fiction stories & novels [CFN]
fiction stories & novels [CFN]
February 28, 2025 at 04:27 PM
"Kulkas rahasia"! 20._raka?_ Saat mereka menunggu, suara langkah kaki semakin dekat. Amara dan Nara saling menatap, siap untuk menghadapi orang lain yang sedang mendekati. Tiba-tiba, seorang pria muncul di depan mereka. Dia terlihat seperti seorang polisi, dengan seragam polisi dan senjata di tangannya. "Amara, kamu ditangkap!" kata pria itu dengan serius. Amara terkejut. "Apa yang terjadi?" tanyanya. Pria itu menunjukkan sebuah surat. "Kamu dituduh melakukan kejahatan," katanya. "Kamu harus datang dengan saya." Amara tidak percaya. Dia tahu bahwa dia tidak melakukan kejahatan apa pun. Dia hanya ingin menghentikan Datuk dan membawa keadilan. "Aku tidak akan pergi dengan kamu!" kata Amara dengan teguh. Pria itu tersenyum. "Kamu tidak punya pilihan," katanya. "Kamu harus datang dengan saya." Amara dan Nara saling menatap. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka pergi dengan pria itu. Tapi, tiba-tiba, Nara berbicara. "Tunggu," katanya. "Aku memiliki sesuatu yang dapat membantu kita." Nara mengeluarkan sebuah perangkat kecil dari sakunya. Dia menekan beberapa tombol, dan tiba-tiba, ruangan tersebut dipenuhi dengan asap. "Apa yang terjadi?" tanya pria itu dengan terkejut. Nara tersenyum. "Kita harus pergi dari sini," katanya. "Sekarang!" Amara dan Nara berlari keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan pria itu dan asap yang tebal. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi mereka tahu bahwa mereka harus terus berjuang untuk membawa keadilan."Kulkas rahasia"! 20._polisi?_ Saat mereka menunggu, suara langkah kaki semakin dekat. Amara dan Nara saling menatap, siap untuk menghadapi orang lain yang sedang mendekati. Tiba-tiba, seorang pria muncul di depan mereka. Dia terlihat seperti seorang polisi, dengan seragam polisi dan senjata di tangannya. "Amara, kamu ditangkap!" kata pria itu dengan serius. Amara terkejut. "Apa yang terjadi?" tanyanya. Pria itu menunjukkan sebuah surat. "Kamu dituduh melakukan kejahatan," katanya. "Kamu harus datang dengan saya." Amara tidak percaya. Dia tahu bahwa dia tidak melakukan kejahatan apa pun. Dia hanya ingin menghentikan Datuk dan membawa keadilan. "Aku tidak akan pergi dengan kamu!" kata Amara dengan teguh. Pria itu tersenyum. "Kamu tidak punya pilihan," katanya. "Kamu harus datang dengan saya." Amara dan Nara saling menatap. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka pergi dengan pria itu. Tapi, tiba-tiba, Nara berbicara. "Tunggu," katanya. "Aku memiliki sesuatu yang dapat membantu kita." Nara mengeluarkan sebuah perangkat kecil dari sakunya. Dia menekan beberapa tombol, dan tiba-tiba, ruangan tersebut dipenuhi dengan asap. "Apa yang terjadi?" tanya pria itu dengan terkejut. Nara tersenyum. "Kita harus pergi dari sini," katanya. "Sekarang!" Amara dan Nara berlari keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan pria itu dan asap yang tebal. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi mereka tahu bahwa mereka harus terus berjuang untuk membawa keadilan. Mereka berlari secepat mungkin, mencoba untuk menghilangkan diri dari kejaran pria itu. Asap yang tebal membantu mereka untuk menghindari pandangan pria itu, tapi mereka tahu bahwa mereka tidak bisa terus berlari selamanya. Tiba-tiba, Nara berhenti dan menarik Amara ke sebuah gang kecil. "Kita harus bersembunyi di sini," katanya. "Pria itu tidak akan bisa menemukan kita di sini." Amara mengangguk dan mereka berdua bersembunyi di dalam gang kecil tersebut. Mereka mendengarkan suara langkah kaki pria itu, tapi suara tersebut semakin jauh. "Aku rasa kita sudah aman," kata Nara. "Pria itu tidak akan bisa menemukan kita di sini." Amara mengangguk. "Tapi kita tidak bisa terus bersembunyi," katanya. "Kita harus mencari cara untuk membawa keadilan." Nara tersenyum. "Aku memiliki rencana," katanya. "Kita bisa menggunakan perangkat yang aku gunakan tadi untuk mengumpulkan bukti-bukti yang kita butuhkan." Amara mengangguk. "Itu ide yang bagus," katanya. "Mari kita lakukan." Mereka berdua keluar dari gang kecil tersebut dan mulai mencari cara untuk mengumpulkan bukti-bukti yang mereka butuhkan. