
O. Solihin
June 19, 2025 at 01:51 AM
*Kalo Hukum Bisa Dibeli, Keadilan Jadi Diskon*
Dunia ini memang keras, Bro. Tapi lebih keras lagi kalo kamu jadi rakyat kecil yang berharap keadilan, lalu lihat berita koruptor Rp11,8 triliun malah divonis lepas. _Plot twist_-nya: ada dugaan suap ke hakim yang harusnya jadi penjaga keadilan. Waduh. Kalo begini _mah_, bukan hukum yang tegak, tapi amplop yang tebal. Jangan-jangan, di negeri ini, "keadilan" udah turun harga, masuk etalase diskon, tinggal nunggu siapa yang berani bayar paling mahal kepada penegak hukum yang lancung.
Padahal dalam Islam, hukum itu bukan benda dagangan. Nggak bisa ditawar-tawar. Nggak bisa diatur kayak strategi jualan _online_. Keadilan itu titipan Allah Ta'ala. Dan barang titipan, kalo disalahgunakan, bakal ada hari pembalasan--bukan cuma di pengadilan dunia, tapi di akhirat kelak. Dan itu, tanpa bisa banding.
Duit Rp11,8 triliun itu kalo dibagiin ke rakyat kecil, bisa jadi sekampung beli minyak goreng buat 10 tahun ke depan sambil nyetok mie instan dan galon isi ulang. Tapi sayangnya, duit sebanyak itu malah muncul di berita sebagai barang bukti korupsi ekspor minyak sawit. Ya, kamu nggak salah baca. Ini bukan drama fiksi. Ini tragedi ekonomi nasional yang katanya sih, "sudah ditangani hukum", tapi kok _ending_-nya _plot twist_?
Kejaksaan Agung udah nyita duit Rp11,8 triliun dari lima anak usaha Wilmar Group. Ini kelanjutan dari kasus minyak goreng yang sempat viral karena rakyat rebutan minyak curah, tapi para pelakunya malah curi-curi keuntungan dengan ekspor ilegal. Total kerugian? Rp6 triliun untuk keuangan negara, dan lebih parah lagi, Rp12,3 triliun untuk perekonomian. Mikirnya gini: gara-gara mereka, harga naik, stok langka, dan rakyat cuma bisa goreng tempe pakai air mata.
Tapi yang paling nyesek tuh pas tahu bahwa pengadilan malah memvonis lepas para pelaku! Dugaan suap ke hakim mulai menyeruak, dan Kejagung udah ngajuin kasasi ke Mahkamah Agung. Ya Allah, keadilan di negeri ini kok seringkali kayak sinyal Wi-Fi, yang hilang pas dibutuhin. Hadeuuh.
Oya, ini bukan cuma soal hukum. Ini juga soal akhlak dan amanah. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, _“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, dan dia akan diminta pertanggungjawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarga adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dia akan dimintai pertanggungjawaban atasnya. Ketahuilah, bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas siapa yang dipimpinnya.”_ *(HR Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)*
Kalo kamu punya kuasa, tapi malah maksa buat ngerampok duit rakyat yang dikelola negara, itu bukan prestasi, itu keburukan dan dosa. Kalo punya akses buat bantu rakyat, tapi malah ngeruk keuntungan pribadi dari krisis, ya siap-siap dosa korporat level maksimal. Dan yang lebih ngeri lagi, kalo hukum bisa dibeli, gimana rakyat mau percaya lagi?
Oya, jangan mikir ini urusan "orang gede". Justru sebagai remaja, yang masih muda dan belum disumpah jabatan, harus lebih dulu nyiapin mental bersih, hati jujur, dan jiwa yang nggak silau sama deretan angka berharga di rekening atau tumpukan duit yang disodorkan berkoper-koper. Soalnya, korupsi tuh nggak muncul tiba-tiba. Dia lahir dari kebiasaan ngeles, nyontek, _mark up_ uang kas kelas, atau nyolong kuota WiFi tetangga tanpa rasa bersalah.
Kalo dari sekarang kamu udah biasa main curang, jangan kaget kalau nanti pas gede malah ikut-ikutan “bermain proyek ilegal". Dalam Islam, mengambil sesuatu yang bukan hak kamu itu haram, bahkan meski itu receh dari dana umat. Apalagi ini? Triliunan dari rakyat, triliunan yang bikin rakyat jadi sengsara. Allah Ta'ala berfirman, _"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui."_ *(QS al-Baqarah [2]: 188)*
Mau kamu punya izin ekspor, punya gedung tinggi, atau punya pengacara yang kuat, kalo nyolong, ya tetap maling. Dan maling tetap akan diadili, baik di pengadilan dunia maupun di pengadilan akhirat. Kalo di dunia bisa lolos dari jerat hukum, maka di pengadilan akhirat pasti nggak bakalan selamat.
Oya, kita mungkin nggak bisa langsung ganti sistem negara karena butuh perjuangan banyak pihak. Tapi kita bisa mulai dari diri sendiri. Ya, jujur dalam hal kecil, adil dalam pikiran, amanah meski nggak diawasi. Sebab, dunia ini sementara. Tapi tanggung jawab? Dicatat malaikat, nggak pernah _pending_.
Hukum memang sering tumpul ke atas. Tapi ingat, duit bisa disita. Kursi bisa diganti. Tapi dosa yang dicatat, nggak bisa dihapus pake sidang model begituan. [OS]
❤️
3