
Sahabat Habib Ali Alkaff
January 25, 2025 at 02:41 AM
Sahabat🫶🏻
Sering kali, masalah besar bukan terletak pada apa yang kita lakukan, tetapi pada bagaimana kita merespons pertanyaan atas perbuatan itu.
Lihatlah kisah Iblis dan Nabi Adam.
Iblis, ketika diminta bersujud kepada Nabi Adam, menolak.
Tetapi penolakannya bukanlah satu-satunya sebab kehancurannya. Yang benar-benar membuatnya dilaknat adalah jawaban sombongnya:
أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
“Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Jawaban itu penuh keangkuhan dan buruk sangka kepada Allah.
Ia merasa lebih tinggi dan lebih mulia, padahal yang diminta hanyalah ketaatan.
Kesombongan inilah yang membuatnya diusir dari rahmat Allah.
Sebaliknya, lihatlah Nabi Adam.
Ia juga melakukan kesalahan dengan memakan buah dari pohon terlarang. Namun, ketika Allah bertanya, ia menjawab dengan hati yang rendah, penuh pengakuan dosa, dan keikhlasan:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
Dari kisah ini,
kita belajar bahwa pertanyaan dari Allah bukan untuk menjatuhkan,
tetapi untuk memberikan peluang introspeksi.
Kesalahan bisa termaafkan jika hati mau tunduk, tapi jawaban yang sombong adalah pintu kehancuran.
Maka, jadilah seperti Nabi Adam. Ketika salah, jangan membela diri atau mencari-cari alasan.
Jangan terlalu sibuk dengan pembenaran. Sebaliknya, rendahkan hati, akui kelemahan, dan mintalah ampunan Allah. Karena, sesungguhnya, Allah mencintai hamba-Nya yang kembali dengan hati yang bersih.
❤️
👍
😢
🤍
🤲
🥹
🙏
✨
🌹
👏
251