
Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
24 subscribers
About Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
Cesia Anastasia Cewek cantik, mandiri, dan karismatik. cesia dikenal pintar memainkan perannya sebagai "pacar sempurna" dalam bisnis jasa kontrak pacarnya. Dia punya aura tenang dan berwibawa, tapi tetap approachable. Karang Samudra Tunggal Cowok pendiam, misterius, dan punya aura cool bad boy, tapi sebenarnya dia jauh lebih rapuh di dalam. Trauma di masa lalu juga ikut andil didalam kehidupannya. __________________________________________________________ 🦋 — Link Story of Mora https://whatsapp.com/channel/0029VayrBBS4IBhITfCcN80l 💋 — Ruang pengaduan https://secreto.site/aj0ps7
Similar Channels
Swipe to see more
Posts

🍀 Kantin Setelah pertandingan basket yang berakhir dengan kekalahan tragis bagi Karang, anak-anak tim masih nggak berhenti ngeledekin dia sepanjang jalan ke kantin. "Atlet sekolah dikalahin pacarnya sendiri, gimana rasanya, Bang?" ejek Dio sambil ngakak. Karang mendelik. "Rasanya kayak pengen ngilang dari dunia ini, tapi sayangnya gue masih butuh makan." Cesia yang jalan di sebelah Karang cuma nyengir puas. "Sabar ya, baby boy. Gue kan cuma mau nguji mental lo." "Ngetes mental apaan? Lo ngetes gengsi gue!" Karang protes, tapi mukanya jelas-jelas nyengir juga. Begitu sampai di kantin, mereka langsung cari meja kosong. Naya dan Lala udah duluan duduk di sana, nungguin mereka sambil main HP. "Lama banget, sumpah. Gue sampe hapal semua gosip di timeline," keluh Naya begitu mereka tiba. "Salahin Karang, dia masih recovery dari kekalahannya," timpal Rio sambil ngakak. Karang menghela napas pasrah. "Udah, cukup. Yang penting sekarang gue makan dulu, biar kuat buat antar jemput orang ini." Dia melirik Cesia yang langsung nyengir puas. "Emang lo driver gue?" Cesia mencibir sambil buka buku menu. "Lebih tepatnya korban lo," timpal Raka. Sambil cekikikan, mereka mulai mesan makanan. Cesia memanggil ibu kantin. "Bu, nasi goreng satu, pedesnya level sesajen, ya!" "Bakso satu, mie ayam satu, es tehnya dua, ya kan La?" Naya menoleh ke Lala. "Yoi, baksonya pedes ya, Ces," Lala menimpali. Begitu makanan datang, obrolan mereka mulai ngalor-ngidul. Sampai tiba-tiba, Dio mencondongkan badan ke depan, suaranya lebih pelan. "Eh, lu udah denger gosip baru belum?" "Gosip apaan?" tanya Lala sambil nyeruput es tehnya. Dio mendelik dramatis. "Siswi paling polos di sekolah ini… ternyata bunuh orang." "Hah?!" Cesia hampir keselek nasi gorengnya. "Ouuh, yang kemaren sempet dibully sama salah satu geng sini?" tanya Ditto sambil menyedot es tehnya. "Yang mati itu yang ngebully?" Naya yang dari tadi sibuk mengaduk baksonya akhirnya buka suara. Dio mengangguk. "Iya, Nay! Bayangin, polos-polos mematikan, euy!" Lala bergidik ngeri. "Anjir, serem banget. Tapi ini beneran apa cuma rumor?" Leon yang sedari tadi diam akhirnya angkat alis. "Gue masih penasaran, bener nggak sih? Atau cuma gosip yang digede-gedein?" Dio mengangkat bahu. "Gak tau juga sih. Katanya emang gitu, antara bener atau rumor, ya kita gak tau kenyataannya." Ditto, yang dari tadi fokus ke HP-nya, tiba-tiba bersuara. "Ouh, tapi lu tau nggak sih? Ada gosip yang lebih hot. Salah satu guru kita, ehemm… selingkuh." Semua yang ada di meja itu langsung membelalakkan mata. "PAK IBAM?!" Aiden menebak. Ditto langsung nunjuk dia. "LU KOK TAU, DEN?!" Aiden nyengir. "Denger dari ruang guru, hehe." Dio langsung heboh. "SI ANJIR! Tapi kok bisa? Ini awalnya gimana dah?!" Ditto nyender ke kursi, mukanya kayak reporter gosip. "Jadi gini… sekilas yang gue denger waktu nggak sengaja ke UKS, katanya Pak Ibam lagi jalan sama Bu Indah. Terus mereka nggak sengaja kepergok di taman sama istrinya Pak Ibam. Nah, kebetulan ada guru lain atau murid yang ngeliat." Raka melongo. "Gila, covernya islami banget padahal." Leon nimpalin, "Bener banget, 'don’t judge a book by its cover'." Ditto mengangguk penuh kemenangan. "Hu'um, makanya jangan gampang percaya sama penampilan orang." Bel masuk tiba-tiba berbunyi, mengakhiri sesi gosip panas mereka. Karang bangkit dari duduknya sambil mengangkat tas. "Yaudah, bel udah bunyi. Jangan sampai nanti kita yang jadi bahan gosip, cuy." Cesia nyengir, "Betul banget. Udah, yuk, ke kelas sebelum Bu Mirna ngamuk lagi." Sambil masih nyengir-nyengir nahan tawa, mereka pun bubar menuju kelas masing-masing.

