SAJAK Aksara25
June 9, 2025 at 03:35 PM
Raja Ampat, Aku Tertawa dalam Luka
Baca berita — dan aku tertawa,
tawa yang getir, getir yang mengabur batas antara marah dan pasrah.
Raja Ampat,
engkau menjelma cermin,
di mana wajah kita tak lagi suci.
Aku teringat:
mengapa aku dulu terombang-ambing —
pulang pun samar,
pergi pun tak pernah benar-benar jauh.
Kini tanahmu,
yang dulu dilafalkan dalam doa dan dongeng para leluhur,
dijamah tangan asing bersarung janji.
Katanya: untuk masa depan,
katanya: demi pembangunan.
Tapi tanahmu menangis.
Dan langitmu tak lagi bening.
Namun lihat —
warga bersulang, tertawa di balik deru mesin,
karena kini ada kerja,
ada uang cukup untuk beli mimpi
meski hanya untuk malam ini.
Anak-anak mereka akan kenyang,
mungkin bisa sekolah,
lalu pergi.
Tapi cucu mereka?
Tak ada yang peduli pada esok yang terlalu jauh.
Aku ingin marah,
tapi marahku hanya gema di ruang hampa.
Aku tahu rasa itu,
aku pun pernah menjual diam demi bertahan,
pernah merasa bebas padahal dirantai.
Dan kini,
aku hanya bisa menulis ini —
bukan sebagai seruan,
tapi sebagai ingatan:
Selamatkan Raja Ampat.
Hentikan tipu-tipu yang membungkus luka dengan emas.