Sekantung tepung penuh pertaruhan. Dunia mengira bantuan sudah masuk, tapi realitasnya ialah jebakan berdarah yang terus menelan korban. Ratusan ribu orang berebut. Tak kenal henti. Berlumuran darah, berjalan puluhan kilo meter, penuh lelah, menahan lapar, membawa banyak harapan dari keluarga di tenda-tenda dan puing reruntuhan. Bukan sebuah film ataupun game melainkan realitas yang cukup menyedihkan, mengerikan. Sesampainya mereka harus bertaruh, berlari, merangkak diantara tajamnya peluru yang bisa saja melukai mereka atau bahkan membawa mereka pulang kembali dalam keadaan gugur demi sekantung tepung. Bagaimana lagi mereka harus menahan lapar? Saat di ambang kematian akibat kelaparan, sementara rumah sakit sudah penuh, krisis sedang terjadi, minimnya pelayanan dan obat obatan medis. Sementara mereka terus bertaruh dan terus terkorbankan? Sementara saudara keimanan mereka hanya bisa melihat, mendengarkan, & diam saat semua upaya berusaha mereka ditanggalkan dan dikalahkan oleh keegoisan.