yangg dah lihat siapaa lucu banet pwiss ✨✨

🐣''special scene : Adem Sari dan Panasnya Karang ☆▪︎☆ Pihak sekolah baru aja ngumumin kalau mereka butuh dua siswa buat ngeiklanin produk sponsor untuk acara tahunan. Dan entah kenapa, nama yang keluar justru Karang dan Cesia. “Serius, Bu? Saya?” Karang menatap guru yang berdiri di depan kelas dengan ekspresi datarnya. “Iya, Karang. Kamu terkenal di sekolah, banyak yang suka sama karisma kamu,” jawab Bu Rina sambil tersenyum. “Dan Cesia, kamu juga cocok karena ekspresif dan komunikatif.” Cesia yang dari tadi nyender di mejanya langsung tegak. “Wah, saya setuju banget, Bu! Apalagi kalau bareng Karang~” Dia melirik cowok itu dengan tatapan penuh makna. Karang cuma menghela napas. “Iya, iya… Saya nurut aja.” --- Hari Syuting Mereka berdiri di depan meja kecil yang berisi beberapa botol dan kaleng Adem Sari. Ada kamera di depan mereka, lengkap dengan crew yang siap merekam. Karang tetap dengan ekspresi tenangnya, sementara Cesia sudah siap dengan senyumnya yang paling centil. “Action!” suara sutradara terdengar. Cesia langsung mengambil satu botol Adem Sari, memutarnya di tangannya dengan gaya menggoda. Dia mendekat sedikit ke Karang, suaranya dibuat lebih lembut. “Karang, tau gak? Hari ini panas banget… kayak tatapan seseorang~” Karang meliriknya sekilas, tetap stay cool. “Tatapan siapa?” Cesia pura-pura mikir, lalu tersenyum kecil sebelum menatap Karang dengan lirikan maut. “Ya… tatapan orang yang diem-diem suka tapi sok cool. Kayak kamu gitu~” Karang nyaris tersedak udara. Dia menahan diri buat nggak mempermalukan diri sendiri di depan kamera. “Halah, minum aja sana. Daripada panas dalam gara-gara kebanyakan ngomong centil.” Cesia pura-pura manyun sebelum tiba-tiba menyodorkan botol Adem Sari ke Karang. “Eh, Karang, bukain dong~ Tangan aku lemah banget nih~” Karang memutar bola matanya, tapi tetap mengambil botol itu. Dengan mudah, dia membukanya lalu mengembalikannya ke Cesia tanpa menatapnya langsung. Kupingnya mulai terasa panas. Cesia mengambil botol itu dengan ekspresi puas, lalu meneguknya pelan. Setelah itu, dia menarik nafas panjang, tangannya mendekap pipinya. “Ah… adem banget! Kayak… seseorang yang diem-diem perhatian tapi sok jaim gitu~” Tatapannya makin tajam ke arah Karang, seolah menelanjangi pikirannya. Karang menghela napas panjang, akhirnya menatap Cesia, meski cuma sebentar. “Intinya, kalau lagi kepanasan, minum Adem Sari. Biar nggak bikin centil makin jadi.” Cesia tertawa kecil, mengangkat botol ke kamera. “Iyaaa! Biar tetep fresh dan tetep bisa ngegodain—eh, maksudnya, tetep bisa seru-seruan!” Dia nyenggol Karang dengan sikunya, sengaja. Karang yang dari tadi berusaha tetap cool akhirnya menyerah. Dia mengambil satu botol Adem Sari, membuka tutupnya, dan meneguknya dalam diam. Setidaknya itu bisa menyembunyikan wajahnya yang mulai merah. “CUT! Bagus banget!” seru sutradara. Karang membuang napas lega, sementara Cesia menoleh ke arahnya dengan senyum menang. Dia mendekat, suaranya pelan tapi cukup buat Karang dengar. “Kamu salting ya, baby boy?” Karang menoleh pelan, berusaha mempertahankan ekspresi tenangnya. “Mimpi.” Tapi sayang, pipinya yang mulai bersemu merah sudah membongkar segalanya.

