
Majelis Nuurus Sa'aadah
153 subscribers
About Majelis Nuurus Sa'aadah
Majelis Nuurus Sa'aadah khodimul Majelis Al Musnid Al Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al 'Aydrus, S.Kom
Similar Channels
Swipe to see more
Posts

Majelis Nuurus Sa’aadah. Kitab Adabul Insan (As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya), lanjutan. Pasal yang kedua : Adab Anak-anak kepada ayah bundanya. Bermula telah tersebut di dalam Qur’an perintah Allah Ta’ala membuat ibadat kepada-Nya dan membuat kebajikan kepada ayah bundanya dengan firman Allah Ta’ala : Wa’budulloh wa laa tusyriku bihi sya’ia, wabil walidaini ihsana. Artinya : sembah oleh kamu kepada Allah Ta’ala dan jangan kamu menyekutui Allah Ta’ala akan sesuatu dan pada ayah bunda kamu membuat kebajikan adanya, maka dari ini dalil Qur’an diketahui akan wajib membuat kebajikan kepada ayah bunda dengan perintahnya Allah Ta’ala atas yang demikian itu. Adapun artinya membuat kebajikan kepada ayah bunda yaitu mendengar kata keduanya dan merendahkan diri bagi keduanya dan jangan membalas dengan perkataan yang kasar atau dengan suara keras atau membentak-bentak pada keduanya dan jangan memasamkan muka pada keduanya dan seboleh-boleh si anak mengenakkan hati keduanya dengan sebagaimana kuasanya. maka, apabila keduanya itu salah satunya tiada mampu mencari maka wajib atas si anak yang mampu bahwa ia membalas memberi nafkah bagi orang tuanya itu dengan sekedar mampunya sebagai lagi hendaklah senantiasa (waktu) bahwa si anak mengingat-ingat kecintaan ayah bunda padanya dari waktu diberanakkan hingga besarnya dengan beberapa capek keduanya dan bergadang senantiasa malam akan memeliharakannya dengan pula beberapa pengasihnya yang sudah dikasih kepada nya dari kecilnya hingga besarnya, maka orang yang sudah merasai melihara anak, barulah ia dapat tahu bahwa ayah bundanya punya kebaikan kepadanya bukan sedikit adanya. Sebagai lagi orang yang membuat kebajikan kepada ayah bundanya maka tentulah nanti ia dapat kebajikan dari anak buahnya, dan demikian pula orang yang yang menyusahkan hati ayah bundanya maka tentulah ia nanti pun mendapat susah dari pada anak buahnya. Demikianlah yang sudah-sudah bahwa ia balas Tuhan kepada hamba-Nya adanya, sebagai lagi orang yang membuat jahat kepada ayah bundanya maka mudahlah atasnya membuat jahat kepada lainnya jua adanya. (Kitab Adabul Insan - As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, halaman 5 - 6, Penerbit Syirkah Maktabah Al Madaniyyah) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. كتاب الصيام Bab Puasa (Kitab Al Ghoyah Wa Taqrib). وشرائط وجوب الصيام أربعة أشياء: الإسلام والبلوغ والعقل والقدرة على الصوم. وفرائض الصوم أربعة أشياء: النية والإمساك عن الأكل والشرب والجماع وتعمد القيء. Syarat Wajib Puasa. Syarat wajib puasa ada empat yaitu Islam, baligh, berakal sehat, mampu berpuasa. Adapun fardhu/rukun atau tatacara puasa ada empat yaitu niat, menahan diri dari makan dan minum, jimak (hubungan intim), sengaja muntah. والذي يفطر به الصائم عشرة أشياء: ما وصل عمدا إلى الجوف والرأس والحقنة في أحد السبيلين والقيء عمدا والوطء عمدا في الفرج والإنزال عن مباشرة والحيض والنفاس والجنون والردة. Yang Membatalkan Puasa. Yang membatalkan puasa ada sepuluh yaitu suatu benda yang sampai dengan sengaja ke dalam perut dan kepala dan suntik ke salah satu dua jalan (kemaluan depan belakang), muntah dengan sengaja, hubungan intim (jimak/watik) secara sengaja di kemaluan wanita, keluar mani (sperma) sebab persentuhan, haid, nifas, gila, murtad. ويستحب في الصوم ثلاثة أشياء: تعجيل الفطر وتأخير السحور وترك الهجر من الكلام. Yang Disunnahkan Saat Puasa Ada 3. Dan disunnahkan dalam berpuasa itu 3 hal: (a) Cepet-cepat/bersegera berbuka (ketika waktunya datang); (b) mengakhirkan sahur; (c) meninggalkan perkaatan keji/buruk. ويحرم صيام خمسة أيام: العيدان وأيام التشريق الثلاثة. Haram Puasa Pada Hari Yang 5 Haramlah berpuasa pada hari-hari yang lima, yaitu (a) hari raya dua (Fitri dan Adha); (b) hari-hari tasyriq yang tiga (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah). ويكره صوم يوم الشك إلا أن يوافق عادة له. ومن وطئ في نهار رمضان عامدا في الفرج فعليه القضاء والكفارة وهي: عتق رقبة مؤمنة فإن لم يجد فصيام شهرين Dan dimakruhkan (makruh tahrim) berpuasa pada hari keraguan (yaitu tanggal 30 Sya'ban, bila keadaan rukyah masih meragukan), kecuali bila bertepatan dengan hari kebiasaan bagi dia (berpuasa sunnah). متتابعين فإن لم يستطع فإطعام ستين مسكينا لكل مسكين مد Barangsiapa bersetubuh (berhubungan intim) pada siang hari bulan Ramadhan dengan sengaja pada kemaluan (muka atau belakang) wajiblah ia mengqadha' dan membayar kafarat (denda) yaitu memerdekakan budak mukmin. Jika tidak ada, wajiblah ia berpuasa 2 bulan berturut-turut. Jika tidak dapat (mengerjakannya) wajiblah ia memberi makan kepada 60 orang miskin, untuk tiap orang 1 mud (-+ 7 ons makanan pokok). ومن مات وعليه صيام من رمضان أطعم عنه لكل يوم مد Barangsiapa meninggal dunia sedang ia mempunyai tanggungan puasa dari Ramadan, haruslah dikeluarkan (Fidhiyah) makan atas Namanya (kepada orang miskin, oleh walinya dari harta peninggalannya) untuk tiap hari 1 mud). والشيخ إن عجز عن الصوم يفطر ويطعم عن كل يوم مدا. والحامل والمرضع إن خافتا على أنفسهما: أفطرتا وعليهما القضاء وإن خافتا على أولادهما: أفطرتا وعليهما القضاء والكفارة عن كل يوم مد وهو رطل وثلث بالعراقي والمريض والمسافر سفرا طويلا يفطران ويقضيان Orang tua yang telah lanjut usia (pikun, termasuk juga orang sakit yang tak ada harapan untuk sembuh) jika tidak kuat berpuasa, boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi makan (kepada orang miskin) untuk tiap hari 1 mud. Wanita hamil dan wanita yang menyusui jika kuatir akan terganggu kesehatan dirinya, boleh berbuka (tidak puasa) dan wajiblah kedunya mengqadha. Jika keduanya kuatir akan (terganggu kesehatan) anaknya, boleh berbuka puasa dan wajib mengqadha' serta membayar kafarat untuk tiap hari 1 mud yaitu 1/2 kati Irak (6 ons). Orang sakit dan orang musafir yang bepergian jauh boleh keduanya berbuka dan harus mengqadha'. (Kitab Al Ghoyah Wa Taqrib – Al Qodhi Abu Suja’ Ahmad bin Husien bin Ahmad Al Asyfahaniy, Bab Puasa, Halaman 34-35 Penerbit Mutiyara Ilmu) Adapun sanad yang muttashil (bersambung) kepada Al Qodhi Abu Suja’ Ahmad bin Husien bin Ahmad Al Asyfahaniy pengarang kitab Al Ghoyah Wa Taqribyang alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus) riwayatkan sebagai berikut : الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن العلامة المسند الشيخ محمد نور الدين مربو البنجر المكی ، عن العلامة المسند الشيخ محمد ياسين الفادانی بسنده في "الأم" إلى الشمس الرملى ، عن القاضی شيخ الإسلام زكريا الأنصارى ، والشرف عبد الحق بن محمد السنباطى ، كلاهما عن الحافظ ابن حجر العسقلاني ، عن الرحلة أبي الحسن إبراهيم بن أحمد التنوخي ، عن الرحلة المسند أبي العباس أحمد بن أبی طالب الحجار ، عن أبي الفضل جعفر بن على الهمداني ، عن أبی طاهر أحمد بن محمد السلفي ، عن مؤلفه القاضي شهاب الدين أبي الطيب وأبي شجاع أحمد بن حسين الأصفهانی. Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. باب كفارة المريض. Bab Ampunan Bagi Orang yang Sakit. Hadits 491. حدثنا إسحاق بن العلاء قال حدثنا عمرو بن الحارث قال حدثنا عبد الله بن سالم عن محمد الزبيدي قال حدثنا سليم بن عامر أن غطيف بن الحارث أخبره أن رجلا أتى أبا عبيدة بن الجراح وهو وجع فقال كيف أمسى أجر الأمير فقال هل تدرون فيما تؤجرون به فقال بما يصيبنا فيما نكره فقال إنما تؤجرون بما أنفقتم في سبيل الله واستنفق لكم ثم عد أداة الرحل كلها حتى بلغ عذار البرذون ولكن هذا الوصب الذي يصيبكم في أجسادكم يكفر الله به من خطاياكم. Telah mengabarkan kepada kami Ishaq bin Al ‘Ala, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Amr bin Harits, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Salim, dari Muhammad Az Zubaidi, ia berkata, telah mengabarkan kepadaku Sulaim bin Amir, bahwasanya Ghudaif bin Harits mengabarkan bahwa seseorang telah datang kepada Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan ia sedang sakit, ia bertanya pada Abu Ubaidah : Bagaimana pahala seorang pemimpin?, Abu Ubaidah balik bertanya : Apakah kalian tahu bagaimana kalian mendapat pahala?, Ia menjawab : Dengan apa yang menimpa kami yang tidak kami sukai, Abu Ubaidah berkata lagi : Begitu pula kalian akan diberi pahala dengan apa yang kalian nafkahkan di jalan Allah dan belanjakan untuk kalian sendiri, kemudian menghitung semua alat perjalanan sampai sabuk kulit pada leher kuda tarik, tetapi sakit yang menimpa badan kalian ini yang menyebabkan Allah menghapus dosa-dosa kalian. (Kitab Adabul Mufrod – Al Imam Al Hafizh Muhammad Bin Ismail Al Bukhori (Imam Bukhori), Hadits 491, Halaman 183, Penerbit Sirkah Al Quds Mesir) Hadits 492. حدثنا عبد الله بن محمد قال حدثنا عبد الملك بن عمرو قال حدثنا زهير بن محمد عن محمد بن عمرو بن حلحلة عن عطاء بن يسار عن أبى سعيد الخدري وأبى هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال ما يصيب المسلم من نصب ولا وصب ولاهم ولا حزن ولا أذى ولا غم حتى الشوكة يشاكها إلا كفر الله بها من خطاياه. Telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Muhammad, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin Amr, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Zuhair bin Muhammad, dari Muhammad bin Amr bin Halhalah, dari Atha bin Yassar, dari Abu Said Al Khudri dan Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apa yang menimpa seorang Muslim dari penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kesempitan sampai duri yang menusuknya, maka Allah akan mengampuni karenanya dosa dosanya. (Kitab Adabul Mufrod – Al Imam Al Hafizh Muhammad Bin Ismail Al Bukhori (Imam Bukhori), Hadits 492, Halaman 184, Penerbit Sirkah Al Quds Mesir) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa'aadah. Fiqih Puasa (Kitab Fathul Qorib). وَهُوَ وَالصَّوْمُ مَصْدَرَانِ مَعْنَاهُمَا لُغَةً الْإِمْسَاكُ وَشَرْعًا إِمْسَاكٌ عَنْ مُفْطِرٍ بِنِيَةٍ مَخْصُوْصَةٍ جَمِيْعَ نَهَارٍ قَابِلٍ لِلصَّوْمِ مِنْ مُسْلِمٍ عَاقِلٍ طَاهِرٍ مِنْ حَيْضٍ وَنِفَاسٍ Lafadz shiyam dan shaum adalah dua bentuk kalimat masdar, yang secara bahasa keduanya bermakna menahan. Dan secara syara’ adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat tertentu sepanjang siang hari yang bisa menerima ibadah puasa dari orang muslim yang berakal dan suci dari haidh dan nifas. (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الصِّيَامِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ (الإِسْلَامُ وَالْبُلُوْغُ وَالْعَقْلُ وَالْقُدْرَةُ عَلَى الصَّوْمِ) وَهَذَا هُوَ السَّاقِطُ عَلى نُسْخَةِ الثَّلَاثَةِ فَلَا يَجِبُ الصَّوْمُ عَلَى الْمُتَّصِفِ بِأَضْدَادِ ذَلِكَ Syarat-syarat wajib berpuasa ada tiga perkara. Dalam sebagian redaksi ada empat perkara. 1. Islam, 2. Baligh, 3. Berakal, 4. Mampu berpuasa. Dan ini (mampu berpuasa) tidak tercantum di dalam redaksi yang mengatakan syaratnya ada tiga perkara. Maka puasa tidak wajib bagi orang yang memiliki sifat yang sebaliknya. (وَفَرَائِضُ الصَّوْمِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا (النِّيَةُ) بِالْقَلْبِ فَإِنْ كَانَ الصَّوْمُ فَرْضًا كَرَمَضَانَ أَوْ نَذْرًا فَلاَ بُدَّ مِنْ إِيْقَاعِ النِّيَةِ لَيْلًا وَيَجِبُ التَّعْيِيْنُ فِيْ صَوْمِ الْفَرْضِ كَرَمَضَانَ وَأَكْمَلُ نِيَةِ صَوْمِهِ أَنْ يَقُوْلَ الشَّخْصُ نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى (وَ) الثَّانِيَ (الْإِمْسَاكُ عَنِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ) وَإِنْ قَلَّ الْمَأْكُوْلُ وَالْمَشْرُوْبُ عِنْدَ التَّعَمُّدِ فَإِنْ أَكَلَ نَاسِيًا أَوْ جَاهِلًا لَمْ يُفْطِرْ إِنْ كَانَ قَرِيْبَ عَهْدٍ بِالْإِسْلَامِ أَوْ نَشَأَ بَعِيْدًا عَنِ الْعُلَمَاءِ وَإِلاَّ أَفْطَرَ (وَ) الثَّالِثُ (الْجِمَاعُ) عَامِدًا وَ أَمَّا الْجِمَاعُ نَاسِيًا فَكَالْأَكْلِ نَاسِيًا (وَ) الرَّابِعُ (تَعَمُّدُ الْقَيْئِ) فَلَوْ غَلَبَهُ الْقَيْئُ لَمْ يَبْطُلْ صَوْمُهُ Fardhu-fardhunya puasa ada empat perkara. Pertama : Niat di dalam hati. Jika puasa yang dikerjakan adalah fardhu seperti Romadhon atau puasa nadzar, maka harus melakukan niat di malam hari. Dan wajib menentukan puasa yang dilakukan di dalam puasa fardhu seperti puasa Romadhon. Niat puasa Romadhon yang paling sempurna adalah seseorang mengatakan, “saya niat melakukan puasa esok hari untuk melaksanakan kewajiban bulan Romadhon tahun ini karena Allah Ta’ala”. Kedua : Menahan dari makan dan minum walaupun perkara yang dimakan dan yang diminum hanya sedikit, hal ini ketika ada unsur kesengajaan. Jika seorang yang berpuasa melakukan makan dalam keadaan lupa atau tidak mengetahui hukumnya, maka puasanya tidak batal jika ia adalah orang yang baru masuk Islam atau hidup jauh dari ulama’. Jika tidak demikian, maka puasanya batal. Ketiga : Menahan dari melakukan jima’ dengan sengaja. Adapun melakukan jima’ dalam keadaan lupa, maka hukumnya sama seperti makan dalam keadaan lupa. Keempat : Menahan dari muntah dengan sengaja. Jika ia terpaksa muntah, maka puasanya tidak batal. (وَالَّذِيْ يُفْطِرُ بِهِ الصَّائِمُ عَشْرَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا وَثَانِيْهَا (مَا وَصَلَ عَمْدًا إِلَى الْجَوْفِ) الْمُنْفَتِحِ (أَوْ) غَيْرِ الْمُنْفَتِحِ كَالْوُصُوْلِ مِنْ مَأْمُوْنَةٍ إِلَى (الرَّأْسِ) وَالْمُرَادُ إِمْسَاكُ الصَّائِمِ عَنْ وُصُوْلِ عَيْنٍ إِلَى مَا يُسَمَّى جَوْفًا (وَ) الثَّالِثُ (الْحُقْنَةُ فِيْ أَحَدِ السَّبِيْلَيْنِ) وَهِيَ دَوَاءٌ يُحْقَنُ بِهِ الْمَرِيْضُ فِيْ قُبُلٍ أَوْ دُبُرٍ الْمُعَبَّرِ عَنْهُمَا فِي الْمَتْنِ بِالسَّبِيْلَيْنِ (وَ) الرَّابِعُ (الْقَيْئُ عَمْدًا) فَإِنْ لَمْ يَتَعَمَّدْ لَمْ يَبْطُلْ صَوْمُهُ كَمَا سَبَقَ (وَ) الْخَامِسُ (الْوَطْءُ عَمْدًا فِي الْفَرْجِ) فَلَا يُفْطِرُ الصَّائِمُ بِالْجِمَاعِ نَاسِيًا كَمَا سَبَقَ (وَ) السَّادِسُ (الْإِنْزَالُ) وَهُوَ خُرُوْجُ الْمَنِيِّ (عَنْ مُبَاشَرَةٍ) بِلَا جِمَاعٍ مُحَرَّمًا كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِّهِ أَوْ غَيْرَ مُحَرَّمٍ كَإِخْرَاجِهِ بِيَدِّ زَوْجَتِهِ أَوْ جَارِيَتِهِ وَاخْتَرَزَ بِمُبَاشَرَةٍ عَنْ خُرُوْجِ الْمَنِيِّ بِاحْتِلَامٍ فَلَا إِفْطَارَ بِهِ جَزْمًا (وَ) السَّابِعُ إِلَى آخِرِ الْعَشْرَةِ (الْحَيْضُ وَالنِّفَاسُ وَالْجُنُوْنُ وَالرِّدَةُ) فَمَنْ طَرَأَ شَيْئٌ مِنْهَا فِيْ أَثْنَاءِ الصَّوْمِ أَبْطَلَهُ Hal-hal yang membuat orang berpuasa menjadi batal ada sepuluh perkara. Pertama dan kedua adalah sesuatu yang masuk dengan sengaja ke dalam lubang badan yang terbuka atau tidak terbuka seperti masuk ke dalam kepala dari luka yang tembus ke otak. Yang dikehendaki adalah seseorang yang berpuasa harus mencegah masuknya sesuatu ke bagian badan yang dinamakan jauf (lubang). Ketiga adalah Al Huqnah (menyuntik) di bagian salah satu dari qubul dan dubur. Huqnah adalah obat yang disuntikkan ke badan orang yang sakit melalui qubul atau dubur yang diungkapkan di dalam matan dengan bahasa “sabilaini (dua jalan)”. Keempat adalah muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, maka puasanya tidak batal seperti yang telah dijelaskan. Kelima adalah wathi’ dengan sengaja di bagian farji. Maka puasa seseorang tidak batal sebab melakukan jima’ dalam keadaan lupa seperti yang telah dijelaskan. Keenam adalah inzal, yaitu keluar sperma sebab bersentuhan kulit dengan tanpa melakukan jima’ Baik keluar sperma tersebut diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangannya sendiri, atau tidak diharamkan seperti mengeluarkan sperma dengan tangan istri atau budak perempuannya. Dengan bahasa “sebab