O. Solihin
O. Solihin
June 15, 2025 at 03:31 PM
*Jangan Diam, Tapi Jaga Iman* Di zaman sekarang, yang rame belum tentu benar, dan yang benar belum tentu berani ngomong. Apalagi kalo lagi bahas politik--komennya bisa lebih pedas dari sambal korek atau tahu jeletot, dan efeknya? Bisa bikin orang mikir dua kali buat buka suara. Ini bukan cuma soal beda pilihan, tapi soal takut dikucilkan, takut diserbu komentar, takut dibilang “bukan bagian dari kita”. Akhirnya? Banyak yang memilih diam. Eh, tapi diamnya itu bukan karena nggak punya pendapat, tapi karena takut! Hmm... saya jadi inget salah satu teori saat kuliah di ilmu komunikasi. Jadi, kondisi kayak gini nih yang dijelaskan oleh teori _Spiral of Silence_, yakni sebuah teori komunikasi massa yang bilang bahwa orang cenderung membungkam pendapatnya kalo merasa pendapatnya minoritas. Oya, sekadar tahu aja, teori _Spiral of Silence_bukan hasil ngelamun anak jurusan komunikasi pas ngopi, lho. Teori ini dibikin sama Elizabeth Noelle-Neumann, seorang sosiolog dan jurnalis asal Jerman, yang sempet hidup di zaman Nazi, zaman ketika beda pendapat itu bisa berakhir di kamp konsentrasi. Nah, contoh zaman sekarang kayak remaja yang pengen bilang, “Aku nggak sepakat sama kalian,” tapi karena takut atau sungkan akhirnya cuma ngelus dada sambil bilang, “Skip, aku chat AI aja, deh.” Dan ini nggak cuma soal politik. Dalam kehidupan sehari-hari, remaja juga sering ngalamin. Mau ngasih pendapat di kelas, tapi takut diketawain. Mau beda pendapat di grup tongkrongan, tapi takut dibilang sok. Mau angkat suara soal kebaikan, tapi takut dianggap sok suci. Teori _Spiral of Silence_ menjelaskan kenapa orang lebih memilih diam ketika pendapatnya berbeda dari mayoritas, karena takut dikucilkan. Di masa lalu--sebelum ada media sosial--ini lebih kelihatan. Media mainstream mendominasi arus opini publik, dan orang-orang yang berbeda pendapat, ya udah, diam aja. Disimpan di hati, lalu curhat ke bantal. Kamu sekarang kayak gini, nggak? Hehe... Tapi sekarang? Media sosial bikin semua orang bisa teriak! Bahkan, kadang yang minoritas terlihat seperti mayoritas karena algoritma dan echo chamber (ruang gema). Di medsos, ini sering kejadian. Algoritma cuma nampilin konten yang kamu suka dan setuju. Akhirnya, kamu kayak tinggal di dunia yang sepemikiran semua. Seru sih, tapi bahaya kalau bikin kamu ngerasa paling benar sendiri dan anti kritik. Kamu yang doyan main di X (dulu Twitter), ini medsos termasuk yang isinya brutal. Sering berantem dan penuh caci maki. Ada kelompok A, bawa narasi "pemimpin ideal". Lawannya, kelompok B, bilang itu "pemimpin gagal". Lalu dua-duanya bikin konten, bikin thread, bikin podcast, bikin noise. Ribut. Bisa ditebak, kedua kubu ini saling serang, saling screenshot, saling ‘seruduk’, dan saling ngaku paling benar. Akhirnya, masing-masing pengikut merasa, "Aku nggak sendirian. Banyak yang sepemahaman denganku. Kita rame!" Nah, di sinilah _Spiral of Silence_ jadi agak “patah". Sebab di medsos, yang minoritas bisa nyari teman minoritas lain, dan akhirnya bikin kelompok sendiri. Mereka nggak diam, tapi malah jadi lebih vokal, bahkan sering jadi_toxic_banget. Misalnya, satu orang komentar beda dikit, langsung dihujat massal. Orang lain yang tadinya pengen komen, akhirnya mikir dua kali, "Udahlah, entar akunku diserang kayak kemarin. Mending diem.” Ini contoh _Spiral of Silence_. Kamu pengen share info netral soal politik, tapi karena grup isinya satu warna semua, akhirnya, "Skip. Mending kirim sticker lucu aja.” ini juga contoh _Spiral of Silence_. Tapi ada juga yang justru jadi loud banget! Punya komunitas satu kubu, isinya nyebar meme, goreng isu, dan ngebully yang beda. Mereka merasa “kita mayoritas!”, padahal belum tentu. Kalo ini namanya efek _echo chamber_, yang bisa "melawan"_Spiral of Silence._ Dalam Islam, menyampaikan kebenaran itu bukan soal rame-ramean. Allah Ta'ala lihat keberanian, keikhlasan, dan adab kita dalam berbicara. Dan jangan lupa, diam karena takut salah itu boleh. Tapi diam karena takut nggak populer? Wah, hati-hati. Bisa jadi kita meninggalkan kebenaran hanya demi kenyamanan sosial. Teori _Spiral of Silence_ masih relevan, apalagi kalo kamu minoritas di ruang opini publik. Tapi era medsos bikin teori ini bergeser. Sekarang, suara minoritas bisa makin keras, asal pintar bikin konten dan punya komunitas untuk menggemakan suara. Jangan ikut-ikutan rame cuma karena takut ditinggal. So, kalo memang benar, beranilah bicara. Tapi tetap dengan iman, ilmu, dan adab. Nah, berani menyuarakan kebenaran itu bagian dari menjaga iman. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, _“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.”_ *(HR Muslim, no. 49)* Jadi, kalo kamu merasa sendirian karena pendapatmu beda, bukan berarti kamu salah. Bisa jadi kamu adalah satu dari sedikit orang yang masih mau jaga iman di tengah kebisingan dunia dengan segala macem keburukannya. Jangan diam. Tapi tetap jaga akhlak, jaga hati, dan jaga iman. Yuk, saling mendoakan dan saling _support_ dalam kebaikan. [OS]
❤️ 2

Comments