
Haidar Alwi Care - Haidar Alwi Institute
February 25, 2025 at 11:06 AM
*Haidar Alwi Apresiasi Sikap Kapolri Terhadap Band Sukatani, Masyarakat Harus Bijak dalam Berpendapat.*
Pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, Ir. R. Haidar Alwi, Mt, mengungkapkan apresiasinya terhadap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam menghadapi kritik dari lagu "Bayar Bayar Bayar" yang dipopulerkan oleh band Sukatani. *Haidar Alwi menilai bahwa cara Kapolri merespons kritik dengan kepala dingin dan penuh kebijaksanaan mencerminkan bagaimana Polri terus berkembang menjadi institusi yang modern dan terbuka terhadap masukan dari masyarakat.*
*"Saya sangat mengapresiasi sikap Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang menunjukkan kedewasaan dalam merespons kritik. Beliau memahami bahwa kritik adalah bagian dari proses demokrasi dan memanfaatkannya sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki Polri ke arah yang lebih baik. Sikap ini seharusnya menjadi panutan bagi seluruh jajaran kepolisian," ungkap Haidar Alwi.*
Meski demikian, *Haidar Alwi menekankan bahwa masyarakat harus memahami perbedaan mendasar antara kritik dan olok olok. Kritik bertujuan untuk memperbaiki, sedangkan olok olok hanya berupaya menjatuhkan atau mempermalukan.*
"Kritik harus membangun, bukan sekadar olok-olok yang bernuansa merendahkan. Jika olok olok dan hinaan dibiarkan berkembang dengan dalih kebebasan berpendapat, maka ke depan, tindakan seperti ini akan dianggap wajar dan bisa merusak nilai-nilai sosial dalam masyarakat," jelas Haidar Alwi. (25/2/2025)
Menurutnya, seni harus tetap mengedepankan nilai keindahan, tidak hanya dalam aspek musikalitas, tetapi juga dalam pesan yang disampaikan. *Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memanfaatkan seni sebagai alat untuk menyampaikan kritik agar tidak berubah menjadi sekadar hinaan.*
*"Kebebasan berpendapat tidak berarti bebas mencela atau mempermalukan. Jika masyarakat terus menoleransi ejekan dengan dalih kritik, maka lambat laun, tindakan merendahkan orang lain atau institusi negara akan menjadi hal yang biasa. Ini bukan budaya yang sehat bagi kehidupan berbangsa," tegas Haidar Alwi.*
Selain itu, Haidar Alwi juga menyoroti banyaknya konten di media sosial yang menyudutkan Polri dengan cara yang tidak etis. Ia menegaskan bahwa kritik yang benar harus bersifat solutif, bukan sekadar membentuk opini negatif tentang sebuah institusi.
*"Sudah mulai terlihat dampak dari fenomena ini. Banyak video di media sosial yang isinya bukan kritik yang konstruktif, melainkan sekadar ejekan yang bertujuan mempermalukan Polri. Ini hanya sensasi belaka. Masyarakat harus lebih selektif dan cerdas dalam menyampaikan pendapatnya agar tidak terjebak dalam kebiasaan yang salah," ujar Haidar Alwi.*
Sebagai tokoh nasional yang aktif dalam kegiatan sosial melalui Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, Haidar Alwi menegaskan bahwa kepemimpinan Kapolri yang terbuka terhadap kritik harus dijadikan standar dalam seluruh struktur Polri. Menurutnya, institusi kepolisian yang terus berkembang dan beradaptasi akan semakin mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
*"Polri harus terus bergerak menuju institusi yang semakin dekat dengan rakyat. Dengan kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang visioner dan terbuka, saya yakin Polri dapat menjadi lembaga yang lebih profesional dan dicintai oleh masyarakat. Namun, di sisi lain, masyarakat juga harus memiliki tanggung jawab moral dalam menyampaikan pendapatnya. Kebebasan berekspresi tetap harus diiringi dengan etika dan kesadaran sosial," pungkas Haidar Alwi.*
👍
1