bersentuhan kulit”, mushannif mengecualikan keluarnya sperma sebab mimpi basah, maka secara pasti hal itu tidak bisa membatalkan puasa. Ketujuh hingga akhir yang kesepuluh adalah haidh, nifas, gila dan murtad. Maka barang siapa mengalami hal tersebut di tengah-tengah pelaksanaan puasa, maka hal tersebut membatalkan puasanya. (وَيُسْتَحَبُّ فِي الصَّوْمِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ) أَحَدُهَا (تَعْجِيْلُ الْفِطْرِ) إِنْ تَحَقَّقَ الصَّائِمُ غُرُوْبَ الشَّمْسِ فَإِنْ شَكَّ فَلَا يُعَجِّلُ الْفِطْرَ وَيُسَنُّ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَإِلاَّ فَمَاءٍ (وَ) الثَّانِيْ (تَأْخِيْرُ السَّحُورِ) مَالَمْ يَقَعْ فِيْ شَكٍّ فَلَا يُؤَخِّرُ وَيَحْصُلُ السَّحُوْرُ بِقَلِيْلِ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ (وَ) الثَّالِثُ (تَرْكُ الْهَجْرِ) أَيِ الْفُحْشِ (مِنَ الْكَلَامِ) الْفَاحِشِ فَيَصُوْنُ الصَّائِمُ لِسَانَهُ عَنِ الْكَذِبِ وَالْغِيْبَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ كَالشَّتْمِ وَإِنْ شَتَمَهُ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا إِنِّيْ صَائِمٌ إِمَّا بِلِسَانِهِ كَمَا قَالَ النَّوَوِيُّ فِي الْأَذْكَارِ أَوْ بِقَلْبِهِ كَمَا نَقَلَهُ الرَّافِعِيِّ عَنِ الْأَئِمَّةِ وَاقْتَصَرَ عَلَيْهِ. Di dalam puasa ada tiga perkara yang disunnahkan. Salah satunya adalah segera berbuka jika orang yang berpuasa tersebut telah meyaqini terbenamnya matahari (sudah masuk waktu Maghrib). Jika ia masih ragu-ragu, maka tidak diperkenankan segera berbuka. Disunnahkan untuk berbuka dengan kurma kering. Jika tidak maka dengan air. Yang ke dua adalah mengakhirkan sahur selama tidak sampai mengalami keraguan (masuknya waktu Shubuh). Jika tidak demikian, maka hendaknya tidak mengakhirkan sahur. Kesunahan sahur sudah bisa hasil dengan makan dan minum sedikit. Yang ke tiga adalah tidak berkata kotor. Maka orang yang berpuasa hendaknya menjaga lisannya dari berkata bohong, menggunjing orang lain dan sesamanya seperti mencela orang lain. Jika ada seseorang yang mencaci dirinya, maka hendaknya ia berkata dua atau tiga kali,“sesungguhnya aku sedang berpuasa.” Adakalanya mengucapkan dengan lisan seperti yang dijelaskan Imam An Nawawi di dalam kitab al Adzkar. Atau dengan hati sebagaimana yang dinuqil oleh imam ar Rafi’i dari beberapa imam, dan hanya mengucapkan di dalam hati. (وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسِ أَيَّامٍ الْعِيْدَانِ) أَيْ صَوْمُ يَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ وَعِيْدِ الْأَضْحَى (وَأَيَّامُ التَّشْرِيْقِ) وَهِيَ (الثَّلَاثَةُ) الَّتِيْ بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ Haram melakukan puasa di dalam lima hari. Yaitu dua hari raya, maksudnya puasa di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Dan di hari-hari Tasyrik, yaitu tiga hari setelah hari raya kurban (setelah idhul Adha yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah). (وَيُكْرَهُ) تَحْرِيْمًا (صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ) بِلَا سَبَبٍ يَقْتَضِيْ صَوْمَهُ وَأَشَارَ الْمُصَنِّفُ لِبَعْضِ صُوَرِ هَذَا السَّبَبِ بِقَوْلِهِ (إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ عَادَةً لَهُ) فِيْ تَطَوُّعِهِ كَمَنْ عَادَتُهُ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ فَوَافَقَ صَوْمُهُ يَوْمَ الشَّكِّ وَلَهُ صِيَامُ يَوْمِ الشَّكِّ أَيْضًا عَنْ قَضَاءٍ وَنَذْرٍ وَيَوْمُ الشَّكِّ هُوَ يَوْمُ الثَّلَاثِيْنَ مِنْ شَعْبَانَ إِذَا لَمْ يُرَى الْهِلَالُ لَيْلَتَهَا مَعَ الصَّحْوِ وَ تَحَدَّثَ النَّاسُ بِرُؤْيَتِهِ وَلَمْ يُعْلَمْ عَدْلٌ رَآهُ أَوْ شَهِدَ بِرُؤْيَتِهِ صِبْيَانٌ أَوْ عَبِيْدٌ أَوْ فَسَقَةٌ Hukumnya makruh tahrim melakukan puasa di hari Syak tanpa ada sebab yang menuntut untuk melakukan puasa pada hari itu. Mushannif memberi isyarah pada sebagian contoh-contoh sebab ini dengan perkataan beliau, “kecuali jika kebiasannya melakukan puasa bertepatan dengan hari tersebut”. Seperti orang yang memiliki kebiasaan puasa satu hari dan tidak puasa satu hari, kemudian giliran puasanya bertepatan dengan hari Syak. Seseorang juga diperkenankan melakukan puasa di hari Syak sebagai pelunasan puasa qadha’ dan puasa nadzar. Hari Syak adalah hari tanggal tiga puluh Sya’ban ketika hilal tidak terlihat di malam hari sebelumnya padahal langit dalam keadaan terang, sedangkan orang-orang membicarakan bahwa hilal telah terlihat namun tidak ada orang adil yang diketahui telah melihatnya, atau yang bersaksi telah melihatnya adalah anak-anak kecil, budak atau orang-orang fasiq. (وَمَنْ وَطِئَ فِيْ نَهَارِ رَمَضَانَ) حَالَ كَوْنِهِ (عَامِدًا فِي الْفَرْجِ) وَهُوَ مُكَلَّفٌ بِالصَّوْمِ وَنَوَى مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ آثِمٌ بِهَذَا الْوَطْءِ لِأَجْلِ الصَّوْمِ(فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ (فَإِنْ لَمْ يَجِدْ) هَا (فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ) صَوْمَهُمَا (فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا) أَوْفَقِيْرًا (لِكُلِّ مِسْكِيْنٍ مُدٌّ) أَيْ مِمَّا يُجْزِئُ فِيْ صَدَقَةِ الْفِطْرِ فَإِنْ عَجَزَ عَنِ الْجَمِيْعِ اسْتَقَرَّتِ الْكَفَارَةُ فِيْ ذِمَّتِهِ فَإِذَا قَدَرَ بَعْدَ ذَلِكَ عَلَى خَصْلَةٍ مِنْ خِصَالِ الْكَفَارَةِ فَعَلَهَا Barang siapa melakukan jima’ di siang hari bulan Romadhon dalam keadaan sengaja melakukannya di bagian farji, dan dia adalah orang yang diwajibkan untuk berpuasa dan telah niat melakukan puasa di malam harinya serta dia dianggap berdosa melakukan jima’ tersebut karena berpuasa, maka wajib baginya untuk mengqadha’ puasanya dan membayar kafarat. Kafarat tersebut adalah memerdekakan budak mukmin. Dalam sebagian redaksi ada penjelasan “budak yang selamat dari cacat yang bisa mengganggu di dalam bekerja dan beraktifitas”. Jika ia tidak menemukan budak, maka wajib melakukan puasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu melakukan puasa dua bulan, maka wajib memberi maka enam puluh orang miskin atau faqir. Masing-masing mendapatkan satu mud, maksudnya dari jenis bahan makanan yang bisa mencukupi di dalam zakat fitrah. Jika ia tidak mampu melakukan semuanya, maka kafarat tersebut tetap menjadi tanggungannya. Ketika setelah itu ia mampu melakukan salah satunya, maka wajib baginya untuk melakukannya. (وَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ) فَائِتٌ (مِنْ رَمَضَانَ) بِعُذْرٍ كَمَنْ أَفْطَرَ فِيْهِ لِمَرَضٍ وَلَمْ يَتَمَكَّنْ مِنْ قَضَائِهِ كَأَنِ اسْتَمَرَّ مَرَضُهُ حَتَّى مَاتَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ فِيْ هَذَا الْفَائِتِ وَلَا تُدَارَكُ لَهُ بِالْفِدْيَةِ وَإِنْ فَاتَ بِغَيْرِ عُذْرٍ وَمَاتَ قَبْلَ التَّمَكُّنِ مِنْ قَضَائِهِ (أُطْعِمَ عَنْهُ) أَيْ أَخْرَجَ الْوَلِيُّ عَنِ الْمَيِّتِ مِنْ تِرْكَتِهِ (لِكُلِّ يَوْمٍ) فَاتَ (مُدُّ) طَعَامٍ وَهُوَ رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْبَغْدَادِيِّ وَهُوَ بِالْكَيْلِ نِصْفُ قَدَحٍ مِصْرِيٍّ وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ هُوَ الْقَوْلُ الْجَدِيْدُ وَالْقَدِيْمُ لَايَتَعَيَّنُ الْإِطعَامُ بَلْ يَجُوْزُ لِلْوَلِيِّ أَيْضًا أَنْ يَصُوْمَ عَنْهُ بَلْ يُسَنُّ لَهُ ذَلِكَ كَمَا فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ وَصَوَّبَ فِي الرَّوْضَةِ الْجَزْمَ بِالْقَدِيْمِ Barangsiapa meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa Romadhon yang ia tinggalkan sebab udzur seperti orang yang membatalkan puasa sebab sakit dan belum sempat mengqadha’inya semisal sakitnya terus berlanjut hingga ia meninggal dunia, maka tidak ada tanggungan dosa baginya di dalam puasa yang ia tinggalkan ini, dan tidak perlu ditebus dengan fidyah. Jika hutang puasa tersebut bukan karena udzur dan ia meninggal dunia sebelum sempat mengqadla’inya, maka wajib memberikan makanan sebagai ganti dari hutang