
Kontan
June 18, 2025 at 07:43 AM
Ketidakpastian perekonomian global semakin tinggi, dipicu konflik antara Iran dan Israel yang kembali memanas, kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS), serta perang dagang antara AS dan China yang belum mencapai kesepakatan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dampak dari kebijakan AS yang perlu diwaspadai tercermin dalam proposal kebijakan fiskal mereka, yakni kebijakan fiskal big and beautiful yang diperkirakan akan menambah defisit APBN AS secara signifikan, lebih dari US$ 10 triliun dalam 10 tahun terakhir.
Tambahan defisit tersebut menimbulkan sentimen negatif terhadap kebijakan fiskal negara maju, khususnya AS. Hal ini memengaruhi persepsi terhadap risiko fiskal dan berdampak pada pergerakan suku bunga di AS dari sisi US Treasury.
Menurut Sri Mulyani, kombinasi dari dua faktor utama, yakni ketidakpastian perdagangan global dan meningkatnya ketegangan geopolitik serta keamanan hingga pecahnya konflik, telah menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasok komoditas (supply chain). Kondisi tersebut memicu dua risiko utama.
Risiko tersebut diantaranya, ketidakpastian harga yang cenderung meningkat, seperti harga minyak. Di sisi lain, kondisi ekonomi global justru menunjukkan kecenderungan melemah. Hal ini menyebabkan tekanan inflasi naik bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.
“Inilah kombinasi yang harus kita waspadai, karena sangat berisiko. Pelemahan ekonomi berdampak buruk, sementara kenaikan inflasi mendorong naiknya imbal hasil (yield) obligasi,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa (17/6).
Sri Mulyani menjelaskan, baik disebabkan oleh faktor geopolitik maupun kebijakan fiskal, keduanya memberikan dampak negatif ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, karena turut menggerakkan nilai tukar dan suku bunga global.
Artikel selengkapnya di https://nasional.kontan.co.id/news/perang-iran-israel-hingga-perang-dagang-as-menkeu-kombinasi-yang-sangat-berisiko