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. Tapi, tiba-tiba, Amara mendengar suara yang familiar. "Amara, aku tahu kamu di sana," kata suara tersebut. Amara menoleh ke arah suara tersebut dan melihat seorang pria yang tidak terduga. "Riko, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Amara dengan terkejut. Riko tersenyum. "Aku datang untuk membantu kamu," katanya. "Aku tahu bahwa kamu sedang dalam bahaya." Amara mengangguk. "Aku senang kamu datang," katanya. "Tapi kita harus berhati-hati. Pria itu masih ada di luar sana." Riko mengangguk. "Aku tahu," katanya. "Tapi kita tidak bisa terus bersembunyi. Kita harus mencari cara untuk membawa keadilan." Amara tersenyum. "Aku setuju," katanya. "Mari kita lakukan." Mereka bertiga keluar dari gang kecil tersebut dan mulai mencari cara untuk membawa keadilan. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. Mereka bertiga berjalan dengan hati-hati, mencoba untuk menghindari pria itu dan polisi lainnya yang mungkin sedang mencari mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dan tidak bisa membuat kesalahan apa pun. Saat mereka berjalan, Riko tiba-tiba berhenti dan menatap Amara dengan serius. "Amara, aku memiliki sesuatu yang harus aku katakan kepadamu," katanya. Amara menatap Riko dengan penasaran. "Apa itu?" tanyanya. Riko mengambil napas dalam-dalam. "Aku tahu siapa pria itu yang mencoba menangkap kamu," katanya. "Dia adalah seorang polisi korup yang bekerja untuk Datuk." Amara terkejut. "Apa?" katanya. "Mengapa kamu tidak memberitahu aku sebelumnya?" Riko mengangguk. "Aku tidak ingin kamu khawatir," katanya. "Tapi sekarang aku tahu bahwa aku harus memberitahu kamu kebenaran." Amara mengangguk. "Terima kasih, Riko," katanya. "Aku percaya padamu." Mereka bertiga berjalan terus, mencoba untuk mencari cara untuk membawa keadilan. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. Tiba-tiba, Nara berhenti dan menatap Amara dengan serius. "Amara, aku memiliki ide," katanya. "Kita bisa menggunakan perangkat yang aku gunakan sebelumnya untuk merekam bukti-bukti yang kita butuhkan." Amara menatap Nara dengan penasaran. "Apa ide kamu?" tanyanya. Nara tersenyum. "Kita bisa merekam percakapan antara pria itu dan Datuk," katanya. "Dengan demikian, kita bisa memiliki bukti yang kuat untuk membawa keadilan." Amara mengangguk. "Itu ide yang bagus," katanya. "Mari kita lakukan." Mereka bertiga berjalan terus, mencoba untuk mencari cara untuk merekam percakapan antara pria itu dan Datuk. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. "Sebentar....kok riko kau bisa kembali?" ucap amara "Betul bukan nya kau sudah di tembak nona amara?" sambung Nara "Aku adalah raka kembaran riko" ucap raka Amara dan Nara terkejut mendengar pengakuan Raka. "Apa? Kamu adalah kembaran Riko?" tanya Amara dengan tidak percaya. Raka mengangguk. "Ya, aku adalah kembaran Riko. Kami berdua memiliki penampilan yang sangat mirip, tapi kami memiliki kepribadian yang berbeda." Nara menatap Raka dengan curiga. "Mengapa kamu tidak memberitahu kami sebelumnya?" tanyanya. Raka tersenyum. "Aku ingin melindungi Riko. Aku tahu bahwa Riko sedang dalam bahaya, jadi aku memutuskan untuk menggantikannya dan membantu kamu berdua." Amara mengangguk. "Terima kasih, Raka. Kami berdua sangat berterima kasih atas bantuanmu." Raka tersenyum. "Sama-sama. Aku ingin membantu kamu berdua membawa keadilan." Mereka bertiga berjalan terus, mencoba untuk mencari cara untuk membawa keadilan. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. Tiba-tiba, Raka berhenti dan menatap Amara dan Nara dengan serius. "Kita harus berhati-hati," katanya. "Pria itu masih ada di luar sana, dan kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya." Amara dan Nara mengangguk. Mereka tahu bahwa mereka harus berhati-hati dan tidak bisa membuat kesalahan apa pun. "Apa kau tidak takut dengan ku, akulah yang membunuh kembaran mu riko" ucap amara Raka menatap Amara dengan ekspresi yang kompleks. "Aku tidak bisa menyalahkan kamu, Amara," katanya. "Aku tahu bahwa kamu tidak sengaja membunuh Riko. Aku juga tahu bahwa kamu sedang dalam bahaya dan mencoba untuk melindungi diri sendiri." Amara terkejut mendengar kata-kata Raka. "Bagaimana kamu bisa memahami aku seperti itu?" tanyanya. Raka tersenyum. "Aku adalah kembaran Riko, dan aku tahu bahwa Riko juga memiliki perasaan yang sama seperti aku. Kami berdua memiliki ikatan yang kuat, dan aku tahu bahwa Riko tidak akan menyalahkan kamu atas kejadian itu." Nara menatap Raka dengan rasa hormat. "Kamu memiliki hati yang besar, Raka," katanya. "Aku salut dengan keputusanmu untuk membantu kami." Raka mengangguk. "Aku hanya ingin membantu kamu berdua membawa keadilan. Aku tahu bahwa kami memiliki pekerjaan yang sulit, tapi aku percaya bahwa kami bisa melakukannya jika kami bekerja sama." Mereka bertiga berjalan terus, mencoba untuk mencari cara untuk membawa keadilan. Mereka tahu bahwa mereka memiliki pekerjaan yang sulit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk menghadapi tantangan tersebut. "Sebaiknya raka kau pergi dari sini! Aku ingin menyelesaikan tugas ini dengan nara saja" ucap amara Raka menatap Amara dengan ekspresi yang sedih. "Aku tidak ingin meninggalkan kamu, Amara," katanya. "Aku ingin membantu kamu membawa keadilan." Amara menggelengkan kepala. "Aku tidak ingin kamu terlibat dalam bahaya ini, Raka," katanya. "Aku ingin melindungi kamu." Raka tersenyum. "Aku tidak perlu dilindungi, Amara," katanya. "Aku bisa melindungi diri sendiri. Dan aku ingin membantu kamu membawa keadilan." Nara menatap Amara dan Raka dengan ekspresi yang khawatir. "Kita tidak bisa membuang waktu lagi," katanya. "Pria itu masih ada di luar sana, dan kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya." Amara mengangguk. "Kamu benar, Nara," katanya. "Kita harus terus bergerak. Tapi aku tidak ingin Raka terlibat dalam bahaya ini." Raka mengambil napas dalam-dalam. "Aku sudah memutuskan untuk membantu kamu, Amara," katanya. "Aku tidak akan meninggalkan kamu sekarang." Amara menatap Raka dengan ekspresi yang sedih. "Baiklah," katanya. "Tapi kamu harus berjanji untuk berhati-hati." Raka mengangguk. "Aku berjanji," katanya. "Kita akan membawa keadilan bersama-sama." "Mengapa kau ingin membantu ku raka, kita baru saja kenal, aku tak ingin kau terlibat" ucap amara Raka menatap Amara dengan ekspresi yang serius. "Aku ingin membantu kamu, Amara, karena aku tahu bahwa kamu sedang dalam bahaya," katanya. "Aku juga tahu bahwa kamu ingin membawa keadilan, dan aku ingin membantu kamu mencapai tujuan itu." Amara menatap Raka dengan penasaran. "Mengapa kamu peduli dengan aku?" tanyanya. Raka tersenyum. "Aku peduli dengan kamu karena aku tahu bahwa kamu adalah orang yang baik," katanya. "Aku juga tahu bahwa kamu sedang dalam bahaya, dan aku ingin membantu kamu untuk melindungi diri