puasanya. Maksudnya bagi seorang wali wajib mengeluarkan untuk mayat dari harta peninggalannya. Setiap hari yang telah ditinggalkan diganti dengan satu mud bahan makanan. Satu mud adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Bagdad. Dan dengan takaran adalah separuh wadah takaran negara Mesir. Apa yang telah disebutkan oleh mushannif adalah qaul Jadid. Sedangkan menurut qaul Qadim, tidak harus memberi bahan makanan, bahkan bagi wali juga diperkenankan untuk melakukan puasa sebagai pengganti dari orang yang meninggal, bahkan hal itu disunnahkan bagi seorang wali sebagaimana keterangan di dalam kitah Syarh Al Muhadzdzab. Dan di dalam kitab Ar Raudlah, Imam An Nawawi membenarkan kemantapan dengan pendapat qaul Qadim. (وَالشَّيْخُ الْهَرَمُ) وَالْعَجُوْزُ وَالْمَرِيْضُ الَّذِيْ لَا يُرْجَى بُرْؤُهُ (إِذَا عَجَزَ) كُلٌّ مِنْهُمْ (عَنِ الصَّوْمِ يُفْطِرُ وَيُطْعِمُ عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا) وَلَايَجُوْزُ تَعْجِيْلُ الْمُدِّ قَبْلَ رَمَضَانَ وَيَجُوْزُ بَعْدَ فَجْرِ كُلِّ يَوْمٍ Orang laki-laki tua, wanita lansia, dan orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh, ketika masing-masing dari ketiganya tidak mampu untuk berpuasa, maka diperkenankan untuk tidak berpuasa dan memberi bahan makanan sebanyak satu mud sebagai ganti dari setiap harinya. Tidak diperkenankan menta’jil pembayaran mud (fidhiyah) sebelum masuk bulan Romadhon, dan baru boleh dibayarkan setelah terbit fajar setiap harinya. (وَالْحَامِلُ وَالْمُرْضِعُ إِنْ خَافَتَا عَلَى أَنْفُسِهِمَا) ضَرَرًا يَلْحَقُهُمَا بِالصَّوْمِ كَضَرَرِ الْمَرِيْضِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ وَإِنْ خَافَتَا عَلَى أَوْلَادِهِمَا) أَيْ إِسْقَاطِ الْوَلَدِ فِيْ الْحَامِلِ وَقِلَّةِ اللَّبَنِ فِي الْمُرْضِعِ (أَفْطَرَتَا وَ) وَجَبَ (عَلَيْهِمَا الْقَضَاءُ) لِلْإِفْطَارِ (وَالْكَفَارَةُ) أَيْضًا وَالْكَفَارَةُ أَنْ يُخْرَجَ (عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدٌّ وَهُوَ) كَمَا سَبَقَ (رِطْلٌ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ) وَيُعَبَّرُ عَنْهُ بِالْبَغْدَادِيِّ Bagi wanita hamil dan menyusui, jika keduanya khawatir terjadi sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri sebab berpuasa seperti bahaya yang dialami oleh orang sakit, maka diperkenankan untuk tidak berpuasa dan wajib bagi mereka berdua untuk mengqadha’inya. Jika keduanya khawatir pada anaknya, maksudnya khawatir keguguran bagi wanita hamil dan sedikitnya air susu bagi ibu menyusui, maka keduanya diperkenankan tidak berpuasa dan wajib bagi keduanya untuk mengqadha’i sebab membatalkan puasa dan juga membayar kafarat (fidhiyah). Kafaratnya adalah setiap harinya wajib mengeluarkan satu mud. Satu mud, seperti yang telah dijelaskan, adalah satu rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq. Dan diungkapkan dengan negara Baghdad. (وَالْمَرِيْضُ وَالْمُسَافِرُ سَفَرًا طَوِيْلًا) مُبَاحًا إِنْ تَضَرَّرَا بِالصَّوْمِ (يُفْطِرَانِ وَيَقْضِيَانِ) وَلِلْمَرِيْضِ إِنْ كَانَ مَرَضُهُ مُطْبِقًا تَرْكُ النِّيَةِ مِنَ اللَّيْلِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُطْبِقًا كَمَا لَوْ كَانَ يَحُمَّ وَقْتًا دُوْنَ وَقْتٍ وَكَانَ وَقْتُ الشُّرُوْعِ فِي الصَّوْمِ مَحْمُوْمًا فَلَهُ تَرْكُ النِّيَةِ وَإِلَّا فَعَلَيْهِ النِّيَةُ لَيْلًا فَإِنْ عَادَتِ الْحُمَى وَاحْتَاجَ لِلْفِطْرِ أَفْطَرَ Orang yang sakit dan bepergian jauh yang hukumnya mubah, jika ia merasa berat untuk berpuasa, maka bagi keduanya diperkenankan untuk tidak berpuasa dan wajib mengqadha’inya. Bagi orang sakit, jika sakitnya terus menerus, maka baginya diperkenankan untuk tidak niat berpuasa di malam hari. Dan jika sakitnya tidak terus menerus, seperti demam dalam satu waktu dan tidak di waktu yang lain, namun di waktu memasuki pelaksanaan puasa (menginjak pagi hari) demamnya kambuh, maka baginya diperkenankan untuk tidak niat berpuasa (di malam hari). Jika tidak demikian, maka wajib baginya untuk niat di malam hari. Kemudian jika demamnya kambuh dan ia butuh untuk membatalkan puasa, maka diperkenankan untuk membatalkan puasanya. وَسَكَتَ الْمُصَنِّفُ عَنْ صَوْمِ التَّطَوُّعِ وَهُوَ مَذْكُوْرٌ فِي الْمُطَوَّلَاتِ وَمِنْهُ صَوْمُ عَرَفَةَ وَعَاشُوْرَاءَ وَتَاسُوْعَاءَ وَأَيَّامِ الْبِيْضِ وَسِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ Mushannif tidak menjelaskan tentang puasa sunnah. Dan puasa sunnah disebutkan di dalam kitab-kitab yang diperluas pembahasannya. Di antaranya adalah puasa Arafah, Asyura’, Tasu’a’, Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15), dan puasa enam hari di bulan Syawal. (Kitab Fathul Qorib – Asy Syaikh Al Imam Al Alim Al Allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al Ghozi Asy Syafi’I, Bab Hukum Puasa, Hal.58, Penerbit Darul Kutub Al Islamiyyah) Adapun sanad muttashil bersambung kepada pengarang kitab Fathul Qarib, al-Faqir riwayatkan sebagai berikut : الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن السيد قاسم بن ابراهيم البحر الديمي الحسيني عن والده العلامة نفيس الإسلام السيد سليمان إدريسى بن محمد بن سليمان (الأوسط) بن عبد الله بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .وعن عمه صنو أبيه صفى الإسلام ومفتى الأنام السيد أحمد إدريسى بن محمد بن سليمان (الأوسط) بن عبد الله بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .كلاهما : عن والدهما السيد العلامة محمد بن سليمان(الأوسط) بن عبد الله بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .عالياً : عن جده لأمه وجيه الإسلام ومفتى الأنام محدث الديار اليمنية ومسندها السيد العلامة عبد الرحمن بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى – مصنف النفس اليمانى فى إجازة القضاة الثلاثة بنى الشوكانى رحمه الله تعالى .ونازلاً: عن والده العلامة نفيس الدين أبى الربيع السيد سليمان (الأوسط) بن عبدالله بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى (خطيب الجامع الكبير في زبيد ) رحمه الله تعالى.عن والده العلامة عفيف الدين السيد عبـد الله بن سليمان بن يحى بن عمـر مقبول الأهدل الـزبيـدى رحمه الله تعالى .وعن عمه صنو أبيه جد إبنه المذكور السيد عبدالرحمن بن سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى (مصنف النفس اليمانى فى إجازة القضاة الثلاثة بنى الشوكانى) رحمه الله تعالى .عن والده نفيس الإسلام ومفتى الأنام أبى الربيع وأبى المحاسن السيد سليمان بن يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .عن شيخه العلامة صفى الإسلام السيد أحمد بن محمد شريف مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .عن شيخه وخاله السيد يحيى بن عمر مقبول الأهدل الزبيدى رحمه الله تعالى .عن شيخه العلامة الحافظ عبد الله بن سالم البصري رحمه الله تعالى . وعن شيخه العلامة الحافظ أحمد بن محمد النخلي المكي رحمه الله تعالى .عن شيخهما العلامة برهان الدين أبى إسحاق الملا إبراهيم بن الحسن الكوراني الكردي ثم المدنى رحمه الله تعالى .عن الصفى أحمد بن محمد القشاشى رحمه الله تعالى . عن أبى المواهب أحمد بن على الشناوى رحمه الله تعالى .عن أبيه الشيخ على الشناوى رحمه الله تعالى .عن الشيخ العارف بالله تعالى عبد الوهاب بن محمد الشعرانى رحمه الله تعالى .عن شيخه شمس الدين محمد الدواخلى المصرى الشافعى المتوفى سنة 939هـ رحمه الله تعالى .