Dhamma For Everyone
Dhamma For Everyone
June 15, 2025 at 01:29 PM
Damai tak Tergoyahkan (8) ~ Ven. Ajahn Chah Tatkala kegelisahan dan gejolak pikiran mereda, seseorang melekat pada buah kedamaian tersebut dan penderitaan mulai kembali. Sang Buddha melanjutkan untuk memeriksa sebab dan kondisi yang mendasari keberadaan dan kelahiran kembali. Selama beliau belum sepenuhnya menembus persoalan dengan tuntas dan memahami kebenaran, beliau terus mengamati semakin mendalam dan kian mendalam dengan pikiran yang damai, merefleksikan segalanya -- baik yang menyenangkan maupun yang tidak, muncul ke [permukaan] eksistensi. Investigasi-nya terus merangsek maju hingga segalanya menjadi sangat jelas bagi beliau bahwa: semua yang hadir kedalam eksistensi ini adalah bagai bongkah besi membara. Lima gugus pengalaman makhluk hidup (khanda) adalah bongkahan besi yang panas. Apakah kita dapat menyentuh sebongkah besi merah membara tanpa cidera? Apakah terdapat bagian yang dingin? Coba sentuh bagian atas, samping, ataupun bawahnya. Apakah ada satu titik pun yang dingin? Tak mungkin. Bongkahan besi yang terbakar ini seluruhnya panas membara. Kita bahkan jangan melekat pada ketenangan-bathin. Karena bila kita mengidentifkasikan diri kita dengan kedamaian itu, lalu beranggapan bahwa ada "seseorang" yang diam dan tenang, ini akan mempertajam rasa adanya diri yang independen atau jiwa. Rasa-diri ini cuma merupakan bagian realitas konvensional. Dengan [kebiasaan] berpikir,"Saya tenang", "Saya gelisah", "Saya baik", "Saya buruk", "Saya bahagia" atau "Saya tidak bahagia", kita bakal kian terperangkap lebih dalam lagi pada eksistensi dan kelahiran kembali, bakal ada penderitaan. Bila kebahagiaan berakhir, maka penggantinya adalah ketidak-bahagiaan. Ketika kesedihan hilang, maka kitapun kembali senang. Terperangkap pada lingkaran tiada akhir ini, membuat kita terus berputar-putar antara surga dan neraka.
🙏 2

Comments