ILMUI
ILMUI
June 12, 2025 at 12:12 AM
🪦 HUKUM SHOLAT DI MASJID YANG ADA KUBURANNYA 🪦 Syaikh Ibnu Baz rohimahulloh (w: 1420) ditanya: س: يوجد عندنا مسجد بجانبه قبران خارج المسجد، أحدهما يوجد داخل حجرة مبنية له، بحجة أنه ولي صالح، ويوجد بداخل الحجرة صندوق مخصص للتبرعات، يضع فيه الزوار النقود وتنفق هذه النقود فيما ينقص المسجد، السؤال ما الحكم في إنفاق هذه النقود، وما الحكم بالنسبة للصلاة فيه، وبماذا تنصحوننا أفتونا أثابكم الله؟ ج: إذا كان القبر خارج المسجد، فلا حرج من الصلاة في المسجد، لأنه مستقل حينئذ والرسول - صلى الله عليه وسلم - نهى عن اتخاذ المساجد على القبور، قال: «لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد». فإذا كان القبر خارج ذلك المسجد، في حجرة خارج المسجد فلا حرج، لكن هذا القبر يجب أن يبعد إلى مقابر المسلمين، حتى لا يغلى فيه وحتى لا يعبد من دون الله، وهذا الصندوق يجب أن يزال، لأن الجهلة يسلمون الأموال تقربا إلى صاحب القبر، لأنه بزعمهم ولي، فكونهم يتقربون إليه بالنذور والصدقات، هذا شرك أكبر لا يجوز، فالواجب على المسؤولين في البلد أن يتصلوا بالعلماء، وأن يزيلوا هذا القبر، ويزيلوا رفاته إلى مقابر المسلمين، مع المقابر وتزال هذه الحجرة التي قد يفتن بها الناس، ويزال الصندوق وهذه الأموال التي في الصندوق تصرف في مصالح المسلمين، في مصالح المسجد أو مصالح المدارس، أو يعطاها الفقراء ونحو ذلك، لأنها أموال ضائعة ليس لها مالك في الحقيقة، فتصرف في المصالح العامة، ويزال هذا الصندوق ويخبر الناس بأنه لا يجوز التقرب لأهل القبور، لا بالذبائح ولا بالنذور، ولا يصلى عند القبور ولا يصلى لهم، ولا يدعون من دون الله، ولا يستغاث بهم، ولا ينذر لهم، لأن هذا لا يجوز، النذر لهم شرك بالله، ودعاؤهم من دون الله، كأن يقول يا سيدي أنا بجوارك، يا سيدي المدد المدد هذا شرك أكبر من جنس عمل المشركين في عهد النبي - صلى الله عليه وسلم - من أهل مكة وغيرهم، الميت يدعى له ويستغفر له، ويترحم عليه، ولا يدعى من دون الله، ولا يستغاث به، ولا ينذر له ولا يذبح له، فمن فعل هذا مع الأموات فقد أشرك، قال الله عز وجل: {قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} {لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}، وقال سبحانه: {إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ} {فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ}، وقال عليه الصلاة والسلام في الحديث الصحيح، عن علي رضي الله عنه - أمير المؤمنين - أنه قال: «لعن الله من ذبح لغير الله، لعن الله من لعن والديه، لعن الله من آوى محدثا - يعني مبتدعا أو غيره ممن يحدثون حدثا في الدين، وينصرون ويجارون - لعن الله من غير منار الأرض». يعني مراسيمها وحدودها. والشاهد قوله: «لعن الله من ذبح لغير الله». فالذبح لغير الله تقرب لغير الله، كالصلاة لغير الله، فلا يجوز أن يذبح لفلان أو فلان، تقربا إلى الميت الفلاني، والنبي الفلاني أو للجن أو للملائكة، يتقربون إليهم أو للأنبياء يعبدونهم، بهذا من دون الله هذا لا يجوز، الذبيحة لله وحده والدعاء كذلك لا يدعى مع الله أحد. Pertanyaan: Di tempat kami terdapat sebuah masjid yang di sebelahnya ada dua kuburan di luar masjid. Salah satunya berada di dalam sebuah ruangan yang dibangun khusus untuknya, dengan alasan bahwa yang dikubur adalah seorang wali yang saleh. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah kotak khusus untuk donasi, di mana para pengunjung meletakkan uang, dan uang itu digunakan untuk keperluan masjid. Pertanyaannya: Apa hukum menggunakan uang tersebut? Dan apa hukum salat di masjid itu? Apa nasihat Anda kepada kami? Mohon fatwanya, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan. (Pertanyaan ke-22 dari kaset nomor 119) Jawaban: Jika kuburan itu berada di luar masjid, maka tidak mengapa salat di masjid tersebut, karena masjid itu terpisah dan berdiri sendiri. Rasulullah ﷺ melarang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid). Beliau bersabda: “Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari no. 1330 dalam Kitab al-Jana’iz, bab Apa yang dimakruhkan dari menjadikan masjid di atas kuburan; dan Muslim no. 529 dalam Kitab al-Masajid wa Mawadi’ al-Shalah, bab Larangan membangun masjid di atas kuburan). Maka jika kuburan tersebut berada di luar masjid, dalam sebuah ruangan terpisah di luar masjid, maka tidak mengapa. Namun, kuburan itu seharusnya dipindahkan ke pekuburan umum kaum muslimin, agar tidak diagung-agungkan dan tidak disembah