
Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
February 11, 2025 at 02:50 AM
☹️ — Break?
Setelah kejadian drama pergosipan itu, Karang terlihat menemui Cesia di kelas. Ia berdiri di depan pintu kelas dengan raut wajah serius, membuat beberapa teman Cesia melirik penasaran. Cesia, yang sedang sibuk mencoret-coret buku, mendongak dan langsung menatap Karang dengan bingung.
"Ces, kita perlu bicara," ucap Karang tegas.
Nada suaranya terdengar berbeda, seperti ada sesuatu yang berat ingin disampaikan. Cesia semakin heran, tapi ia mencoba menjaga ekspresinya tetap tenang.
"Kita ngobrol di taman aja," balas Cesia, mengangguk pelan. Ia beranjak dari kursinya, mengikuti langkah Karang keluar kelas.
Lorong kelas yang biasanya penuh dengan canda tawa mereka kini terasa sunyi. Keduanya berjalan berdampingan, tapi tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Karang terlihat fokus menatap ke depan, sementara Cesia sesekali meliriknya, mencoba membaca pikirannya. Namun, Karang terlalu sulit ditebak saat ini.
Sesampainya di taman, Karang berhenti di bawah pohon besar yang rindang. Ia menatap hamparan rumput hijau di depannya, mencoba mengatur napas. Sementara itu, Cesia menunggu dengan sabar, meski rasa penasarannya sudah mencapai puncak.
"Karang, jadi kenapa kamu ajak aku ke sini?" tanya Cesia akhirnya, dengan nada lembut tapi terdengar ragu.
Karang menoleh, menatap Cesia dengan sorot mata dalam yang membuat gadis itu tertegun.
"Hufff," Karang menghela napas panjang. "Gw mau kita break."
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Karang, tapi dampaknya seperti palu godam yang menghantam hati Cesia. Gadis itu membelalak, sulit percaya apa yang baru saja didengarnya. Kakinya, yang tadi berdiri tegap, seketika melemas. Ia merasa seperti tak berpijak di bumi, tubuhnya goyah, seperti ingin jatuh, tapi ia paksa tetap berdiri.
"Break? Yang bener aja, Karang. Apa alasannya?" Suara Cesia naik satu oktaf, emosinya mulai meletup.
Karang menunduk, menghindari tatapan Cesia. "Gw... masih trauma sama masa lalu gw. Gw butuh waktu buat yakinin diri gw sendiri."
Cesia menatap Karang dengan tatapan tidak percaya. Napasnya terasa berat, tapi ia mencoba menahan diri.
"Wait. Karang, tugas kamu itu ya bikin tujuan kita tercapai. Kita couple okey yang saling bantu, kenapa malah mundur kayak gini?" Sentaknya, nada tegasnya membuat Karang terdiam.
"Gw tahu. Tapi ini keputusan terbaik untuk sekarang, Ces," ucap Karang, kali ini dengan suara rendah tapi tegas.
Karang tidak menunggu jawaban Cesia. Ia berbalik dan pergi meninggalkan taman, meninggalkan Cesia yang berdiri terpaku dengan wajah penuh emosi.
"Yakkk, Karang! Jangan pergi begitu aja!" teriak Cesia, tapi Karang tidak menggubrisnya.
---
Kelas Cesia
Cesia membanting pintu kelasnya dengan keras. Suara pintu itu membuat seluruh kelas yang tadinya ribut langsung terdiam. Tapi hanya beberapa detik, suasana kelas kembali ramai seperti biasa.
Cesia berjalan cepat menuju mejanya, bergabung dengan dua sahabatnya, Lala dan Nay.
"Guys, bad news... Gw break sama Karang! Arggghh!" serunya dengan ekspresi campuran antara marah dan frustasi.
Lala yang sedang fokus menonton drama Korea sampai langsung mem-pause videonya. "Sumpah, kok bisa?!"
"Iya, kenapa? Apa alesannya?" Nay menimpali dengan nada penasaran.
