
KELAS KEPENULISAN PARA LOVERS
17.8K subscribers
About KELAS KEPENULISAN PARA LOVERS
Hai, selamat datang di Para Lovers. Senang rasanya kamu nyempetin waktu buat mampir. Salam kenal, saya Partikel Atom. Channel ini saya buat sebagai rumah kecil untuk dua hal yang saya cintai, menulis dan berbagi. Kalau kamu pembaca setia karya-karya saya, makasih banyak ya, sudah terus nemenin. Dan kalau kamu penulis pemula yang lagi cari arah, semoga kamu nemuin sesuatu di sini yang bisa bantu kamu untuk tetap terus menulis. Isi channel ini macam-macam. Kadang saya bagi materi tentang kepenulisan, kadang promosi buku, kadang juga saya cuma pengen nulis bebas biar gak gila sendiri. Satu hal yang perlu saya tekankan, DILARANG KERAS mengcopy-paste tulisan dari sini. Semoga betah, ya. ____________________________________ 📌 Beli buku buku karya Partikel Atom di sini👇 https://linktr.ee/Partikel__Atom 📌 Join juga ke channel👇 https://whatsapp.com/channel/0029Varim519sBIDwh0RiT1w 📌 Lapak promosi karya kamu ada di sini👇 https://t.me/LapakOmWattpad
Similar Channels
Swipe to see more
Posts

Tulisan yang jelek lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Saya sering sekali mendengar kalimat, “Saya pengen nulis, tapi takut jelek.” Dan setiap kali mendengarnya, saya hanya bisa tersenyum. Bukan karena meremehkan, tapi karena menurut saya itu lucu. Bagaimana mungkin seseorang bisa takut tulisannya jelek, padahal belum pernah menulis? Padahal, tulisan jelek itu jauh lebih baik daripada tidak menulis sama sekali. Sebab, bagus atau tidaknya tulisan itu bukan ditentukan oleh bakat semata, tapi oleh jam terbang dan proses belajar. Menulis itu keterampilan, dan seperti keterampilan lainnya, ia perlu dilatih terus-menerus. Saya sering mengibaratkan hal ini seperti belajar naik motor. Kamu nggak akan pernah bisa bawa motor kalau nggak pernah naik atau praktik langsung bawa motor. Apalagi kalau alasannya karena takut jatuh. Ya, justru karena takut jatuh, kamu harus belajar. Begitu juga dengan menulis. Kamu harus berani mencoba dulu. Nggak mungkin kamu bisa menulis dengan baik kalau menulis aja nggak pernah dilakukan. Penulis-penulis besar yang kamu kagumi hari ini pun dulunya memulai dari tulisan-tulisan yang masih berantakan. Buku-buku mereka yang sekarang terlihat rapi, dalam, dan memikat, adalah hasil dari latihan panjang dan proses revisi berkali-kali. Mereka juga pernah menulis jelek. Bahkan mungkin jauh lebih jelek dari tulisan pertamamu hari ini. Jadi, nulis aja. Jangan kebanyakan mikir. Jangan takut jelek. Kalau tulisanmu jelek, itu bukan dosa. Nggak bakal bikin kamu masuk neraka, kan?😅 Semakin sering kamu menulis, semakin terasah kemampuanmu. Dan kalau kamu barengi dengan membaca, kamu akan tumbuh jadi penulis yang lebih baik dari hari ke hari. Semangaaaaaaaaaaat ....🥳

Naskah masih di kepala, belum ditulis, tapi udah sibuk mikirin siapa yang cocok jadi pemeran utamanya kalau nanti novelnya difilmin.🫣🤣