selain Allah. Adapun kotak sumbangan itu harus dihilangkan, karena orang-orang yang jahil meletakkan uang di sana sebagai bentuk pendekatan diri kepada penghuni kubur, karena menurut mereka ia adalah wali. Maka tindakan mereka dalam mendekatkan diri kepada penghuni kubur dengan nazar dan sedekah merupakan syirik akbar (kemusyrikan besar), ini tidak diperbolehkan. Maka wajib atas para penanggung jawab di daerah tersebut untuk menghubungi para ulama dan memindahkan kubur itu, serta memindahkan jenazahnya ke pekuburan kaum muslimin, bersama kuburan-kuburan lainnya. Juga harus dihilangkan bangunan kamar (hujrah) yang bisa menimbulkan fitnah bagi masyarakat, dan kotak sumbangan itu pun harus dihilangkan. Uang-uang yang berada di dalam kotak itu harus digunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin, seperti kebutuhan masjid atau kebutuhan sekolah-sekolah, atau diberikan kepada fakir miskin dan semacamnya. Karena uang-uang tersebut adalah harta yang hilang dan tidak memiliki pemilik yang jelas, maka harus disalurkan untuk kepentingan umum. Kotak itu harus dihilangkan dan masyarakat diberi penjelasan bahwa tidak boleh bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada penghuni kubur, baik dengan menyembelih hewan, bernazar, salat di dekat mereka, atau salat untuk mereka. Tidak boleh berdoa kepada mereka selain kepada Allah, tidak boleh meminta pertolongan kepada mereka, tidak boleh bernazar untuk mereka. Semua itu tidak diperbolehkan. Bernazar untuk mereka adalah syirik kepada Allah, dan berdoa kepada mereka selain kepada Allah, seperti ucapan, "Wahai Tuan, aku di dekatmu", atau "Wahai Tuan, tolonglah aku! Tolonglah aku!" — ini adalah syirik akbar (kemusyrikan besar), sebagaimana yang dilakukan oleh kaum musyrik pada masa Nabi ﷺ dari penduduk Mekah dan lainnya. Orang yang telah meninggal itu didoakan, dimintakan ampun, dan dikasihani, bukan didoakan sebagai sesembahan selain Allah, bukan diminta tolong, bukan dinazarkan untuknya, bukan pula disembelihkan untuknya. Barang siapa melakukan hal itu terhadap orang mati, maka ia telah berbuat syirik. Allah Ta‘ālā berfirman: > "Katakanlah: Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Surat al-An‘ām ayat 162) > "Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (Surat al-An‘ām ayat 163) Dan Allah Ta‘ālā berfirman: > "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (al-Kautsar)." (Surat al-Kautsar ayat 1) > "Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah." (Surat al-Kautsar ayat 2) --- Dan Nabi ﷺ bersabda dalam hadits yang sahih dari Ali Radhiyallahu ‘Anhu — Amirul Mu’minin — bahwa beliau berkata: > "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah. Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya. Allah melaknat orang yang melindungi pelaku bid‘ah (atau selainnya yang melakukan perbuatan baru dalam agama, lalu ia bantu dan lindungi). Allah melaknat orang yang mengubah batas-batas tanah." (HR. Muslim dalam Kitab al-Adhahī no. 1978; an-Nasā’ī dalam Kitab al-Dhahāyā no. 4422; dan Ahmad dalam Musnad al-‘Asharah al-Mubashshirīn bi al-Jannah, Musnad ‘Alī bin Abī Ṭālib Radhiyallahu ‘Anhu no. 857) Dan yang menjadi bukti adalah sabda beliau: > "Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah." Maka menyembelih untuk selain Allah sebagai bentuk pendekatan diri kepada selain Allah adalah sebagaimana salat untuk selain Allah — keduanya tidak diperbolehkan. Maka tidak boleh seseorang menyembelih untuk si fulan atau si fulan, sebagai bentuk pendekatan diri kepada mayat tertentu, nabi tertentu, jin, atau malaikat. Mereka mendekatkan diri kepada mereka atau menyembah mereka dengan cara itu selain kepada Allah — ini tidak diperbolehkan. Penyembelihan hanya untuk Allah semata, demikian juga doa; tidak boleh berdoa kepada siapa pun bersama Allah. 📚 Ibnu Bāz, Fatāwā Nūr ʿalad-Darb, 2/57–59. Telegram: https://t.me/ilmui WA: https://whatsapp.com/channel/0029VaALfMAGJP8PEIsVk33P #share_gratis, #tanpa_logo, #tanpa_minta_donasi, #tanpa_yayasan #hukum #sholat #masjid #kuburan

Comments