
SEMAKIN SERUPA KRISTUS
May 28, 2025 at 10:17 AM
*Kejadian 22–24*
_Ketika hidup terasa tidak masuk akal, kita tidak kehilangan pengharapan ataupun pertolongan karena kita adalah anak-anak Allah._
Aku sedang menghadapi operasi keenam dalam dua tahun terakhir. Bagiku, ini adalah momen yang terasa tidak masuk akal. Hidup tidak lagi masuk akal. Operasi ini akan jauh lebih berat dan menyakitkan daripada yang sebelumnya, dan masa pemulihannya pun akan jauh lebih lama. Jika setiap empat bulan kamu menjalani operasi, tubuhmu tidak memiliki waktu yang cukup untuk pulih sebelum operasi berikutnya. Tubuhku sudah lemah dan sangat kelelahan. Aku sulit tidur dan tidak memiliki banyak energi untuk menjalani hari. Padahal, aku sedang berada dalam kesempatan pelayanan terbaik yang pernah kumiliki. Pengaruh Injil yang kumiliki lebih besar dari yang pernah kubayangkan. Aku melihat banyak tempat yang membutuhkan penjelasan dan penerapan Injil. Tapi aku tidak punya kekuatan. Rasanya tidak masuk akal aku berada dalam masa pengaruh pelayanan terbesar, namun secara fisik tidak mampu melakukan apa yang telah kupanggil dan kukaruniai untuk dilakukan. Di mana Allah? Apa yang sedang Ia lakukan? Apa yang telah Ia berikan padaku untuk momen ini?
Demikian juga kehidupan Abraham. Anak mukjizat, Ishak, telah lahir. Allah setia pada janji-Nya. Tetapi sekarang, dalam alur cerita yang mengejutkan, Allah meminta Abraham untuk mempersembahkan anak yang dijanjikan itu sebagai korban (Kej. 22). Ini tampak seperti tipuan yang paling kejam: membangun harapan lalu menghancurkannya seketika. Inilah momen di mana hidup benar-benar terasa tidak masuk akal. Dalam menceritakan kembali kisah ini, kitab Ibrani menjelaskan bahwa Allah sedang menguji Abraham (Ibr. 11:17–19). Ini bukan ujian yang menentukan lulus atau gagal. Ini seperti proses pengerasan logam—dipanaskan pada suhu tinggi untuk membuatnya lebih kuat. Ketika Allah meminta Abraham mempersembahkan Ishak, Dia tidak sedang melakukan sesuatu terhadapnya, tetapi melakukan sesuatu yang indah untuknya. Allah sedang membangun iman Abraham dengan membuktikan kesediaannya untuk taat kepada Allah apapun yang terjadi, dan memberi kesempatan kepada Abraham untuk mengalami kesetiaan Allah dalam menyediakan, di tengah kebutuhan yang genting.
Lihatlah, dari perspektif Tuhan yang mengikat dan memegang perjanjian dengan Abraham, momen yang tampak tak masuk akal ini justru adalah bagian yang sangat masuk akal dari rencana-Nya bagi Abraham dan semua orang yang akan diberkati melalui dia. Dan perlu dicatat bahwa dalam masa sulit ini, Abraham tidak sendirian tanpa pengharapan atau pertolongan. Karena ia adalah anak perjanjian, Abraham memiliki harta yang kuat dan mengubah hidup. Apa yang ia miliki? Ia memiliki perintah Allah yang jelas, janji Allah yang pasti, penyertaan Allah yang memberkati, dan ia menjadi sasaran dari kuasa Allah yang tak terbatas. Abraham tidak tanpa pertolongan atau harapan karena ia tidak sendiri.
Kisah tentang hampir dikorbankannya Ishak mengarahkan kita pada pengorbanan Anak yang dijanjikan lainnya, yaitu Yesus. Anak ini mati supaya kita pun diberkati di saat-saat sulit dengan kehadiran Allah, kuasa-Nya, perintah-perintah-Nya, dan janji-janji-Nya—selalu memiliki pertolongan dan harapan yang kita butuhkan, bahkan ketika hidup tampak tidak masuk akal.
Diterjemahkan dari:
*EVERYDAY GOSPEL*
_A Daily Devotional Connecting Scripture to All_
of Life Paul David Tripp