Kamu penulis jenis yang mana? Penulis yang menerbitkan buku itu biasanya terbagi dua. Pertama, penulis yang memang cuma pengen punya buku aja—sekadar pengen lihat karyanya dalam bentuk cetak. Gak ada tujuan lain, cuma pengen punya buku yang tertulis namanya. Dan itu sah-sah aja. Kedua, penulis yang selain pengen karyanya jadi buku, juga punya tujuan lain. Misalnya pengen dikenal orang, pengen bukunya laris, pengen dapat penghasilan dari menulis, pengen eksis, atau yang lainnya. Kalau kamu termasuk penulis yang pertama, setelah selesai menulis kamu bisa langsung menerbitkan bukumu sendiri (self publish) kalau punya dana. Tapi kalau belum ada biaya, bisa coba kirim ke penerbit yang terpercaya dan menerima naskah tanpa biaya/gratis. Tapi ingat, karena tujuanmu cuma pengen punya buku cetak, jangan berharap banyak soal keuntungan dari penjualan. Tapi kalau kamu termasuk penulis yang kedua—yang selain pengen punya karya cetak juga pengen dikenal, pengen karyanya dibaca banyak orang, atau pengen dapat penghasilan dari menulis—saran saya, jangan buru-buru terbitin buku. Bangun dulu personal branding. Kenalkan dirimu sebagai penulis, bangun pembaca yang setia. Karena kalau kamu udah dikenal, ketika buku terbit, akan lebih mudah menemukan pembeli. Zaman sekarang, penulis mau nggak mau, suka nggak suka, harus aktif di media sosial. Kalau tidak, kamu akan tertinggal dan cepat dilupakan. Jangan jadi penulis yang kolot, yang terlalu percaya diri dengan tulisan bagus tapi cuek terhadap perkembangan zaman. Kenapa saya bilang begitu? Karena penerbit hari ini lebih suka bekerja sama dengan penulis yang aktif di media sosial. Kalau kamu punya banyak followers dan sudah dikenal, itu sangat membantu proses penjualan. Mungkin kita beda zaman dengan penulis era 90-an hingga 2010 ke bawah. Dulu, media sosial belum seramai sekarang. Mereka berlomba tembus media cetak, seperti koran atau majalah, karena semua orang baca koran dan majalah di masa itu. Kalau tulisan dan nama kita muncul di sana, otomatis dikenal. Tapi sekarang beda. Koran dan majalah masih ada, tapi gak sepopuler dulu. Sekarang eranya media sosial. Semua orang punya akun medsos, bisa diakses gratis, tinggal kita mau manfaatkan atau tidak. Kalau ada dua penulis yang tulisannya sama-sama bagus, tapi salah satunya aktif di media sosial dan satunya tidak, penerbit pasti lebih memilih yang aktif. Karena, ya, penerbitan itu bisnis. Mereka akan memilih yang punya potensi lebih besar untuk menghasilkan keuntungan. Mereka keluarkan modal besar untuk mencetak dan menerbitkan buku. Kalau bukunya gak laku, ya rugi. Bahkan sekarang banyak konten kreator atau artis yang bukan penulis, tapi karena followers-nya banyak, mereka diajak kerja sama oleh penerbit. Soal naskah, nanti ada tim penerbit yang bantu bimbing proses penulisannya. Dari sini kelihatan banget betapa pentingnya aktif di media sosial. Sekarang coba kamu perhatikan buku-buku yang viral atau yang banyak dibaca. Cek penulisnya di media sosial. Aktif atau enggak? Saya yakin 100% mereka adalah penulis yang aktif bikin konten, aktif promosi karya. Jangan salah paham. Promosi itu tugas penulis, bukan penerbit. Penerbit hanya bantu. Karena buku yang mereka terbitkan bukan cuma bukumu. Kalau bukumu gak laku, mereka akan fokus ke buku lain yang lebih menjanjikan. Kalau kamu udah punya pembaca, udah dikenal, dan belum juga dilirik penerbit, kamu bisa pilih jalan self publish. Tapi ingat, lakukan itu kalau kamu yakin bukumu akan dibeli. Kalau belum yakin, mending tunda dulu. Jangan buru-buru cuma pengen punya buku cetak. Kalau gak ada yang baca dan gak ada yang beli, ya buat apa? Karena sekarang, semua orang bisa menerbitkan buku. Tinggal bagus atau enggak. Ukuran sebenarnya bukan sekadar "bisa terbit," tapi bukunya laku atau tidak. Itu yang menentukan kamu akan bertahan sebagai penulis atau cuma jadi angin lalu. Sekarang ada banyak penulis. Setiap bulan muncul buku-buku baru. Persaingan makin ketat. Kalau kamu gak aktif di media sosial, kamu akan tenggelam. Dan meskipun kamu yakin karyamu bagus, tetap saja, gak akan ada yang tahu kalau kamu tidak memperkenalkan diri. Jadi, kapan mau aktif di media sosial?

Cerpen 13/30 https://www.instagram.com/p/DKzXVoKT-4S/?igsh=MTV0ODV4cWthY3A1YQ== Yuk mampir baca cerpen. Udah ada 13 cerita di Instagram saya.🥳

*TIPS MERAWAT BUKU* 1. Berikan sampul plastik 2. Simpan di tempat yang terbuka 3. Simpan buku dalam keadaan vertikal 4. Bersihkan secara rutin dari debu dan kotoran 5. Perlakukan buku dengan bijak, jangan dilipat 6. Hati-hati meminjamkan kepada teman yang tidak bertanggung jawab.