sendiri." Amara mengangguk. "Terima kasih, Raka," katanya. "Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu." Raka mengangguk. "Sama-sama, Amara," katanya. "Kita akan membawa keadilan bersama-sama." "Lagi pula kau adalah vani orang yang aku suka" ucap raka "Bagaimana kau tau nama itu?" tanya amara "Kau tidak perlu tau tentang itu, yang terpenting aku hanya ingin melindungi mu saja" ucap raka Amara terkejut mendengar kata-kata Raka. "Mengapa kamu ingin melindungi aku?" tanyanya dengan penasaran. Raka tersenyum. "Aku ingin melindungi kamu karena aku peduli dengan kamu, Amara," katanya. "Aku ingin membantu kamu membawa keadilan dan melindungi kamu dari bahaya." Amara menatap Raka dengan ekspresi yang bercampur antara terkejut dan bahagia. "Terima kasih, Raka," katanya. "Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu." Raka mengangguk. "Sama-sama, Amara," katanya. "Kita akan membawa keadilan bersama-sama." Nara menatap Amara dan Raka dengan ekspresi yang khawatir. "Kita tidak bisa membuang waktu lagi," katanya. "Pria itu masih ada di luar sana, dan kita tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya." Amara mengangguk. "Kamu benar, Nara," katanya. "Kita harus terus bergerak. Mari kita cari cara untuk membawa keadilan." Raka mengangguk. "Aku setuju," katanya. "Kita harus bekerja sama untuk membawa keadilan." "Heyy amara dia itu suka sama kamu, jelas jelas dia ngomong itu di depan mu" ucap nara Amara terkejut mendengar kata-kata Nara. Dia menatap Raka dengan ekspresi yang bingung. "Benarkah?" tanyanya. Raka tersenyum dan mengangguk. "Ya, aku suka sama kamu, Amara," katanya dengan jujur. Amara merasa wajahnya memanas dan dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Dia hanya bisa menatap Raka dengan ekspresi yang bingung. Nara tersenyum dan menepuk bahu Amara. "Jangan khawatir, Amara," katanya. "Raka adalah orang yang baik. Dia hanya ingin melindungi kamu." Amara mengangguk dan mencoba untuk mengumpulkan pikirannya. Dia tahu bahwa dia harus fokus pada misi mereka untuk membawa keadilan, tapi dia tidak bisa menghindari perasaan yang tumbuh di dalam hatinya terhadap Raka. "Baiklah, mari kita fokus pada misi kita," kata Amara dengan mencoba untuk mengembalikan fokusnya. Raka dan Nara mengangguk dan mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka untuk membawa keadilan. Amara menatap Raka dengan ekspresi yang bingung, tapi sebenarnya dia sudah tahu bahwa Raka adalah cinta pertamanya dulu. Dia juga tahu bahwa Raka dan Riko adalah kembaran, tapi dia memutuskan untuk pura-pura tidak tahu tentang itu. "Baiklah, mari kita fokus pada misi kita," kata Amara dengan mencoba untuk mengembalikan fokusnya. Raka dan Nara mengangguk dan mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka untuk membawa keadilan. Amara mencoba untuk menghindari perasaan yang tumbuh di dalam hatinya terhadap Raka, tapi dia tidak bisa menghindari kenangan-kenangan lama yang muncul kembali. Saat mereka berjalan, Amara tidak bisa tidak memandang Raka dengan rasa nostalgia. Dia ingat kembali saat-saat mereka bersama dulu, saat-saat mereka berbagi cerita dan tawa. Amara merasa hatinya bergetar kembali, tapi dia mencoba untuk mengontrol perasaannya. "Amara, apa yang terjadi?" tanya Nara dengan khawatir. "Kamu terlihat sedikit tidak enak." Amara menggelengkan kepala. "Aku baik-baik saja, Nara," katanya. "Aku hanya sedikit lelah." Nara mengangguk dan mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka. Amara mencoba untuk menghindari perasaan yang tumbuh di dalam hatinya terhadap Raka, tapi dia tidak bisa menghindari kenangan-kenangan lama yang muncul kembali. _bersambung_ *Author : Kirana*
👍 ❤️ 3

Comments