
(fra)sa
22 subscribers
About (fra)sa
meninggalkan jejak pada tulisan.
Similar Channels
Swipe to see more
Posts

kemarin malam, namamu mati dalam puisiku, abadi bersama diksi yang kusebut hilang, menepi dari titik kepulangan yang sudah lama tinggal. malam ini, dia hidup kembali. menari diantara kata yang tak pernah kamu baca, cantik sekali, katanya.. bisik-bisik menelisik.. serbuan cacian merajam kutukan, harus bagaimana sayang, segala tentangmu menyerang bersamaan. ruang percakapan yang seharusnya dikuburkan, tanpa permisi mengundang penasaran, ah, sangat tidak tahu malu.. betah-betah tinggal bersama puisiku, duhai nebula yang seharusnya tinggal. hilang. tenggelam. mati bersama kata. ——salem/salmafauziahkurnia.

di sela-sela kala hujan, ku titipkan rindu pada gumpalan awan gelap yang menurunkannya. berharap, dia datang ke arah mu yang sedang duduk menunggu dan mewakili rindu.

rasanya, cinta itu masih saling melekat dan utuh itu tak pernah hilang. mungkin bedanya kita sudah berpindah pada dimensi yang sekarang kita tak pernah tau dimana tempat dan waktunya.

seseorang benar, pada akhirnya saya berada di penjara yang saya buat sendiri.

semakin kaki itu terlepas pada permukaan pasir, dan beranjak menyerahkan diri pada laut biru, aku malah kembali hanyut ke tepian. ternyata, aku hanya perlu menunggu. sebab mengarungi lautan untuk menghampirimu dengan melawan gemuruhnya se-isi lautan, bukan pilihan yang tepat. maka berlayarlah kembali untuk pulang, aku rindu.

terkunci, tak leluasa, bahkan sekadar bernafas pun rasanya sesak.

tubuh ku melemah, terlalu gontai untuk memohon dan menggapai. tangan ku pun tak sanggup melambai, walau hanya untuk memberi tanda menyerah. bahkan mata hanya mampu meraba bayangnya saja. tuhan, mengapa siluetnya semakin kabur dan menghilang? kemana kau bawa dia tanpa pulang? tuhan, aku membutuhkannya.

karnanya, aku mampu melihat cinta diantara gulungan ombak-ombak besar, dan melihat dinamisnya air laut dari tepi pantai yang riuhnya tiada ampun. ini tentang kau dan laut biru, aku lantas mampu memaknai banyak hal yang tak sanggup ku genggam layaknya air yang dibawa oleh ombak.

aku, masih di sudut yang sama, tatapan yang pandangannya tak berpindah, dan menunggu..