Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
Kontrak Rasa 💕 (end 🦋)
February 15, 2025 at 06:52 AM
❤️ — Asing Setelah hari itu, keadaan di sekolah terasa beda. Karang dan Cesia yang biasanya kayak perangko, sekarang lebih mirip dua orang asing yang kebetulan belajar di tempat yang sama. Di kantin, kalau biasanya mereka duduk bareng sambil adu mulut, sekarang meja Cesia diisi Lala dan Naya, sementara Karang sibuk sama gengnya. Sesekali, mereka nggak sengaja bertemu pandang, tapi Karang langsung buang muka, sedangkan Cesia cuma cemberut sambil nyemilin gorengan. "Aelah, Ces, raut wajah lu gak ngenakin banget," celetuk Naya sambil melirik Cesia dengan miris. "Diemm lu, gak tau apa yang gw rasain ya," balas Cesia sambil terus memperhatikan Karang yang tertawa dengan teman-temannya. "Cielah, yang habis after-break mah beda, haha," celetuk Lala, tertawa terbahak. Cesia melotot tajam dan tanpa pikir panjang, melempar tisu bekasnya ke Lala. "Diem lu!" Tapi bukannya kapok, dua sahabatnya malah makin ngakak. Sementara itu, wajah Cesia semakin memrengut nggak suka. Namun, suasana penuh canda itu mendadak hening ketika mereka melihat seorang gadis cantik berjalan ke arah Karang. "Guys, liat," ucap Naya pelan. Cesia langsung memperhatikan dengan seksama. "Eh, itu bukannya ceweknya kak Leon?" tanya Lala, matanya membulat. Naya dan Cesia langsung mengangguk bersamaan. "Wih, kok... eum," Naya menggigit bibirnya, matanya masih tertuju ke arah Karang dan gadis itu. "Sus?" Cesia menimpali, alisnya berkerut curiga. "Tapi tuh cowok masa gitu? Apa gw samperin aja?" lanjutnya dengan nada mulai panas. Lala dan Naya serentak menjawab, "No!" Cesia mengernyit. "Kenapa?" "Gak, mending nanti aja kalau Karang sendirian. Jangan malu-maluin kita ya, Ces," ucap Lala sambil memegang tangan Cesia biar dia nggak nekat. "Benerr tuh. Udah lah, santai aja. Lu kan cakep, centil, gini. Makanya dia cuma mau break, gak break-up, ya kan?" tambah Naya sambil mengedipkan sebelah mata. Cesia akhirnya mendengus, lalu melanjutkan makannya. Lala dan Naya pun menghela napas lega. --- Di sisi lain, Karang malah mencuri pandang ke arah Cesia di kejauhan. Sementara di depannya, Tiara—gadis yang sempat jadi bahan pembicaraan ‘slay queen’—sedang menangis sesenggukan. "Rang, gw gak nyangka cowo gw segak peka itu," ucap Tiara di sela tangisannya. Karang diam. Sementara itu, Dio dan Dito yang duduk di sebelahnya saling pandang sebelum akhirnya bersuara. "Yaudah lah, Ra. Kalau emang udah muak, coba nanti pacaran sama Karang," celetuk Dio, menahan tawa. "Iya, lu kan akhir-akhir ini sering banget sama Karang," timpal Dito sambil mengupas kacang. Karang langsung melotot ke mereka berdua. "Bacot lu berdua." Tiara masih sesenggukan, sementara yang lain menahan tawa. Karang akhirnya menghela napas panjang dan bangkit berdiri. "Eh, mau ke mana lu?" tanya Dio. Karang gak menjawab, cuma memasukkan tangan ke saku celana dan melangkah keluar kantin. "Sabar," celetuk Aiden, menyerahkan roti ke Tiara. "Makasih," ucap Tiara, menerima roti tersebut. --- Cesia yang sejak tadi memperhatikan Karang langsung bereaksi saat melihat cowok itu pergi sendirian. Tanpa pikir panjang, dia langsung berdiri. "Lagi ngapain tuh orang?" gumamnya pelan sebelum akhirnya mengikuti Karang diam-diam. Langkahnya membawa dia ke taman sekolah. Saat melihat Karang berdiri diam di samping pohon, Cesia menarik napas dalam-dalam. "Karang Samudra Tunggal!" serunya dengan emosi, langkah kakinya semakin cepat mendekat. Karang menoleh, ekspresinya sedikit terkejut. "Cesia?" "Iya, ini aku!" ujar Cesia, matanya menatap Karang tajam. "Aku mau ngomong sama kamu." Karang balas menatapnya, kali ini dengan ekspresi datar. "Mau ngomong apa?" "Kita belum putus, Karang. Jadi, siapa gadis tadi?" tanya Cesia, matanya berbinar marah. "Aku gak mau kita kayak gini!" Karang terdiam beberapa detik sebelum menjawab, "Cuma teman." Jawaban itu nggak bikin Cesia tenang, malah bikin emosinya makin naik. "Gak mungkin teman. Masa aku dua hari lalu liat lu jalan sama dia? Sebenarnya kamu kenapa?!" Karang masih diam. Tangannya mengepal, tapi wajahnya tetap dingin. "Dia cuma teman aku, Ces. Aku cuma mau kita break." Cesia menghela napas keras, matanya masih tajam menusuk Karang. "Aku gak mau." Karang mengangkat wajahnya, menatap balik Cesia dengan ekspresi serius. "Kenapa kamu maksa? Udah, aku capek." Cesia terdiam sesaat, rahangnya mengatup. "Capek?" ulangnya pelan, seolah nggak percaya dengan yang baru dia dengar. Karang menarik napas dalam, lalu melangkah pergi. "Karang, ini belum selesai!" teriak Cesia, tapi cowok itu tetap berjalan, nggak menoleh sama sekali. Cesia cuma bisa berdiri di tempatnya, dadanya naik-turun karena menahan emosi. Dia pikir Karang bakal berhenti. Bakal berbalik dan ngajak dia debat seperti biasanya. Tapi enggak. Kali ini, Karang beneran pergi

Comments