✨ — Karang ngambek. Cesia masih berusaha menenangkan Karang yang mood-nya lagi jelek gara-gara tadi. Sementara itu, timnya hanya bisa tertawa pelan melihat kelakuan pasangan ini. Satu cemburuan, satunya lagi centilnya kebangetan. "Aduh, my baby boy, ganteng dan keren ku, jangan ngambek dong. Kamu gak usah cemburu ya, mau secakep apa pun cowok di sekolah kita, tetap aja masih cakepan kamu, tapi kalau ada yang lebih cakep, ya maaf," ucap Cesia dengan lirihan di akhir kalimatnya. "Apa?" Sahut Karang, dengan tatapan tajam setelah mendengar ucapan Cesia. Tentu saja, Cesia langsung menyengir polos. "Gak, by the way, gak! Kamu tuh ganteng banget, jangan cemburu, kamu tetap milik aku kok. I’m yours, baby, I’m yours," ucap Cesia sambil mengelus rahang Karang dengan lembut. Karang langsung terdiam, mematung saat Cesia begitu lembut mengelus rahangnya. Orang-orang di dalam ruangan itu juga ikut terperangah melihat tingkah Cesia yang begitu berani. "Omegod! Gak heran Cesia dapet julukan Flirty Girl, lihat aja!" ucap Lunar, salah satu teman yang ada di ruangan itu. "Astaga, ekspektasi gue gak gini!" timpal Diva, mulutnya terperangah, terkejut atas kelakuan Cesia yang bikin semua orang gak habis pikir. Karang merasa panas sekitarnya dan hanya bisa berdehem pelan, berusaha untuk menutupi rasa malunya. "Kamu lapar gak?" tanya Cesia sambil menggandeng lengan Karang dengan lembut. "Iya, mau kantin," jawab Karang, yang langsung diangguki oleh Cesia. Lalu keduanya pun meninggalkan ruangan itu. --- **... Sesampainya di kantin, Karang dan Cesia berjalan menuju meja yang sudah penuh dengan teman-teman mereka. Begitu sampai, Naya dan Lala langsung menyambut Cesia dengan pelukan penuh semangat.** "Wuwww, congrats ya, Beibs! Tim lu menang!" ucap Naya sambil memeluk Cesia erat. "Gak heran sih, lu tadi seksi banget, Beibs!" timpal Lala, ikut memeluk Cesia. Karang yang duduk di samping mereka hanya bisa cemberut, meskipun sebenarnya dia senang banget lihat Cesia bahagia. Cesia tertawa dan membalas pelukan mereka. "Thanks, guys! Kalian yang paling berjasa karena udah dukung aku! Haha!" ucapnya dengan ceria. Setelah berpelukan, mereka pun duduk di meja. Karang yang sedikit gelisah karena tadi sempat terlihat cemburu di kursi penonton, langsung diserang ledekan dari teman-temannya. "Eh, Karang, tadi lu kelihatan bete banget ya pas Cesia dapet perhatian dari cowok-cowok di sana? Cemburu ya?" ujar Dito, teman Karang yang sering ngusilin. Karang hanya menatap Dito dengan tatapan malas, tapi gak bisa nyembunyiin ekspresi cemburunya. "Gak kok, gue cuma… ngeliatnya aja. Gak ada apa-apa," jawab Karang, berusaha tampak biasa saja. Teman-temannya langsung tertawa. "Pasti cemburu banget tuh!" kata Aldo sambil menggoda. "Tapi gak usah khawatir, Cesia kan cuma punya kamu!" "Iya, jangan khawatir, Karang, Cesia kan udah bilang cuma dia yang punya kamu! Biar cowok-cowok di luar sana cuma bisa ngeliatin!" tambah Naya, makin memancing Karang untuk nyengir. Cesia yang mendengar semua itu hanya tertawa, tapi langsung menenangkan Karang dengan menggenggam tangannya. "Ya udah, Karang, jangan cemburu terus, kamu kan tahu aku cuma milik kamu." Karang, meskipun masih agak malu, akhirnya bisa tertawa juga. "Iya, iya, aku tahu kok. Tapi kalian ini, ngusilin mulu." Akhirnya, suasana jadi lebih santai. Mereka semua saling bercanda dan tertawa, menikmati waktu bersama setelah lomba selesai. Cesia yang terus dikerubungi sahabat-sahabatnya tetap merasa bahagia karena bisa merayakan kemenangannya, sementara Karang yang mulai relax, bisa menikmati momen itu tanpa terlalu banyak beban.

