lambeticha
lambeticha
June 15, 2025 at 04:29 AM
Berdesak-desakan dengan penonton adalah hal yang tidak Safiya sukai. Biasanya, ia selalu mendapatkan akses yang mudah tanpa harus bersenggolan bahu dalam kerumunan. Kali ini, Safiya ingin memberikan kejutan. "Mami, Adek mau di depan." Ara merengek, keringat sudah mulai membasahi dahinya. "Iya, sabar, ya. Pelan-pelan kita ke depan," bisik Safiya, kepalanya sedikit menunduk. "Ara, kok di sini? Biasanya di depan?" Salah satu penonton menyadari keberadaan Ara dan Safiya. "Iya, mau kasih kejutan ke Papinya." Safiya menjawab dengan senyuman. Perlahan namun pasti, kerumunan itu membuka jalan, meski ada yang sambil berceloteh tak suka. "Caper banget, udah jadi mantan istri." Safiya mendengar dengan samar, tapi mengabaikan saja. "Di sini aja nggak apa-apa, ya?" bujuk Safiya pada Ara yang terlihat murung. "Papi pasti bisa lihat Adek." Ara mendongak, menatap Safiya. "Kalau nggak kelihatan gimana? Adek kecil, Mami..." "Mami gendong, oke?" kata Safiya. "Oke," sahut Ara penuh semangat. Lagu demi lagu dinyanyikan oleh suara yang Safiya rindukan. Baginya, suara Zhafron saat bernyanyi mampu menghipnotis siapa saja yang mendengar. "Mami, nanti bilangin ke Papi, jangan mainin rambut begitu." "Emang kenapa? Itu karena kecolok matanya, makanya disingkirin, sayang." Ara mendengus. "Adek nggak mau punya mami baru." Safiya terkekeh. "Nggak apa-apa, dong. Biar Papi ada temennya di rumah." Gelengan kepala Ara seolah menegaskan bahwa ia tidak ingin ada baru di rumahnya. "Mami aja yang nemenin." "Eh, ini pake dulu kostum gajahnya." Safiya mengalihkan pembicaraan. Safiya menggendong Ara yang sudah mengenakan kostum gajahnya. Semua penonton berteriak, agar Zhafron melihat. "Selamat menikmati musik Indonesia— ap— siapa itu?" Mata Zhafron menyipit. "Heh?" Mata Zhafron berbinar dengan senyum yang lebar. "Heh! Sini kamu, gajah." Deretan gigi Ara terlihat jelas. Ia sangat antusias naik ke atas panggung seperti biasanya. Kerumunan seolah terpecah, memberi jalan untuk Safiya dan Ara. "Anjir kangen banget sama keluarga ini." "Woi! Ya Allah Zhafron Safiya bisa balikan aja nggak, sih?" "Ara lucu banget! Jadi pengin bapaknya." Kalimat-kalimat itu keluar dari mereka-mereka yang sangat mendukung hubungan Zhafron dan Safiya. Bahkan, ketika sudah berpisah pun, mereka masih memiliki harapan yang disemogakan untuk Zhafron serta Safiya. "Kamu nggak kepanasan?" tanya Zhafron, ketika Ara sudah berdiri di atas panggung. Ara mencium tangan Zhafron, lalu menggeleng kecil. "Nggak panas?" tanya Zhafron, lagi. "Enggak," jawab Ara dengan suara menggemaskan. Zhafron melihat ke arah penonton, senyumnya mengembang sempurna ketika mata itu beradu pada mata yang selalu ia rindu. Ada teduh yang membuat hatinya luluh. "Pengin gue peluk, anjay!" katanya dalam hati. "Ini siapa yang nyuruh pake begini? Kamu sendiri atau siapa?" Zhafron kembali fokus pada anak bungsunya. "Mami," kata Ara. "Mana Maminya?" Zhafron melangkah maju, berpura-pura mencari keberadaan Mami Ara, padahal itu adalah modusnya agar dapat menatap lebih dekat. "Oh, kamu Maminya? Mantan istri saya ternyata," gurau Zhafron, mendapat teriakan histeris penonton. Safiya tersenyum hambar. Hatinya menciut ketika Zhafron berucap demikian. "Anjir! Asing banget." Tanpa aba-aba, Ara memeluk Zhafron erat. Deretan gigi Zhafron terlihat, matanya sisa segaris saja saking bahagianya. Bahagia karena tanpa diminta, Safiya datang tanpa ditemani oleh suaminya. "Anaknya lucu, persis kayak Maminya." Ucapan itu membuat sorakan penonton semakin ramai. "Kalau jadi perempuan emang harus gini, langsung peluk, bro!" "Maminya kayak mau dipeluk juga, Ron!" teriak salah satu penonton dari sudut kanan. "Ha? Apa?" Zhafron menanggapi. "Maminya kayak mau dipeluk juga." Zhafron tertawa kecil. "Maminya nanti aja dibelakang, ya?" Teriakan salah tingkah justru berasal dari penonton yang sampai menggigit jari sendiri, menarik kerudung temannya, menggoyang-goyangkan barikade, bahkan memukul lengan satpam. "Nggak waras kalau gue sering-sering dateng ke panggung Zhafron kalau begini. Astaghfirullah... udah mantan suami, Sa." Safiya mengusap punggung tangannya sendiri.
😂 😭 ❤️ 🤣 💙 🥹 👍 💔 😍 🥺 107

Comments