Dhamma For Everyone
Dhamma For Everyone
June 1, 2025 at 04:28 AM
Damai tak Tergoyahkan (2) ~ Ven. Ajahn Chah Sang Buddha mengajarkan kita untuk merenung-kan kondisi yang mengacaukan pikiran itu. Kapan pun pikiran bergerak, ia menjadi tidak stabil dan tak permanen (anicca), tak memuaskan (dukkha) dan bukan sebuah diri (anattâ). Ini merupakan tiga corak universal dari semua fenomena yang terkondisi. Sang Buddha mengajarkan kita mengamati serta mengkontemplasikan pergerakan pikiran ini. Demikian pula halnya dengan ajaran mengenai sebab-musabab saling bergantungan (paticca-samuppâda) yang sama dengan kekeliru-tahuan (avijja) merupakan sebab dan kondisi timbulnya bentuk-bentuk karma kehendak (sankhâra), yang mana kemudian menjadi sebab dan kondisi bagi munculnya kesadaran (viññana); lalu merupakan sebab dan kondisi bagi munculnya bathin dan jasmani (nâma-rûpa) dan seterusnya, sebagaimana yang kita pelajari dalam kitab suci. Sang Buddha memilah setiap mata-rantai agar membuatnya lebih mudah dipelajari. Sebenarnya ini merupakan penjelasan yang akurat dan teliti tentang realita, tetapi ketika hal ini sungguh terjadi di kehidupan nyata, para cendekiawan kalah sigap, tak mampu mengikuti proses ini. Bagai jatuh terjerembab dari atas pohon hingga menghantam tanah. Kita tak lagi tahu berapa banyaknya ranting yang telah kita lewati sepanjang proses jatuh itu. Sama seperti tatkala pikiran ditubruk oleh suatu kesan mental - apabila tergiur olehnya, maka pikiran ini segera melayang-layang ke dalam suasana bathin yang menyenangkan; ia menganggapnya sebagai suatu hal yang baik tanpa menyadari rantai kondisi yang menyebabkannya, proses ini memang berjalan sesuai dengan uraian dalam teori, namun pada saat yang sama ia juga melampaui batas-batas teori tersebut.
🙏 1

Comments