🍓 — Lomba Dance Pagi hari itu, keadaan sekolah SMA Griya Cendana terlihat ramai, banyak bus-bus dari sekolah lain yang memadati parkiran. Hal ini karena adanya perlombaan seni tahunan yang diadakan oleh SMA Griya Cendana. Perlombaan meliputi berbagai macam kategori, mulai dari melukis yang diiringi banyaknya stand pameran seni lukis, lomba menyanyi, hingga lomba dance. Cesia, yang bergabung di eskul dance, tentu saja ikut memeriahkan acara ini. Ia dan timnya membawakan dance modern. Di ruang makeup, semuanya sedang bersiap-siap dengan kostum yang akan dikenakan, serta polesan makeup yang sangat cantik. Di sisi lain, Karang sedang duduk di bangku depan, menunggu penampilan tim dance yang ada pacarnya. Beberapa perempuan di belakangnya mencuri pandang ke arahnya. Genk Karang yang selalu mencuri sorotan, membuat sedikit Karang merasa risih karena terlihat banyak mata yang memerhatikannya, berbeda dengan temannya yang selalu tebar pesona. Tak lama kemudian, tim dance SMA Griya Cendana keluar. Mereka langsung bersiap dengan posisi masing-masing. Musik diputar, dan hal itu membuat tim dance Griya Cendana langsung memulai penampilannya dengan penuh energi. Namun, fokus Karang hanya tertuju pada Cesia yang begitu seksi dan menggoda saat melenturkan tubuhnya mengikuti ritme lagu. Ia merasa cemburu, meskipun ia tahu itu adalah perasaan yang tidak seharusnya ia rasakan. Setiap gerakan Cesia, setiap goyangan tubuhnya yang memukau, membuatnya semakin tidak nyaman. Apalagi kostum yang dikenakan Cesia sangat seksi, dan tentu saja, wajah Karang semakin keruh. Ia merasa seolah-olah banyak mata lelaki yang tak bisa lepas dari Cesia. Rasanya seperti dirinya tidak lagi menjadi satu-satunya yang melihat Cesia dengan cara itu. Setelah penampilan selesai, suasana di ruangan makeup kembali riuh dengan tepuk tangan dan sorakan. Karang yang baru saja berdiri dari kursinya berjalan cepat menuju belakang panggung. Ia merasa cemburu dan sedikit marah, meskipun ia tahu ini bukanlah hal yang seharusnya dirasakannya. Setiap senyum dan gerakan Cesia di atas panggung hanya membuat hatinya semakin gelisah. Wajah Cesia yang penuh percaya diri, ditambah kostum yang memamerkan lekuk tubuhnya, membuat beberapa pasang mata tak bisa lepas darinya. Karang merasa seolah ia bukan satu-satunya yang memandang Cesia. Meskipun ia tahu Cesia adalah pacarnya, ia tak bisa menghindari perasaan itu. Ia selalu ingin melindungi dan menjaga Cesia, dan melihat banyak orang memandangnya, membuat hatinya sesak. Karang ingin berteriak, ingin menunjukkan bahwa Cesia adalah miliknya. Namun, ia hanya bisa menahan perasaan itu dan berjalan cepat menuju ruang belakang. Sesampainya di sana, ia melihat Cesia sedang tertawa riang bersama teman-temannya. Wajah Cesia yang ceria, seolah tak tahu bahwa pacarnya baru saja merasakan cemburu berat, membuat Karang semakin bingung dengan perasaannya. "Cesia," ucap Karang dengan suara agak serak, membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam sejenak. Cesia menoleh, sedikit terkejut melihat ekspresi Karang yang tampak berbeda dari biasanya. "Ada apa, Karang?" tanya Cesia, mencoba mengalihkan perhatian Karang dari perasaan yang mengganggu itu. Karang menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. "Aku cuma... nggak suka kalau