Parentspedia
Parentspedia
May 22, 2025 at 10:15 AM
🌷🌷🌷🌷🌷🌷 *Jangan Jadi Lucu dengan Menyakiti: 6 Hal yang Tak Boleh Dijadikan Bercandaan* Oleh: Arief Riyanto, S.Pd. Dalam keseharian, candaan sering dianggap hal yang wajar oleh anak-anak. Namun, tidak semua anak memahami batas antara bercanda yang menyenangkan dan candaan yang menyakiti. Sebagai orang tua, penting untuk memberikan pemahaman bahwa tidak semua hal bisa dijadikan bahan lelucon. Salah-salah, niat bercanda justru bisa melukai hati orang lain dan merusak hubungan sosial. Ada enam hal penting yang sebaiknya tidak dijadikan bahan candaan oleh anak, meskipun mereka menganggapnya lucu atau mengikuti teman sebaya. Agar tidak terjadi pada anak-anak kita, sebaiknya orang tua menanamkan 6 hal ini, antara lain: Pertama adalah fisik dan penampilan. Mengomentari bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, atau kondisi wajah seseorang bisa menjadi sangat sensitif. Anak-anak perlu dibimbing untuk tidak mengucapkan kalimat seperti _“Kok kamu gendut sih?”_ atau _“Hitam banget kulitmu.”_ Meskipun terdengar ringan, kata-kata ini bisa meninggalkan luka yang dalam bagi lawan bicara. Kedua, kekurangan atau disabilitas juga bukan hal yang pantas untuk dijadikan lelucon. Mengejek seseorang karena cara berjalannya, cara bicaranya yang lambat, atau kondisi fisik lainnya bisa menimbulkan rasa malu atau minder. Anak perlu kita tanamkan rasa empati agar tidak menjadikan kekurangan seseorang sebagai bahan hiburan. Selanjutnya yang ketiga adalah nama orang tua atau keluarga. Di kalangan anak-anak, sering terjadi kebiasaan mengubah atau mengolok-olok nama ayah, ibu, atau anggota keluarga teman. Padahal, nama orang tua adalah bagian dari harga diri seseorang. Hal seperti ini termasuk perundungan verbal yang sebaiknya dicegah sejak dini. Keempat, agama dan kepercayaan adalah hal yang sangat pribadi dan sensitif. Bercanda tentang cara seseorang beribadah, pakaian keagamaan, atau keyakinan yang dianutnya bisa menyinggung bahkan memicu konflik. Oleh karena itu anak-anak harus kita biasakan menghargai perbedaan agar tumbuh dengan sikap toleran dalam beragama. Kelima, masalah ekonomi atau kondisi rumah juga tidak pantas dijadikan bahan bercandaan. Tidak semua anak hidup dalam kondisi yang sama. Ketika rumah sederhana, pakaian lusuh, atau alat tulis yang seadanya dijadikan olokan, hal itu dapat menurunkan rasa percaya diri temannya. Anak perlu diarahkan untuk bersyukur atas apa yang dimiliki, bukan membanding-bandingkan atau mengejek. Dan yang keenam, yang tak kalah penting adalah makanan dan barang milik orang lain. Sering kali anak-anak mempermainkan makanan teman atau menyembunyikan barang milik temannya sebagai bentuk kejahilan. Misalnya, mencelupkan makanan teman ke sesuatu yang kotor, menukar isi bekal, atau menyembunyikan alat tulis hanya untuk melihat reaksi kesal. Candaan seperti ini, meski terlihat lucu bagi pelaku, bisa menimbulkan rasa malu, sedih, atau marah bagi korban. Anak perlu diajarkan bahwa barang milik orang lain harus dihargai dan tidak boleh dijadikan objek keisengan atau lelucon. Sebagai orang tua, kita memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan kepekaan sosial anak. Anak belajar dari sikap, ucapan, dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak di rumah. Jika anak pernah melakukan candaan yang tidak pantas, bukan marah yang utama, tapi memberi pemahaman dengan hati-hati dan sabar. Ucapan seperti: _"Nak, kamu boleh bercanda, tapi pastikan tidak ada hati yang tersakiti. Karena lucu yang menyakiti itu bukan candaan, tapi bentuk kezaliman,"_ bisa menjadi pesan moral yang kuat bagi mereka. Dengan membiasakan anak menjaga sikap, menghargai sesama, dan tidak menjadikan penderitaan atau milik orang lain sebagai hiburan, kita sedang menumbuhkan generasi yang lebih empatik dan santun dalam pergaulan. > Parentspedia
❤️ 👍 🌻 💕 💖 💚 🙏 🥰 🩵 31

Comments