عن المصنف رحمه الله تعالى ، وبه سائر مصنفاته Sedangkan sanad yang lebih tinggi, alfaqir riwayatkan: الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين اصمت البتاوي عن السيد عبد الرحمن الكتاني عن والده الحافظ السيد محمد عبد الحي الكتاني عن شيخه عبد الله السكري عن عبد الرحمن الكزبري عن محمد مصطفى الرحمتي عن عبد الغني النابلسي عن نجم الدين الغزي عن والده بدر الدين الغزي عن عبد الرحيم العباسي المصري عن المؤلف الامام محمد بن قاسم الغزي Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. Kitab Adabul Insan (As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya), lanjutan. Fasal yang pertama : Adab Hamba kepada Tuhannya. Bermula setelah si hamba mengenal pada Tuhan Rabbul alamin dengan segala sifat-Nya yang wajib yang dari pada itu bahwasanya Allah Ta’ala amat mengetahui dan amat melihat dan amat mendengar dan bahwasanya Allah Ta’ala berjanji memberi surga kepada hamba-Nya yang mengerjakan perintahn-Nya lagi menjauhkan larangan-Nya, dan berjanji menyiksa dengan api neraka atas yang meninggalkan perintah-Nya atau melanggar larangan-Nya, maka tentulah si hamba yang beriman itu mengerjakan segala yang wajib atasnya seupama mengaji, sembahyang, puasa, dan menjauhkan segala maksiat dan tentulah ia turut perjalanan orang baik-baik yang ada sebutannya di dalam pasal ini. (Kitab Adabul Insan - As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, halaman 4 - 5, Penerbit Syirkah Maktabah Al Madaniyyah) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. Kitab Adabul Insan (As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya), lanjutan. Pasal yang Ketiga : Adab Orang Kecil Punya Kelakuan yang Patut kepada Orang Besar. Bermula patut atas sekalian orang yang duduk di bawah teduh keadilan bahwa sekalian itu mesti ingat baik-baik akan keadilan punya kebajikan atas sekalian dan patut sekalian akan menerima kasih (berterimakasih, pen) banyak dengan segala kehormatan atas keadilan punya kasihan memelihara akan kita sekalian hingga kita dapat segala kenangan atas kehidupan kita dan atas memelihara akan anak bini kita dan atas menjalankan agama kita dengan tiada ada yang berani menyakiti atas kita atau atas agama kita atau harta kita, maka sekalian itu dapat dari pemerintahan punya kekuatan dan punya menjalankan keadilannya atas rakyat sekalian adanya. Adapun yang dikata orang yang menerima kasih yaitulah orang menuruti perintah negara serta menjauhkan segala larangan dengan kelakuan orang yang baik-baik yang terpuji di mata orang baik-baik, maka bukan ia orang yang cuma berkata terima kasih padahal ia melanggar perintah negara adanya. Sebagai lagi orang yang tiada dapat ingat akan keadilan punya baik kepada anak-anak negeri, maka sekira-kiranya jikalau ia dapat tinggal di dalam suatu dusun yang tiada ada polisi di dalamnya, maka tentulah ia dapat takut atas jiwanya dan atas hartanya dan atas anak bininya dan apabila ia mendapat suatu kesusahan atau kegagahan daripada manusia, maka tiadalah ia dapat yang menolong akan dia, maka ketika itulah baru ia mengerti dan ia dapat ingat akan kesenangan orang-orang yang duduk di bawah teduh keadilan pemerintahan. Adapun umpamanya itu seperti orang yang dapat kedatangan kemiskinan hingga melarat, ketika itulah ia dapat ingat kekayaan punya senang dan demikian pula sepertinya orang yang dapat sakit badan ketika itulah ia dapat ingat kesegarannya badan punya enak, maka dari itu diketahui bahwasanya paling jahat manusia yaitu yang tiada berterima kasih kepada keadilan dengan melanggar larangannya atau perintahnya, maka patut dikata bahwa orang itu paling jahat sebab dia membalas jahat kepada yang membuat kebaikan kepadanya, dan patut pula dikata akan orang itu paling bodo, sebab dia tarik kecelakaan atas dirinya sendiri adanya. Sebagai lagi orang yang melanggar aturan negeri dengan sangkanya atau pikirannya yang pendek bahwa ia nanti boleh dapat suatu keuntungan bagi dirinya, maka sebenarnya itu dia mesti dapat kecelakaan atas dirinya maka upamanya itu ibarat seorang yang dilarang oleh yang memeliharakannya atas berjalan di dalam suatu jalan yang ada di dalamnya segala barang tajam dan segala lubang, maka ia berjalan juga dengan sengaja hingga ia dapat luka dan jatuh di dalam lubang, maka semuanya itu dari karena dia punya salah sendiri melanggar larangan yang memeliharakan dia. (Kitab Adabul Insan - As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, halaman 6 - 7, Penerbit Syirkah Maktabah Al Madaniyyah) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. Kitab Adabul Insan (As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya), lanjutan. Pasal yang Keempat : Adab Orang yang Muda kepada Orang Tua. Bermula sebagaimana terpuji membuat kehormatan yang muda kepada emak bapak dan kepada guru-guru, maka demikian pula terpuji membuat kehormatan kepada orang tua-tua yaitu dengan memuliakan memberi salam kepadanya dan memberi kelakuan yang baik kepadanya dan berduduk di sebelah bawah daripadanya dan berjalan di sebelah belakang daripadanya dan mendengar nasihatnya jika ia memberi nasihat dan jangan menjawab dengan perkataan yang kasar kepadanya dan jangan membawa tingkah laku terburu-buru(?) muda di hadapannya. Adapun orang yang memberi hormat orang yang lebih tua daripadanya maka diharapkan panjang umurnya dengan mendapat segala kehormatan daripada orang-orang yang lebih muda daripadanya, maka demikianlah yang sudah-sudah balasan Tuhan Robbil alamin kepada hamba-Nya. (Kitab Adabul Insan - As Sayyid Al Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya, halaman 8 - 9, Penerbit Syirkah Maktabah Al Madaniyyah) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. Tanya jawab seputar puasa. Berikut ini adalah kumpulan tanya jawab seputar puasa yang pernah di tanyakan kepada Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus. Tanya : Apakah wajib berniat shaum di bulan Ramadhan setiap harinya ataukah cukup satu kali niat saja untuk sebulan penuh? Dan kapan sempurnanya hal itu ? Jawab : Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Setiap amalan bergantung pada niat dan bagi setiap seseorang (akan mendapatkan) apa yang dia niatkan”. Maka ini adalah dalil tentang keharusan niat dalam amalan-amalan. Dan yang jelas adalah seseorang harus berniat di setiap harinya. Tanya : Bolehkah niat puasa Ramadhan sesudah waktu subuh? Jawab : Tidak boleh, kecuali puasa sunnah, Niat bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan di niatkan pada waktu malam sampai sebelum subuh, dan niat pada puasa sunnah boleh diniatkan pada waktu malam hari sampai sebelum waktu dzuhur. Tanya : Apabila seseorang bangun dari tidurnya setelah terbit fajar pada hari pertama di bulan Ramadhan kemudian dia makan, sedang dia dalam keadaan tidak mengetahui kalau hari itu adalah awal bulan Ramadhan dan diberitahukan setelahnya. Apakah ia terus berpuasa atau berbuka ? Jawab : Ya, ia berpuasa dan tidak ada mudharat baginya karena ia mengira masih ada sisa malam kemudian dia berpuasa dan puasanya benar. Tanya : Apakah boleh bagi seorang yang ragu akan awal masuknya bulan Ramadhan untuk berpuasa sehari sebelumnya? Jawab : Dari kalangan Al Hanbali (pengikut-nya madzhab Ahmad bin Hanbal) ada yang berpendapat seperti itu akan tetapi yang benar adalah tidak dibolehkan puasa sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam: “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan shaum sehari sebelumnya atau dua hari sebelumnya”. Dan dari sahabat Ammar bin Yasir “Barangsiapa yang berpuasa pada hari syakk (ragu-ragu) maka telah bermaksiat kepada Abul Qasim”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihat ru’yah dan berbukalah dengan melihat ru’yah. Jika tertutupi awan maka sempurnakanlah hitungan Sya’ban 30 hari”. Tanya : Apabila seseorang sedang makan sahur kemudian muadzin mengumandangkan adzan apakah wajib baginya untuk membuang/mengeluarkan apa-apa yang ada di mulutnya ataukah memakannya ? Jawab : Adapun yang ada di mulutnya maka tidak boleh untuk mengeluarkannya akan tetapi tidak boleh memakan sesuatu apapun setelahnya kecuali air, bahwa Nabi berdasarkan hadits sunan Abu Dawud dari Abu Hurairah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Apabila muadzin telah mengumandangkan adzan, sedangkan bejana masih