banyak orang yang terlalu... memperhatikan kamu," ucap Karang dengan nada agak pelan. "Kamu itu milikku, Ces," tambahnya, meski kata-kata itu terdengar sedikit canggung di telinganya. Cesia hanya bisa tersenyum, menyadari bahwa cemburu itu adalah bagian dari rasa sayang yang Karang miliki. "Tenang aja, Karang," jawab Cesia dengan lembut, "Kamu tahu kan, cuma kamu yang punya tempat spesial di hati aku." Namun, Karang masih merasa tidak tenang. Wajahnya yang cemberut sedikit menunjukkan bahwa ia masih belum bisa mengendalikan perasaan itu sepenuhnya. Ia terus merasa seolah-olah Cesia lebih dikelilingi perhatian dari orang lain, dan perasaan cemburu itu semakin kuat. Pengumuman Kemenangan Lomba Dance Tak lama setelah percakapan itu, suara MC menggema di seluruh ruang. "Selamat datang kembali di panggung SMA Griya Cendana! Dan kini saatnya kita mengumumkan pemenang lomba dance tahun ini!" Semua mata tertuju pada panggung, dan suasana menjadi hening, penuh antisipasi. MC melanjutkan, "Dengan penampilan yang penuh energi, gerakan yang memukau, serta kekompakan yang luar biasa, pemenang lomba dance tahun ini adalah... Tim Dance SMA Griya Cendana!" Sorakan memenuhi ruangan, termasuk dari teman-teman Cesia yang langsung melompat kegirangan. Cesia tersenyum lebar, mata berbinar penuh kebahagiaan, meskipun ia sadar, di balik senyum itu, Karang sedang memperhatikannya dengan ekspresi yang sedikit berbeda dari biasanya. "Terima kasih semua!" teriak Cesia, dengan bangga mengangkat tangan timnya. Namun, hatinya tetap sedikit ragu, karena ia tahu bahwa Karang sedang tidak merasa nyaman.

🏀 — Karang vs Cesia Sejak kejadian sore itu, hubungan Karang dan Cesia makin nempel kayak perangko. Bahkan, title couple goals mereka resmi kembali. Siang itu, tim basket Karang lagi latihan. Keringat netes dari tubuhnya, bikin Cesia yang ngelihat jadi menelan ludah. Jujur, untuk sesaat, dia ngerasa cowoknya itu… seksi. "Seksi banget," gumamnya pelan. Begitu Karang selesai latihan, Cesia langsung nyamperin dengan sebotol air di tangan. "Hello, baby boy. Aku bawain minum," ucapnya, nyodorin botol. Karang nyengir sambil nerima. "Terima kasih, sayang." Baru aja mau duduk santai, Cesia tiba-tiba ngelirik bola di tangan Karang. "Eh, kita tanding yuk," tantangnya. Karang, masih ngos-ngosan, cuma ngangkat alis. "Hah? Sekarang? Gue abis latihan, tahu." Cesia nyengir iseng. "Lah, masa atlet capek? Katanya jago?" Anak-anak tim basket yang masih di lapangan langsung heboh. "WOI, WOI, ADA TANDING NIH!" Dio maju duluan, mukanya penuh semangat. "Gas! Karang vs Cesia, kita lihat siapa yang lebih jago!" Karang akhirnya berdiri, ngebenerin rambutnya yang basah. "Oke, satu lawan satu. Kalau gue menang, lo traktir es kopi. Kalau lo menang, lo mau apa?" Cesia langsung nyolot. "Satu bulan jadi supir pribadi. Tiap gue minta jemput, lo harus datang!" "SIAP! GAME ON!" --- Tipu-tipu Karang berakhir tragis Awalnya, Karang santai. Ngira menang gampang. Sampai Cesia mulai main. "LAH, DIA JAGO ANJIR???" Cesia lincah ngegocek Karang, ngelewatin dia dengan gerakan cepat, lalu shoot—MASUK! Dio langsung teriak heboh. "SATU POIN BUAT CESIA!" Karang mulai serius. "Oke, oke, nggak bisa ngeremehin." Tapi sialnya, semakin dia fokus, semakin dia keteteran. Cesia dengan enteng ngelewatin