Cesia melipat tangan di dada, wajahnya merah karena kesal. "He said, 'aku mau mastiin perasaan ini, dan aku masih ada trauma.' Kek, WHAT? Gw tahu dia punya trauma, tapi nggak seenak jidat gitu dong! Minimal teh KOMUNIKASI!"
Lala dan Nay mencoba menenangkan Cesia yang sudah hampir meledak. Namun, tiba-tiba Lala memegang ponselnya dengan kaget.
"Wait, wait! Berita break lo sama Karang udah kecium sampe menfes, Ces! Astaga, ini chaos banget!"
"Hahhh, ouh no... Reputasi gw, Nay! La! Tolong!" rengek Cesia sambil memegang kepala.
Lala memperlihatkan ponselnya ke Cesia. "Liat ini! Menfes isinya pada bilang kalau cowok-cowok SMA kita akhirnya punya harapan! Bahkan ada yang bikin polling 'Cesia next gebetan siapa?'"
Cesia mengerang frustrasi. "ARGHHH! Mereka pikir ini lelucon apa?!"
"Tenang, Ces. Lu harus positif. Siapa tau ini cuma cara Karang buat lu punya waktu sendiri. Jangan kepancing emosi dulu," ucap Lala sambil menepuk pundaknya.
Cesia menghembuskan napas berat, mencoba menenangkan diri. "Oke, gw harus tenang... Gw harus tunjukin kalau tanpa dia, gw juga tetep populer. Huh!"
Lala dan Nay hanya tersenyum kecil melihat Cesia kembali menemukan kepercayaan dirinya.
Kelas Karang
Sementara itu, di kelas Karang, suasana tidak kalah heboh. Sahabat-sahabatnya, Aleon, Aiden, dan Dito, langsung menginterogasi Karang begitu dia duduk.
"Karang, lu serius break sama Cesia, primadonanya SMA Griya Cendana?" tanya Aleon dengan tatapan tidak percaya.
"Iya," jawab Karang singkat, mencoba terlihat santai meskipun jelas ada tekanan dalam nada suaranya.
"Gila, bro. Dalam waktu sejam, cowok-cowok udah pada gerak buat ngegebet dia. Lihat tuh di Menfes, penuh sama nama dia!" ucap Aiden sambil memperlihatkan ponselnya yang penuh notifikasi.
"Pesona cewek centil kek dia emang beda, sih. Dia masih sempet-sempetnya post foto centil di tengah gosip ini. Bener-bener mindblowing," timpal Dito sambil terkekeh kecil.
"Eh, serius, Rang. Kalau gue bukan temen lu, gue juga pasti ikutan ngegebet tuh cewek!" tambah Aleon dengan senyum jail.
Aiden menyenggol bahu Karang sambil cekikikan. "Tapi, ya, Rang, gue penasaran. Sekarang panggilan 'baby boy baby girl' itu udah kadaluarsa belum? Itu kan password andalan si Cesia."
Mendengar itu, Karang otomatis tersenyum kecil meski pura-pura cuek. "Ah, nggak usah bahas itu."
"Jujur deh, bro, tiap dia bilang 'baby boy baby girl di sini,' gw selalu kepikiran, apa rasanya jadi lu," ujar Aleon sambil menahan tawa.
Dito langsung nimbrung. "Lagian dia tuh, tiap bilang 'baby boy baby girl,' lu pasti jawab 'yes, over!' Kek pasangan di drama Korea yang udah fix couple banget. Lu yakin bisa lepas dari itu?"
Karang menggeleng pelan sambil menyembunyikan senyum. "Udah cukup nostalgia-nya, guys. Gw nggak mau bahas itu lagi."
Aiden dan Dito saling pandang, lalu ngakak bareng. "Sipaling nggak peduli, padahal jawab 'yes, over' udah kayak refleks, kan?" goda Aiden sambil menepuk bahu Karang.
Suasana meja mereka makin chaos dengan candaan tentang Cesia, tapi Karang hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, panggilan “baby boy baby girl” itu sebenarnya punya makna dalam buat mereka. Dan mendengar lelucon sahabatnya soal itu, Karang sadar kalau mungkin dia nggak akan bisa benar-benar melupakan momen-momen kecil itu.
☹️
😢
😮
3