dalam tangan seseorang, maka hendaklah dia mengambil keperluan darinya.” Maka dengan hadits ini tidak mengapa seseorang untuk meminum apabila telah dikumandangkan adzan oleh muadzin dengan syarat air tersebut masih dipegang oleh tangannya. Tanya : Apa boleh orang berpuasa keramas disiang hari ? Jawab : Keramas bukanlah termasuk hal-hal yang membatalkan puasa, oleh karena itu, keramas ketika sedang berpuasa tidak apa-apa, alias boleh, dengan catatan air tidak masuk kedalam tubuh atau ketelan. Tanya : Bolehkah memakai siwak dan sikat gigi/odol disiang hari ? Jawab : Adapun memakai siwak dari batangnya maka ini tidak mengapa, walaupun warna-nya hijau. Adapun odol atau sikat gigi maka kami menasehatkan untuk meninggalkannya di bulan Ramadhan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, وبالِغُ فَي الأِستِنشاقإِلاَّ َأنْ تكُونَ صائِما “Dan sempurnakanlah pada waktu istinsyaq kecuali dalam keadaan shaum.” Karena sesungguhnya apabila dia dalam keadaan shaum maka ditakutkan akan mengalir atau masuk airnya ke dalam perutnya. Tanya : Apa hukumnya memakai obat-obatan yang berupa tetes mata atau tetes telinga atau untuk hidung ? Jawab: Saya katakan sesungguhnya keluar dari perkara ini adalah dengan cara berbuka dan sungguh dia sudah diperbolehkan untuk berbuka sesuai dengan firman Allah Ta’ala, {فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِیْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةُ مِنْ أَیَّامٍ أُخَر} “Barangsiapa yang di antara kalian dalam keadaan sakit atau bepergian, maka hendaknya diganti dengan hari-hari yang lainnya.” Maka apabila dia terbukti sakit sedang dia membutuhkan kepada pengobatan maka kami nasehatkan supaya berbuka dan menqadha. Dan apabila telah dinyatakan oleh para dokter satu obat di siang hari di bulan Ramadhan, maka jika dia tidak berbuka tidak membatalkannya kecuali apa-apa yang sampai pada tenggorokannya. Dan kebanyakannya orang yang diobati matanya dengan obat tetes kadang-kadang mendapat-kan rasanya pada tenggorokannya, maka hendaknya untuk menjauhi akan hal ini walaupun hal tersebut tidak membatalkan puasa. Tanya : Apa hukumnya seorang perempuan merasakan masakannya ketika ia memasak makanan dengan ujung lidahnya supaya mengetahui apa yang kurang dari bumbu-bumbu masakan tersebut ? Jawab: Tidak mengapa tentang hal itu, insya Allah. Dan jangan sampai ada yang masuk ke tenggorokannya sesuatu apapun, karena hal tersebut dapat membatalkan puasa. Tanya : Apakah bermimpi disiang hari sehingga mengeluarkan mani membatalkan puasa? Jawab : Tidak membatalkan puasa, hanya saja untuk mandi mengangkat hadats besar bila ingin melakukan sholat dan perbuatan ibadah lainnya, kecuali keluar mani disiang hari dikarenakan berjimak, menonton film porno, terangsang karena melihat aurat atau menghayal jorok maka hal tersebut membatalkan puasa, Tanya : Jika malam bersetubuh atau mimpi basah lalu belum mandi mengangkat hadats besar sehingga sudah masuk waktu subuh apakah batal puasanya? Jawab : Puasanya sah, hanya saja untuk mandi mengangkat hadats besar bila ingin melakukan sholat dan perbuatan ibadah lainnya. Tanya : Bolehkan orang yang bepergian setelah fajar membatalkan puasa? Jawab : Tidak boleh, karena bolehnya membatalkan puasa bagi musâfir, jika berangkatnya sebelum fajar. namun menurut Imam Muzâni tetap diperbolehkan membatalkan puasa. Tanya : Sahkah puasa tanpa sahur walupun kuat berpuasa? Jawab : Sah, tetapi bila puasa tanpa sahur dia tidak mendapat pahala ibadah sahur. Tanya : Apakah boleh menggabung puasa antara mengqodho puasa Ramadhan dengan puasa sunnah hari senin atau hari kamis kebetulan saat menqodhonya bertepatan dengan hari itu, di gabung dengan satu niat? Jawab : Bisa atau boleh, apabila keduanya diniati, diperbolehkan menggabung antara puasa wajib dengan puasa sunnah atau menggabung antara puasa sunnah dengan puasa sunnah, yang tidak boleh menggabung antara puasa wajib dengan puasa wajib, seperti contoh : menggabung niat puasa qodho Ramadhon dengn puasa nadzar, maka hal tersebut tidak boleh, dan dalam menggabung antara puasa yang wajib dengan sunnah maka niat yang di dahulukan adalah yang wajibnya, baru mengikuti yang sunnah, ulama mengatakan jika niatnya sunnah dahulu baru mengikuti yang wajib maka sunnahnya tidak dapat hanya dapat wajibnya. Tanya : “Terpaksa” sering dibuat alasan sebagai pembenaran atas semua tindakan. Sebagaimana realita yang terjadi di sekeliling kita. Walaupun sudah tahu bulan puasa, masih saja ada yang berjualan makanan disiang hari. Bolehkah menjual makanan disiang hari pada saat bulan Ramadhan? Jawab : Tidak boleh, karena mendorong terjadinya maksiat. Kecuali menjual makanan untuk persiapan buka puasa. Tanya : Apakah masuknya air tanpa disengaja pada bagian anggota tubuh semisal telinga dapat membatalkan puasa? Jawab : Membatalkan puasa, kecuali ketika mandi wajib atau sunah. Tanya : Bila seseorang bertaubat dan kita ingin mengqodho puasa Ramadhan, berapakah puasa yang harus di-qadha’, bila seseorang lupa jumlah puasa yang ditinggalkannya? Jawab : Wajib mengqadho’ puasa sampai yakin sudah dikerjakan semua. Tanya : Apabila kita sedang menjalani ibadah puasa, lantas kita ngupil (mengkorek hidung) atau mengkorek telinga, bagaimana status hukumnya? Batalkah puasa kita? Jawab : Pada dasarnya puasa bisa menjadi batal apabila ada sesuatu yang masuk kedalam tubuh kita melalui lubang-lubang pada tubuh semisal mulut, hidung, telinga, anus, maupun kemaluan. Ngupil (mengkorek hidung) atau mengorek telinga bisa menjadikan batal puasanya jika mengoreknya terlalu dalam dan dengan disengaja, batasan dalam adalah rogga hidung. Tanya : Bagaimana cara mengqodho puasa yang sudah lama belum diqodho sudah masuk puasa selanjutnya? Jawab : Puasa yang belum diqodho dan sudah lewat dari waktunya dan sudah masuk puasa berikutnya, maka dia wajib mengqodho puasanya yang belum diqodho dan juga untuk mengeluarkan fidhiyah dari jumlah banyaknya puasa yang belum diqodhonya, dan setiap tahun bertambah fidhiyah dari puasa yang belum di qodhonya tersebut. Contoh : Kita pernah tidak puasa pada tahun 2014 sebanyak 10 hari, pada tahun tersebut kita belum mengqodhonya, lalu sudah masuk puasa tahun 2015 berapa yang harus diqodho? Selain wajib mengqodho 10 puasa juga harus mengeluarkan fidhiyah sebanyak 10 fidhiyah (memberi makan 10 orang dengan ukuran 1 mud perorang) karena sudah masuk puasa berikutnya. Pada tahun 2015 kita baru bisa mengqodho 3 puasa yang tahun 2014 maka tersisa 7 puasa dan belum juga mengeluarkan fidhiyah yang 10 dan sudah masuk puasa tahun 2016, berapa yang harus dibayar sedangkan di tahun 2015 tidak ada tanggungan puasa (puasa full)? Selain wajib mengqodho sisa puasa tahun 2014 sebanyak 7 kali juga mengeluarkan fidhiah sebanyak 17 fidhiyah (fidhiyah tahun 2014 sebanyak 10, dan fidhiyah di tahun 2015 sebanyak 7) kenapa fidhiyah menjadi bertambah sedangkan puasanya tetap? Karena setiap tahun fidhiyah bertambah dari jumlah puasa yang belum diqodhonya. Oleh sebab itu qodholah segera puasa Ramadhan yang pernah ditinggalkannya sebelum masuk Ramadhan berikutnya karena fidhiyah bertambah setiap tahun dari jumlah puasa yang belum diqodhonya. Tanya : Berapakah ukuran 1 Mud? Jawab : Satu mud adalah seperempat sha’. Dan sha’ yang dimaksud ialah sha’ nabawi, yaitu sha’-nya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu sha’ nabawi sebanding dengan 480 (empat ratus delapan puluh) mitsqal dari biji gandum yang bagus. Satu mitsqal, sama dengan 4,25 gram. Jadi 480 mitsqal seimbang dengan 2040 gram. Berarti satu mud adalah 510 gram. (Majalisu Syahri Ramadhan, 162 dan Syarhul Mumti’ (6/176)) Menurut pendapat Syaikh Abdullah Al Bassam, satu sha’ nabawi adalah empat mud. Satu mud, sama dengan 625 gram, karena satu sha’ nabawi sama dengan 3000 gram. (Taudhih Al Ahkam (3/178)) Berdasarkan ukuran yang telah disebutkan, maka kita bisa memperkirakan bahwa satu mud dari biji gandum bekisar antara 510 hingga 625 gram. Para ulama telah menjelaskan, fidyah dari selain biji gandum, seperti beras, jagung dan yang lainnya adalah setengah sha’ (dua mud). Dan kita kembali kepada ayat, bahwa orang yang melebihkan di dalam memberi makan kepada orang miskin, yaitu dengan memberikan kepada orang miskin lainnya, maka itu adalah lebih baik baginya. Tanya : Bolehkah fidhiyah dengan uang? Jawab : Sebagian besar ulama tidak membolehkan fidhiyah dengan uang melainkan dengan memberi makan faqir atau miskin. Tanya : Kalau mau bayar fidyah hanya dengan beras mentahan saja itu berapa kg? Jawab : Membayar fidyah bisa dengan dua cara : 1. Mentahnya, dengan ukuran beras kurang lebih satu kg, dan hendaknya diberi tambahan lauk seperti telur, ikan kaleng, dan yang semisalnya. 