defense-nya, bahkan sempat muter bola di jari sebelum nge-shoot lagi. Masuk. Anak-anak di pinggir lapangan udah rusuh. "WOIII, KARANG DI BANTAI PACARNYA SENDIRI!" "GENGSI LO TARUH MANA???" Dio ngakak sambil nyorakin, "KARANG KALO KALAH, HARUS PAKE BANDEL RAMBUT PINK BESOK!" --- Gengsi Karang resmi hancur Poin terakhir. Cesia dribble bola, matanya penuh percaya diri. Karang udah siap jaga. "Tsk, kasihan banget sih kamu," ucapnya, nyengir iseng. Karang sempat kaget. "Kasihan kenapa?" Cesia langsung gerak cepat—crossover tajam, Karang hampir goyah. Lompat, shoot terakhir… MASUK. GAME OVER. LAPANGAN MELEDAK. "CESIA MENANG! CESIA MENANG!" Karang bengong, tangan di pinggang, napasnya masih berat. "Anjir, malu banget gue." Cesia jalan mendekat, nyolek dagunya pelan. "Jangan malu, baby boy. Sekarang lo resmi jadi supir pribadi gue. Siap antar jemput 24 jam." Karang ngusap wajahnya, akhirnya ketawa juga. "Yaudah lah, yang penting pacar gue jago." Anak-anak yang nonton langsung nimpalin: "GAS BAWA MOBIL, KARANG! PENUMPANG UDAH NUNGGU!" Karang cuma bisa ngelus dada. Hari ini, gengsinya sebagai atlet basket resmi hancur.

✨ — Asing tapi.... Kejadian kemarin, Karang yang meninggalkannya masih membekas di benak Cesia. Raut wajahnya terlihat tersenyum riang, meskipun hatinya merasa sedikit kosong. Cesia duduk bersama Lala dan Naya di kantin saat ini. Ketiganya ngobrol, makan, ketawa, semuanya biasa aja. Sampai tiba-tiba Naya nyeletuk “Eh, Karang tuh.” Refleks, Cesia noleh, matanya langsung melotot, kayaknya ada yang aneh. "Kebiasaan anjir!" ucap Naya dengan ekspresi tertawa melihat reaksi Cesia yang mulai kaget. Terus Cesia langsung lirik Naya dengan sinis, sambil melirik dengan tatapan tajam. "Aaaa lu mah Nay, namanya juga refleks, bro, refleks!" ucap Cesia sambil terus menyedot minuman di depannya, matanya masih melirik Tiara yang udah deket banget sama Karang. Cesia yang sedang asik-asiknya makan, merasa mata nggak bisa lepas dari gadis yang sama yang menghampiri Karang yang lagi sendirian. "Cewe itu lagi si kocakk," ucap Cesia sambil memerhatikan langkah gadis itu dengan tatapan heran, mulutnya sedikit terbuka, tapi tetap tenang. Dan benar saja, di samping Karang ada Tiara yang duduk deket banget, ketawa-ketawa kayak dunia milik mereka berdua. Cesia diem sebentar. Minum es teh dengan pelan, mukanya rada sebal, menahan emosi, tapi kelihatan jelas kalau ada perasaan yang mengguncang hatinya. Lala dan Naya nungguin dengan tatapan penuh harapan, siap banget buat menyemangati. Tiba-tiba Cesia bangkit, jalan ke arah mereka, matanya tetap ngeliatin Karang dan Tiara, kayak nggak ada yang bisa menghentikannya. Lala panik, bibirnya bergetar. “Eh, seriusan lo?” “Bentar doang,” jawab Cesia, matanya masih fokus ke tujuan. “Go, Ces! Gunain title cegil dan centil lo!” teriak Naya dengan semangat, sambil geleng-geleng kepala, ngelihat Cesia yang udah semakin deket. --- Di depan meja Karang, Cesia berhenti, nyelipin tangan ke saku celananya dengan santai, gaya yang penuh percaya diri. “Tiara.” Tiara yang lagi asik ngobrol langsung noleh dengan kaget. “Hah?” Cesia nyengir tipis, bibirnya terkerek setengah, matanya nggak lepas dari Tiara. “Cowok lo mana? Nempel bener ke cowo gue, sorry.” Tiara langsung diem. Karang, yang lagi nyeruput es kopi, nyaris keselek, matanya