*KURANG PD SAAT MENULIS? COBA LAKUKAN INI* 1. Baca lebih banyak referensi 2. Mulai menulis dari hal-hal yang kamu sukai 3. Beranikan untuk publish tulisan di media sosial 4. Minta feedback dari pembaca mengenai tulisanmu

*5 ALASAN KENAPA PENULIS PERLU AKTIF DI MEDIA SOSIAL* Pemateri: Partikel Atom Menulis di platform online sudah menjadi tren yang semakin digemari. Dengan semakin banyaknya penulis yang muncul, persaingan untuk mendapatkan pembaca setia dan perhatian penerbit semakin ketat. Salah satu cara efektif untuk menonjolkan diri adalah dengan aktif di media sosial, terutama Instagram. Berikut adalah alasan-alasan mengapa penulis perlu aktif di media sosial: *1. Membangun dan Memperluas Jangkauan Pembaca* Aktif di media sosial memungkinkan penulis untuk memperkenalkan karya mereka kepada audiens yang lebih luas. Dengan memanfaatkan fitur seperti postingan, stories, dan reels di Instagram, penulis dapat berbagi kutipan menarik, proses penulisan, dan informasi terbaru mengenai karya mereka. Hal ini membantu menarik minat pembaca baru dan mempertahankan pembaca lama. *2. Meningkatkan Interaksi dengan Pembaca* Media sosial memberi penulis kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan pembaca. Menanggapi komentar, pesan, atau membuat sesi tanya jawab melalui story/DM dapat menciptakan ikatan yang lebih erat dengan pembaca. Pembaca yang merasa dihargai cenderung lebih loyal dan akan dengan senang hati merekomendasikan karya penulis kepada orang lain. *3. Membangun Personal Branding* Penulis yang aktif di media sosial dapat membangun personal branding yang kuat. Dengan konsisten membagikan konten yang relevan dan menarik, penulis dapat menciptakan citra diri yang unik dan mudah diingat. Branding yang kuat membuat penulis lebih mudah dikenali dan diingat oleh pembaca dan penerbit. *4. Mendapatkan Feedback dan Ide Baru* Melalui media sosial, penulis dapat mendapatkan feedback langsung dari pembaca mengenai karya mereka. Pembaca bisa memberikan saran, kritik, atau bahkan ide-ide baru yang mungkin bisa dikembangkan menjadi cerita berikutnya. Feedback ini sangat berharga untuk memperbaiki kualitas tulisan dan menghasilkan karya yang lebih baik. *5. Menarik Perhatian Penerbit* Penerbit sering mencari penulis melalui media sosial. Akun Instagram yang aktif dan memiliki banyak pengikut bisa menjadi nilai tambah bagi penulis saat mengirimkan naskah ke penerbit. Penerbit cenderung lebih tertarik pada penulis yang sudah memiliki basis pembaca yang kuat karena ini berarti potensi penjualan buku yang lebih tinggi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penerbit lebih tertarik kepada penulis yang aktif di media sosial: _• Jangkauan Audiens yang Lebih Luas_ Penulis yang aktif di media sosial biasanya sudah memiliki basis pengikut yang signifikan. Ini berarti karya mereka sudah memiliki audiens potensial yang siap membeli buku. Penerbit melihat ini sebagai kesempatan untuk menjual lebih banyak buku dengan risiko yang lebih rendah. _• Branding dan Popularitas_ Penulis yang memiliki kehadiran kuat di media sosial cenderung lebih dikenal dan memiliki branding yang baik. Popularitas ini mempermudah pemasaran buku karena nama penulis sudah familiar di kalangan pembaca. _• Pemasaran yang Efektif_ Penulis yang aktif di media sosial sering kali memiliki kemampuan untuk memasarkan karya mereka sendiri. Mereka bisa membuat konten menarik, melakukan promosi, dan berinteraksi dengan pembaca, yang semuanya membantu meningkatkan penjualan buku. _• Interaksi Langsung dengan Pembaca_ Media sosial memungkinkan penulis untuk berinteraksi langsung dengan pembaca. Ini tidak hanya membantu membangun komunitas yang loyal tetapi juga memberikan feedback langsung yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas buku. _• Tren dan Relevansi_ Penulis yang aktif di media sosial cenderung lebih peka terhadap tren terkini dan relevan dengan audiens mereka. Penerbit melihat ini sebagai keuntungan karena karya penulis akan lebih mudah diterima oleh pasar yang dinamis. _• Potensi untuk Konten Tambahan_ Penerbit sering kali tertarik pada penulis yang bisa menghasilkan konten tambahan (di luar konten yang disediakan penerbit) yang ini bisa mendukung penjualan buku. Penulis yang aktif di media sosial menunjukkan bahwa penulis tersebut memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan mengelola konten. _• Data dan Analitik_ Akun media sosial penulis menyediakan data dan analitik yang berharga, seperti demografi pengikut, keterlibatan, dan jangkauan. Penerbit bisa menggunakan data ini untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif dan terarah. Dengan alasan-alasan ini, penerbit lebih tertarik untuk bekerja sama dengan penulis yang aktif di media sosial, karena ini memberikan banyak keuntungan dari segi pemasaran, branding, dan potensi penjualan.