2. Makan jadi, dengan mengundang orang miskin makan dirumahnya hingga kenyang. Tanya : Apakah dibolehkan berjimak dengan istri di bulan Ramadan? Jawab : Boleh jika dilakukan pada malam hari sampai sebelum waktu subuh, dan di haramkan serta berdosa besar jika dilakukan disiang hari, dan wajib selain mengqodho juga untuk membayar kafarat bagi orang sedang berpuasa Ramadhan melakukan jimak disiang hari. Tanya : Apakah kafarat bagi orang (suami istri) yang berjimak disiang hari dibulan Ramadhan? Jawab : Kafaratnya bagi orang (suami istri) yang berjimak disiang hari dibulan Ramadhan adalah membebaskan budak atau berpuasa dua bulan berturut-turut atau memberikan makan kepada 60 faqir atau miskin. Tanya : Bolehkah memakai sifat saat sedang berpuasa ? Jawab : Memakai celak saat berpuasa hukumnya boleh dan tidak membatalkan puasanya. Tanya : Bolehkah memakai Lipstik, lipgloss dan makeup saat berpuasa? Jawab : Boleh, karena itu semua berada disekitar luar. Tanya : Bolehkah memakai Inhaler? Jawab : Menggunakan inhaler saat puasa dapat membatalkan puasa, karena inhaler bukan semata bau tanpa 'ain atau zat di dalamnya. Sebagaimana didefinisikan oleh ahli farmasi bahwa inhaler adalah sebuah alat kesehatan yang digunakan untuk mengantarkan obat ke dalam tubuh melalui paru-paru. Tanya : Apakah membatalkan puasa memakai obat kumur seperti obat kumur antiseptik dan lainnya? Jawab : Tidak membatalkan puasa asalkan tidak masuk kedalam tenggorokan (tertelan). Tanya : Apa hukum memakai Obat yang ditempatkan di bawah lidah saat berpuasa, apakah membatalkan puasa? Jawab : Obat yang ditempatkan dibawah lidah tidak membatalkan puasa asalkan tidak adanya cairan obat tersebut yang masuk ketenggorokan (tertelan), jika tertelan maka membatalkan puasa, hendaknya kalau memang dalam keadaan sakit maka untuk berbuka dan untuk mengqodho puasanya di lain waktu disaat sehat.. Tanya : Apa hukumnya menggunakan suppositoria (obat yang dimasukkan ke anus atau vagina atau lubang atau celah pada tubuh lainnya) di siang hari bulan Ramadhan jika orang yang berpuasa mengalami sakit? Jawab : Memakai obat dengan cara suppositoria maka membatalkan puasa, sebab yang membatalkan puasa adalah masuknya sesuatu ke dalam jauf, yaitu rongga yang terbuka, dengan sengaja, bukan terpaksa dan mengetahui keharaman tindakan tersebut. Tanya : Batalkah puasa jika muntah? Jawab : Jika seseorang muntah dengan sengaja maka batallah puasanya, dan jika muntah tidak dengan sengaja, maka tidak batal. Tanya : Apakah mimisan membatalkan puasa? Jawab : Mimisan tidak membatalkan puasa walaupun banyak, karena perisitwa itu terjadi tanpa disengaja. Tanya : Apakah hukum berkumur ketika sedang puasa disiang hari? Jawab : Hukum berkumur saat berpuasa di siang hari adalah makruh, bahkan bisa membatalkan puasa jika berlebihan dalam berkumur yang dapat menyebabkan masuknya air kedalam tenggorokan. Tanya : Apakah hukum berkumur dalam wudhu di saat berpuasa? Jawab : Hukum berkumur dalam wudhu saat berpuasa adalah sunnah, asalkan tidak berlebihan. Imam An Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama Syafi’iyah dan pendapat Imam Syafi’i tetap disunnahkan bagi orang yang berpuasa saat berwudhu untuk berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung, sebagaimana yang tidak berpuasa disunnahkan demikian. Akan tetapi bagi yang berpuasa disyaratkan tidak berlebih-lebihan (mubalaghah). Yang terjadi perselisihan, ketika masuk air dalam rongga tubuh saat berkumur-kumur atau memasukkan air dalam hidung. Pendapat ulama Syafi’iyah adalah batal jika memasukkan airnya berlebihan. Namun jika tidak berlebihan, tidaklah batal.” (Al-Majmu’, 6: 230) Pertanyaan : Jika kita ragu (belum yakin) apakah sudah Maghrib atau belum, bolehkah kita berbuka puasa? Jawaban : Tidak boleh, haram baginya untuk berbuka sehingga dia berijtihad dan mempunyai zhon (keyakinan yang kuat) bahwa waktu sudah Maghrib atau mendapatkan informasi bahwa sudah masuk waktu Maghrib dari orang yang tahu yang telah diyakini kebenarannya oleh kita. Tanya : Apakah bekam dan suntik pada saat puasa bisa membatalkan puasa? Jawab : bekam tidak membatalkan puasa, namun sebagian mengatakan makruh jika membuat lemah tubuh hingga membuatnya kesusahan saat puasanya, Namun Rasul saw berbekam di bulan puasa, maka hal itu sunnah dilakukan walau dibulan puasa jika tidak mempengaruhi ketahanan tubuhnya, jika membuatnya lemah maka makruh. mengenai suntikan jika cairan obat hanya di lokal saja, tak membatalkan puasa, namun jika masuk ke Jauf (jauf= mulai dada hingga dubur), maka membatalkan puasa, suntikan itu umumnya masuk ke aliran darah lalu ke jantung maka membatalkan puasa. Tanya : Apakah orang yang puasa tapi tidak sholat fardhu puasanya sah ? Jawab : Kalau puasa tapi tidak sholat fardhu maka jawabannya ada 2, yaitu : 1. Kalau tidak sholat karena mengingkari kewajiban sholat (sholat tidak termasuk wajib) maka orang tersebut termasuk murtad, jika murtad maka puasanya tidak sah. 2. Kalau tidak sholat karena males saja, tetap menganggap sholat termasuk kewajiban maka puasanya sah, cuman pahala puasanya berkurang, bahkan bisa tidak mendapat pahala, tetapi tidak wajib qodho atas puasanya, cuman sholat wajibnya saja yang harus wajib diqodho Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis nuurus Sa’aadah. Hadits 489. حدثنا سليمان بن حرب قال حدثنا حماد بن زيد عن عاصم عن أبى الضحى قال اجتمع مسروق وشتير بن شكل في المسجد فتقوض إليهما حلق المسجد فقال مسروق لا أرى هؤلاء يجتمعون إلينا إلا ليستمعوا منا خيرا فإما أن تحدث عن عبد الله فأصدقك أنا وإما أن أحدث عن عبد الله فتصدقنى فقال حدث يا أبا عائشة قال هل سمعت عبد الله يقول العينان يزنيان واليدان يزنيان والرجلان يزنيان والفرج يصدق ذلك أو يكذبه فقال نعم قال وأنا سمعته قال فهل سمعت عبد الله يقول ما في القرآن آية أجمع لحلال وحرام وأمر ونهى من هذه الآية إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى قال نعم قال وأنا قد سمعته قال فهل سمعت عبد الله يقول ما في القرآن آية أسرع فرجا من قوله ومن يتق الله يجعل له مخرجا قال نعم قال وأنا قد سمعته قال فهل سمعت عبد الله يقول ما في القرآن آية أشد تفويضا من قوله { يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله } قال نعم قال وأنا سمعته. Telah mengabarkan kepada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ashim, dari Abu Dhuha, ia berkata, Masruq dan Syatir berkumpul di masjid lalu berdatanglah orang-orang mengelilingi mereka berdua, Masruq berkata kepada Syatir : Aku tidak melihat mereka mendatangi kita kecuali