rambut biru esnya, membuatnya tampak hidup di antara langit dan baja. Ia mengenakan sweater merah bata dan scarf ungu senada yang melilit lehernya, menambah kesan elegan namun tetap kasual. Tatapannya tajam namun teduh, seolah menyimpan ribuan rencana dalam diam. Bibirnya tersenyum tipis, tak terlalu lebar, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa ia sadar: ia sedang dipotret oleh temannya. Namanya waktu itu bukan nama yang dikenal dunia sebagai CEO, bukan ibu yang kehilangan suami dan “putri” sekaligus. Dia hanyalah Elnera, mahasiswi ekonomi ambisius yang selalu mendapat nilai tertinggi, yang sering duduk di bangku taman sendirian sambil menandai buku-buku bisnis dengan spidol warna ungu. Ia tidak memimpikan cinta, hanya kekuasaan dan keunggulan—