
ILMUI
May 26, 2025 at 11:47 AM
📌 *Hukum berkurban atas nama kedua orang tua/kerabat yang sudah meninggal*
📙 Soal dari Indri Riau di group wa nashihatulinnisa.
السلام عليكم ورحمت الله وبركاته
Umm, bolehkah anak membayar qurban yg diatas namakan utk org tuanya? (yg ana tanyakan disini ttg qurban atas nama seseorang yg dibayarkan oleh org lain)
💐💐💐💐💐💐💐💐
قال الشيخ محمد ابن عثيمين رحمه الله :
" الأصل في الأضحية أنها مشروعة في حق الأحياء كما كان رسول الله صلى الله عليه وسلّم وأصحابه يضحون عن أنفسهم وأهليهم ، وأما ما يظنه بعض العامة من اختصاص الأضحية بالأموات فلا أصل له .
والأضحية عن الأموات ثلاثة أقسام :
الأول : أن يضحي عنهم تبعاً للأحياء مثل أن يضحي الرجل عنه وعن أهل بيته وينوي بهم الأحياء والأموات ، ( وهذا جائز) وأصل هذا تضحية النبي صلى الله عليه وسلّم عنه وعن أهل بيته وفيهم من قد مات من قبل .
الثاني : أن يضحي عن الأموات بمقتضى وصاياهم تنفيذاً لها ( وهذا واجب إلا إن عجز عن ذلك ) وأصل هذا قوله تعالى : ( فَمَن بَدَّلَهُ بَعْدَ مَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَآ إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ) .
الثالث: أن يضحي عن الأموات تبرعاً مستقلين عن الأحياء ( بأن يذبح لأبيه أضحية مستقلة أو لأمه أضحية مستقلة ) فهذه جائزة ، وقد نص فقهاء الحنابلة على أن ثوابها يصل إلى الميت وينتفع به قياساً على الصدقة عنه .
ولكن لا نرى أن تخصيص الميت بالأضحية من السنة ؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلّم لم يضح عن أحد من أمواته بخصوصه ، فلم يضح عن عمه حمزة وهو من أعز أقاربه عنده ، ولا عن أولاده الذين ماتوا في حياته ، وهم ثلاث بنات متزوجات ، وثلاثة أبناء صغار ، ولا عن زوجته خديجة وهي من أحب نسائه إليه ، ولم يرد عن أصحابه في عهده أن أحداً منهم ضحى عن أحد من أمواته .
ونرى أيضاً من الخطأ ما يفعله بعض من الناس يضحون عن الميت أول سنة يموت أضحية يسمونها (أضحية الحفرة) ويعتقدون أنه لا يجوز أن يشرك معه في ثوابها أحد ، أو يضحون عن أمواتهم تبرعاً ، أو بمقتضى وصاياهم ولا يضحون عن أنفسهم وأهليهم ، ولو علموا أن الرجل إذا ضحى من ماله عن نفسه وأهله شمل أهله الأحياء والأموات لما عدلوا عنه إلى عملهم ذلك ."
☄ *Syaikh Muhammad bin Shalih 'Utsaimin _rahimahullaahu ta'ala_ berkata,*
*“Hukum asal berkurban adalah disyari’atkan untuk orang yang masih hidup, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau berkurban atas diri mereka dan keluarga mereka, adapun apa yang menjadi sangkaan orang-orang awam dari kurban khusus bagi orang yang sudah meninggal dunia, maka tidak ada asalnya (dalam syariat)*
*Berkurban untuk mereka yang sudah meninggal ada tiga pembagian,*
1⃣ *Pertama,*
*Disembelihkan untuk mereka yang sudah meninggal dunia; sekedar mengikuti mereka yang masih hidup, seperti; seseorang berkurban atas nama dirinya dan keluarganya dengan berniat untuk mereka yang masih hidup dan yang sudah meninggal dunia (dengan sembelihan tersebut). Ini boleh dilakukan. Dasar pendapat ini adalah kurban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diri beliau dan keluarganya, dan di antara mereka (keluarga Nabi) ada yang sudah meninggal dunia.*
2⃣ *Kedua,*
*Berkurban untuk mereka yang sudah meninggal, karena keharusan untuk menjalankan wasiat orang yang sudah meninggal dunia. Maka Hal ini wajib dilakukan, kecuali tidak mampu untuk menunaikannya. Dasar hukumnya adalah firman Allah Ta’ala,*
( فَمَن بَدَّلَهُ بَعْدَ مَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَآ إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (
*“Maka barangsiapa yang merubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.*
3⃣ *Ketiga,*
*Berkurban sebagai bentuk pemberian untuk mereka yang sudah meninggal dunia secara terpisah dengan yang masih hidup, misalnya; seseorang berkurban atas nama bapaknya saja atau ibunya saja yang mana mereka sudah meninggal , maka hal ini boleh dilakukan. Para ulama fikih Hanabilah berpendapat bahwa pahalanya akan sampai kepada mereka, dan mendapatkan manfaatnya, ini dikiyaskan dengan sedekah atas nama orang yang sudah meninggal*
👉🏻 *Akan tetapi kami tidak berpendapat bahwa berkurban yang dikhususkan atas nama mayit saja termasuk dari sunnah; karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melakukan kurban salah satu dari mereka yang sudah meninggal secara khusus. Beliau juga tidak berkurban atas nama pamannya Hamzah padahal ia termasuk keluarga yang paling dekat dengan Rasulullah, juga tidak di lakukan kurban atas nama anak-anak beliau yang sudah meninggal semasa nabi masih hidup , yang mana mereka tiga anak perempuan yang sudah menikah, dan tiga anak laki-laki meninggal pada usia kecil. Beliau juga tidak melakukan kurban atas nama Khodijah saja padahal beliau adalah istri yang paling beliau cintai. Juga tidak datang dari para sahabat pada masa nabi ,mereka berkurban atas nama kerabat mereka yang sudah meninggal.*
*Kami juga berpendapat dari kesalahan apa yang dilakukan oleh sebagian orang yang berkurban atas nama mayit pada tahun pertama meninggalnya, dan dinamakan dengan*
🔹 *Udhhiyatul Hufrah*
*Kurban khusus penguburan, dan mereka meyakini bahwa tidak ada yang boleh ikut berserikat bersamanya untuk mendapatkan pahalanya, atau mereka berkurban atas nama orang-orang yang sudah meninggal sebagai sedekah, atau mereka memenuhi wasiat mereka, dan yang masih hidup tidak berkurban atas diri mereka sendiri dan keluarga mereka.*
*Kalau seandainya mereka mengetahui bahwa takkalah seseorang berkurban dari hartanya untuk dirinya sendiri dan keluarganya, maka ini sudah mencakup semua keluarganya , yang masih hidup maupun yang sudah meninggal , maka tentunya mereka tidak akan meninggalkan kurban untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka,dengan melakukan kurban khusus untuk yang sudah meninggal.*
📚 *Risalah Ahkam Udhiah dan Adz Dzakah*
✍🏻 Diterjemahkan Abu Hanan As-Suhaily
16 dzul qa'dah 1440_19 juli 2019
Ikuti NashihatuLinnisa' di TELEGRAM
https://t.me/Nashihatulinnisa