melotot kaget dan nggak bisa menahan diri. Seketika kantin sunyi, bahkan suara sendok yang jatuh di meja pun kedengaran. Beberapa anak yang ngedengerin percakapan itu mulai bisik-bisik, tatapan mereka nggak lepas dari dua orang yang berdiri di depan meja Karang. Tiara nelen ludah, terus ngeliat Karang, terus balik ngeliat Cesia, terus… diem lagi. Pandangannya kacau, bingung. Tanpa ngomong apa-apa, dia langsung cabut. Beneran pergi aja, nggak pake pamit, meninggalkan atmosfer yang mulai kaku. Cesia cuma angkat bahu, senyum sinis terkembang di bibirnya. “Cepet bener, gue baru mau nanya skincare routine-nya.” Karang ngetuk jidatnya pelan. “Lo tuh…” “Apa sih?” “Yaudah lah.” Karang ngelanjutin makan, mulutnya nahan ketawa, ekspresi wajahnya kayak habis ketemu masalah lucu. Cesia liat piringnya, terus ke Karang, terus balik lagi ke piringnya. Ekspresinya mulai berubah, kayak bingung antara mau ngomong atau nggak. “…Gue pesen tahu crispy, lo mau nggak?” tanya Cesia dengan nada santai, tapi matanya nggak lepas dari Karang. Karang noleh, senyum tipis, matanya agak meredam tawa. “Setengah boleh lah,” jawabnya, dengan tatapan yang masih belum bisa menahan senyum kecil. Cesia langsung nyodorin tahu crispy dengan penuh gaya, kayak lagi nunggu respon dari Karang. Lala dan Naya di meja kejauhan "Ni anak break apaan dah?!" Mereka geleng-geleng kepala, bingung, tapi tetap tertawa Karang dan Cesia menikmati makanannya dalam keheningan sejenak, sebelum akhirnya Cesia memecah suasana. "Lo serius mau break lama? Liat deh cewek centil ini, emang nggak bikin kangen atau jatuh cinta lagi?" tanya Cesia sambil menatap Karang dengan tatapan yang cukup serius, meski ada gurauan di dalamnya. Karang yang sebelumnya tenggelam dalam pikirannya, kini menatap Cesia balik. Dia tersenyum tipis. "Huh, gue akui, sih. Gue kangen sama lo. Gue sadar kalau gue emang suka, bukan cuma sekadar suka, tapi udah cinta sama lo, Ces." Ucapan Karang bikin Cesia senyum puas, kayak dapet jawaban yang selama ini dia tunggu. Dia terus makan tahu crispy-nya, sambil sedikit mengedipkan mata dengan nakal. "Jadi... mau selesaiin break-nya, kan?" tanya Cesia dengan nada manja, matanya menunggu jawaban. "Iya, kita balik seperti semula," jawab Karang, yang akhirnya nggak bisa menahan senyumnya yang lebar. Cesia langsung tertawa kecil, sambil mengibaskan rambutnya dengan gaya centil. "Pesona gue emang nggak bisa diraguin, sih. Haha!" Dia lanjut menggoda Karang, "Okeyy, baby boy, baby girl di sini!" sambil kedip-kedip nakal. "Yes, over baby," jawab Karang, lalu mengecup tangan Cesia dengan penuh kasih sayang. Sontak, suara riuh mulai terdengar di kantin. Beberapa teman yang dari tadi mengamatinya langsung melirik dan ikut terkejut. "Lihat!" seru Dio sambil melongo, masih nggak percaya. "Udahlah, emang jodoh kayaknya," ujar Lala sambil terus makan somay dengan santai, meski nggak bisa nyembunyiin senyum di bibirnya. Sahabat Karang yang baru saja datang saling pandang satu sama lain, lalu tersenyum penuh arti. Mereka nggak perlu kata-kata lagi. Semuanya udah jelas, bahkan tanpa suara. Begitu juga dengan Naya dan Lala, yang melambaikan tangan ke sahabat-sahabat Karang, ngajak mereka bergabung. Kantin pun kembali riuh, tapi kali ini ada sedikit lebih banyak senyum tersembunyi di sana.