Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
February 4, 2025 at 10:01 AM
🦋 — Jalan Bersama
Jam menunjukkan pukul 4 sore. Cesia hanya berguling-guling di kasur. Sejujurnya, ia bosan. Drama Korea sudah habis ditonton, scroll TikTok pun tak lagi menarik, bahkan membersihkan kamar tadi hanya jadi pengalih perhatian sementara.
Tiba-tiba, suara notifikasi ponsel mengalihkan pandangannya. Ia meraih ponselnya, dan sebuah pesan dari Karang muncul di layar:
Karang: Jalan yuk?
Cesia tersenyum lebar. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengetik jawaban, “Oke, kasih aku waktu lima belas menit!”
Ia segera bangkit dan mulai bersiap. Makeup simpel, dress selutut berwarna pink yang pas di tubuhnya, serta jepit rambut kecil yang menghiasi rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Setelah memastikan penampilannya sempurna di cermin, Cesia mengambil tas selempangnya dan keluar kamar.
“Mamah, anakmu ini mau jalan sama cowok,” celetuk Cesia sambil menuju ruang tengah, tempat kedua orang tuanya sedang bersantai.
“Sana, sana. Tapi jangan lupa pulang ke rumah lagi, ya,” jawab ibunya tanpa menoleh, terlalu sibuk bercanda dengan sang ayah.
Cesia hanya terkekeh, lalu melangkah keluar. Di depan rumah, ia mengenakan flat shoes favoritnya. Tak lama kemudian, suara motor besar terdengar. Karang datang dengan motor custom-nya yang mencuri perhatian.
“Woah, encok aku kalau naik motor segede itu,” gumam Cesia pelan sambil melipat tangannya.
“Hai! Udah siap?” sapa Karang, tatapannya berhenti sejenak pada penampilan Cesia yang terlihat manis.
“Udah banget. Yuk, jalan. Nggak perlu pamit, mereka lagi sibuk pacaran,” sahut Cesia santai.
Karang hanya tertawa kecil, lalu mengangguk. Ia mengulurkan helm kepada Cesia, dan keduanya segera pergi meninggalkan halaman rumah.
Sore itu, suasana begitu sejuk. Langit sore yang dihiasi semburat jingga dan ungu, deru motor, serta suara klakson jalanan justru terasa menenangkan. Cesia menikmati perjalanan dalam diam, kedua tangannya melingkar di perut Karang, dan sesekali Karang mengusap tangan Cesia dengan lembut, membuat gadis itu tersenyum kecil.
Setelah beberapa menit berkendara, mereka sampai di aquarium besar yang menjadi destinasi.
“Jadi, ini alasannya kamu ngajak aku jalan?” tanya Cesia sambil mendongak, takjub melihat bangunan megah dengan lampu biru yang memantul di kaca-kaca besar.
“Yap. Kamu pernah bilang pengen ke sini waktu kita ngobrol,” jawab Karang, senyumnya tipis tapi penuh arti.
Cesia menoleh ke arah Karang, matanya melebar. “Serius? Kamu inget? Aku cuma ngomong sekilas, lho…”
“Kalau soal kamu, aku selalu inget,” balas Karang santai, namun tatapannya tulus.
Pipi Cesia langsung memanas, tapi ia pura-pura sibuk memandangi ikan-ikan yang berenang di balik kaca. Mereka berjalan menyusuri lorong kaca besar yang dipenuhi ikan warna-warni, ubur-ubur bercahaya, dan hiu kecil. Cesia tampak seperti anak kecil di toko mainan—matanya berbinar, senyumnya terus terpancar.
“Karang, tempat ini keren banget. Aku suka!” Cesia berseru sambil menempelkan tangannya ke kaca, mengikuti gerak ikan-ikan di dalamnya.
Karang tersenyum tipis. “Aku seneng kamu suka. Tapi sebenarnya, aku ngajak kamu ke sini karena ada yang mau aku bilang.”
Cesia menoleh, bingung. “Hah? Mau bilang apa? Jangan bilang kamu mau ngajak aku pelihara ikan hiu, ya?”
Karang terkekeh pelan, lalu berhenti berjalan. Di depan tangki raksasa berisi kura-kura laut, ia menatap Cesia
“Cesia, aku suka sama kamu.”
Kata-kata itu meluncur begitu saja, tapi penuh kejujuran. Cesia terdiam, tak percaya apa yang baru saja ia dengar. Ia menatap Karang yang tetap tenang, meski terlihat sedikit gugup.
“Kamu tahu nggak, aku suka ke sini bukan cuma karena ikannya... tapi karena kamu,” ujar Cesia akhirnya, sambil tersenyum kecil.
Mendengar itu, Karang tersenyum lebar. Sore yang dimulai dengan rasa bosan berakhir dengan perasaan yang begitu hangat. Keduanya saling menatap dengan senyum di wajah, ditemani ikan-ikan yang berenang di sekitar mereka—seolah menjadi saksi dari momen manis itu.
---
Keduanya nampak lelah setelah memutari aquarium yang berakhir mampir di tempat makan di aquarium .
Dalam hening keduanya nampak menikmati makanan hanya bunyi alat makan yang bergesekan suasanan saat ini nampak....manis .
"Karang" Panggil Cesia yang tak tahan ingin mengutarakan sesuatu, Karang hanya memandang lembut Cesia .
"Kamu kok lama lama makin cakep astaga pacar aku" lanjut cesia matanya memandang karang dengan intens sedangkan karang hanya tersenyum kecil mendengar omongan manis cesia ya dia tak terkejut selama ia mengenal gadis itu memang tipe mengungkapkan apa yang dipikirkan .
"Astaga by kamu ya" Sahut karang dengan bibir yang tersenyum kecil tak lupa tawanya yang mengalun indah .
"fakta anyway mau langsung balik?" ucap Cesia sedikit terkekeh kecil, Karang yang mendengar keinginan cesia untuk pulang .
"ayok"
Keduanya beranjak berjalan bersama menuju motor, langkah kaki mereka terasa ringan meski hati sedikit berat. Suara mesin motor mengalun pelan, dan mereka kembali ke jalanan, membawa kenangan manis yang tak ingin segera berakhir.
❤️
3