Ini materi mahal, baca baik2 dan pahami. Banyak yang nanya ke saya dengan 2 pertanyaan ini👇 *Bang, gimana sih caranya biar cerita kita rame?* *Bang, buku saya udah terbit, tapi gak ada yg beli. Cara biar ada yang beli gimana?* Dua pertanyaan itu jawabannya hanya satu. Yaitu, promosi. Kalau saya jawab kayak gitu, pasti bakal ditanya lagi, cara promosi gimana? Oke2, saya jelasin. Kamu mau promosi kamu rame kan? Biar cerita yg kamu bikin rame? Biar buku yg kamu jual laku? Caranya sederhana. Posisikan sementara diri kamu sebagai pembaca. Bukan sebagai penulis. Maksudnya gimana? Sekarang coba ingat2 lagi, cerita apa yang pernah kamu baca dan suka? Anggaplah cerita dari wattpad. Misal, cerita The Blockade (sesuaikan dengan versi kalian). Selanjutnya, coba ingat2 kalian tau cerita itu dari mana? Kalau The Blockade, pasti jawaban kalian kira2 seperti ini👇 - Dari konten fyp tiktok - Dari konten fyp reels - Dari SW author - Dari channel author - Rekomendasi teman Pasti kalian tau The Blockade dari salah satu 5 poin di atas kan? Nah, begitu cara promosi.😅 Maksudnya gimana? Haduh, oke saya jelasin lagi. Kalau kamu mau promosi kamu rame, brrti kamu harus bisa bikin cerita kamu fyp baik di tiktok atau reels. Caranya gimana? Sering2 bikin konten. Usahakan setiap hari ada postingan. Coba cek IG dengan TT saya, ada berapa banyak konten di sana. Untuk sampe di titik FYP atau punya banyak followers itu gak instan. Semua berproses. Saya sendiri untuk pertama kali fyp itu setelah aktif 4 bulan ngonten, 3 postingan sehari. Bayangin ada berapa banyak konten yang tidak fyp, sampe akhirnya di bulan ke 4 baru pecah postingannya dan rame. Selain di TT dan reels, ada juga yang tau The Blockade dari SW dan channel saya. Sekarang sy tanya, kenapa kamu mau baca atau beli novel the blockade? Jawabannya karena sudah trust/percaya. Sekarang kembalikan ke promosi kamu, gimana biar cerita kamu rame? Biar buku kamu terjual? Bangun kepercayaan dengan pembaca kamu. Mustahil mereka mau beli buku kamu, mau baca cerita kamu, kalau mereka gak kenal siapa kamu. Di sinilah pentingnya personal branding. Cara lainnya adalah dengan rekomendasi dari teman. Kenapa teman kamu ngerekomendasiin satu cerita ke kamu? Karena menurut dia cerita itu bagus dan layak orang lain baca. Jadi tau kan? Bikin cerita kamu berkualitas dan layak baca, biar pembaca akan ngerekomendasiin ke pembaca lainnya. Jadi, kesimpulannya biar cerita kamu rame atau biar buku kamu terjual adalah harus aktif ngonten sehingga fyp, bangun kepercayaan dengan pembaca dengan personal branding, bikin cerita yang berkualitas sehingga layak direkomendasiin ke pembaca lain. Jelas kan sampe sini? Jadi jangan ada lagi yang promosi di kolom komentar konten orang lain. Jangan ada lagi yang promosi di wall wattpad penulis lain. Kenapa? Kembali lagi seperti tadi, posisikan diri kalian sebagai pembaca, kira2 kalian akan mampir gak ke cerita2 yg dipromosikan di kolom komentar konten orang lain? Nggak kan? Saya yakin jawabannya pasti nggak. Jujur, promosi di kolom komentar kayak gitu hanya bikin capek, tapi gak ada hasilnya. Mending bikin konten sendiri. Bisa naikin cerita, bisa naikin followers.