mereka ingin mendengar petuah kebaikan dari kita, apabila kamu meriwayatkan dari Abdullah maka aku mempercayaimu dan apabila aku yang meriwayatkan dari Abdullah maka kamu akan mempercayaiku, ia berkata : Sampaikan wahai Abu Aisyah!, la berkata : Apakah engkau mendengar Abdullah berkata : Kedua mata itu berzina, kedua kaki itu berzina dan kemaluan itu membenarkannya atau mendustainya?, la menjawab : Ya, aku mendengarnya, ia berkata : Aku juga telah mendengarnya, la berkata lagi : Apakah engkau mendengar Abdullah berkata bahwa di dalam AI Qur’an ada ayat yang paling memuat hukum halal dan haram, perintah dan larangan yaitu ayat : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. (QS. An Nah : 90), la menjawab : Ya, aku mendengarnya, ia bertanya lagi : Apakah engkau mendengar Abdullah berkata bahwa di dalam AI Qur’an ada ayat paling cepat memberi jalan keluar, yaitu : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah maka akan dijadikan baginya jalan keluar. (QS. Ath Thalaq : 2), la menjawab : Ya, ia berkata : Aku juga mendengarnya, ia bertanya lagi : Apakah engkau mendengar Abdullah berkata bahwa di dalam Al Qur'an ada ayat yang paling (memberi) pemasrahan, yaitu : Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az Zumar : 53), la menjawab : Ya, aku telah mendengarnya. (Kitab Adabul Mufrod – Al Imam Al Hafizh Muhammad Bin Ismail Al Bukhori (Imam Bukhori), Hadits 489, Halaman 181 - 182, Penerbit Sirkah Al Quds Mesir) Hadits 490. حدثنا عبد الأعلى بن مسهر أو بلغني عنه قال حدثنا سعيد بن عبد العزيز عن ربيعة بن يزيد عن أبي إدريس الخولاني عن أبى ذر عن النبي صلى الله عليه وسلم عن الله تبارك وتعالى قال يا عبادي إني قد حرمت الظلم على نفسي وجعلته محرما بينكم فلا تظالموا يا عبادي إنكم الذين تخطئون بالليل والنهار وأنا أغفر الذنوب ولا أبالى فاستغفرونى أغفر لكم يا عبادي كلكم جائع إلا من أطعمته فاستطعموني أطعمكم كلكم عار إلا من كسوته فاستكسونى أكسكم يا عبادي لو أن أولكم وآخركم وإنسكم وجنكم كانوا على قلب أتقى عبد منكم لم يزد ذلك في ملكي شيئا ولو كانوا على أفجر قلب رجل لم ينقص ذلك من ملكى شيئا ولو اجتمعوا في صعيد واحد فسألونى فأعطيت كل إنسان منهم ما سأل لم ينقص ذلك من ملكى شيئا إلا كما ينقص البحر أن يغمس فيه المخيط غمسة واحدة يا عبادي إنما هى أعمالكم أجعلها عليكم فمن وجد خيرا فليحمد الله ومن وجد غير ذلك فلا يلوم إلا نفسه كان أبو إدريس إذا حدث بهذا الحديث جثا على ركبتيه. Telah mengabarkan kepada kami Abdul A'la bin Musahhir, ia berkata, telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Abdul Aziz, dari Rabi’ah bin Yazid, dari Abu ldris Al Khaulani, dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman (dalam hadits Qudsi) : Wahai hamba-hambaKu, Aku haramkan perbuatan zhalim itu pada diri-Ku dan Aku juga haramkan pada diri kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi, wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu sekalian berbuat dosa siang malam dan Aku ampuni dosa-dosamu, tidak peduli kecil maupun besar, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu, wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian lapar kecuali yang Aku berikan makan, maka mintalah makanan pada-Ku niscaya Aku berikan makan, setiap kalian telanjang kecuali yang Aku berikan pakaian, maka mintalah pada-Ku pakaian nicaya Aku berikan kamu pakaian, wahai hamba-hamba-Ku, andaikan orang-orang sebelummu dan sesudahmu serta manusia dan jin dalam kondisi hatinya paling bertakwa, maka itu tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun, dan apabila mereka dalam kondisi paling jahat hatinya, maka itu tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun, dan apabila mereka berkumpul dalam satu tempat dan memohon kepadaKu maka Aku pasti memberi setiap mereka apa yang diminta dan itu tidak akan mengurangi kekuasaanku sedikitpun kecuali seperti lautan menenggelamkan kepulauan sekali saja, wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itu adalah amal perbuatanmu dan Aku kembalikan padamu, maka siapa yang mendapat kebaikan hendaklah memuji Allah dan siapa yang mendapat keburukan maka jangan menyalahkan kecuali pada dirinya sendiri. (Kitab Adabul Mufrod – Al Imam Al Hafizh Muhammad Bin Ismail Al Bukhori (Imam Bukhori), Hadits 490, Halaman 182 - 183, Penerbit Sirkah Al Quds Mesir) Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس

Majelis Nuurus Sa’aadah. Bab Puasa (Kitab Sullamut Taufiq). فَصْلٌ : فِيمَنْ يَجِبُ عليه الصَّوْمُ ومَنْ يَجُوزُ له الفِطْرُ Pasal : Orang yang Wajib Puasa dan yang Boleh Tidak Puasa. يَجِبُ صَوْمُ شَهْرِ رَمَضانَ على كُلِّ مُسْلِمٍ مُكَلَّفٍ؛ ولا يَصِحُّ [الصَّوْمُ ولا يَجُوزُ] مِنْ حائِضٍ ونُفَساءَ، ويَجِبُ عليهما القَضاءُ؛ ويَجُوزُ الفِطْرُ لِمُسافِرٍ سَفَرَ قَصْرٍ، وإنْ لم يَشُقَّ عليه الصَّوْمُ، [ويَجِبُ عليه القَضاءُ]؛ ولمرِيضٍ، وحامِلٍ، ومُرْضِعٍ، [لكِنَّ الثَّلاثَةَ الأُخَرَ إذا] شَقَّ [الصَّوْمُ] عليهم مَشَقَّةً لا تُحتَمَلُ، [أو خافَتِ الأَخِيرَتانِ على نَفْسَيْهِما أو وَلَدَيْهِما، يَجُوزُ لَهُمُ] الفِطْرُ، ويَجِبُ عليهم القَضاءُ، [ويَجِبُ على الأَخِيرَتَيْنِ فِدْيَةٌ إنْ أَفْطَرَتا خَوْفًا على وَلَدَيْهِما فَقَطْ]. Wajib puasa bulan Ramadan bagi setiap muslim mukalaf. Tidak sah dan tidak boleh puasa bagi wanita haid dan perempuan nifas. Wajib bagi keduanya mengqadha puasa yang ditinggalkan. Boleh tidak puasa bagi musafir dalam jarak qashar (82 KM) walaupun dia mampu berpuasa. Wajib baginya mengqadha. Juga bagi orang sakit, hamil dan menyusui akan tetapi ketiga orang ini boleh tidak puasa apabila tidak mampu untuk puasa atau yang kedua terakhir takut pada dirinya atau pada anaknya. Boleh bagi mereka tidak puasa tapi wajib mengqadha. Wajib bagi dua orang terakhir membayar fidyah apabila tidak puasa karena mengkuatirkan anaknya saja. فَصْلٌ : في فَرائِضِ الصَّوْمِ وشُرُوطِه Pasal : Fardu dan Syarat Puasa. ويَجِبُ التَّبْيِيتُ [في صِيامِ الفَرْضِ، بِأنْ يَنْوِيَ بَيْنَ الغُرُوبِ والفَجْرِ صِيامَ غَدٍ]، والتَّعْيينُ [بِأنْ يَسْتَحْضِرَ في ذِهْنِهِ أنَّهُ يَصُومُ عَنْ رَمَضانَ أو نَذْرٍ أو كَفّارَةٍ أو غَيْرِها] في النِّيَّةِ لِكُلِّ يَوْمٍ، والإمْساكُ عن: الجِماعِ، والاسْتِمْناءِ [أي التَّسَبُّبِ عَمْدًا بِخُرُوجِ مَنِيِّهِ بِنَحْوِ لَمسٍ]، والاسْتِقاءَةِ [أي التَّسَبُّبِ عَمْدًا في خَرُوجِ شَيْءٍ مِنْ مَعِدَتِهِ إلى فَمِهِ بِنَحْوِ أُصْبُعِهِ]، وعن الرِّدَّةِ [أي الخُرُوجِ مِنَ الإسْلامِ، بِقَوْلِ كُفْرٍ أو فِعْلِ كُفْرٍ أو اعْتِقادِ كُفْرٍ]، وعَنْ دُخُولِ عَيْنٍ جَوْفًا، إلّا رِيقَهُ الخالِصَ الطّاهِرَ مِنْ مَعْدِنِهِ [أي مَكانِ وُجُودِهِ الأَصْلِيِّ وهو فَمُهُ]. Wajib niat puasa pada malam hari antara maghrib dan subuh untuk puasa besoknya. Dan menentukan yakni menghadirkan dalam hati untuk puasa Ramadan atau nadzar atau kafarat atau lainnya dalam niat setiap harinya. Menahan diri dari: jimak, bercumbu yaitu perbuatan yang menyebabkan keluarnya mani seperti menyentuh. Muntah yang disengaja yakni perbuatan yang sengaja dilakukan supaya muntah seperti dengan jari. Murtad yaitu keluar dari Islam dengan ucapan kufur, perbuatan kufur atau i'tikad kufur. Dari masuknya benda ke rongga kecuali ludah yang bersih dan suci dari perut yaitu tempat asalnya yang asli yakni mulutnya. و[يُشْتَرَطُ لِصِحَّةِ الصَّوْمِ]: أنْ لا يُجَنَّ ولو لَحْظَةً، وأنْ لا يُغْمَى عليه كُلَّ اليَوْمِ [مِنَ الفَجْرِ إلى الغُرُوبِ]، Disyaratkan untuk sahnya puasa: tidak gila walaupun sebentar, tidak epilepsi setiap hari dari subuh sampai maghrib. فَصْلٌ : فِيما يَحْرُمُ صَوْمُهُ Pasal : Waktu Haram Puasa. ولا يَصِحُّ [ولا يَجُوزُ] صَوْمُ العِيدَيْنِ، وأيّامِ التَّشْرِيقِ، وكَذا النِّصْفُ الأَخِيرُ مِنْ شَعْبانَ ويَومُ الشَّكِّ، إلّا أنْ يَصِلَهُ [أي النِّصْفَ الأخِيرَ مِنْ شَعبانَ، ويَوْمَ الشَّكِّ] بِما قَبْلَهُ، أو [يَصُومَهُ] لِقَضاءٍ أو نَذْرٍ أو وِرْدٍ [كاعْتِيادِ سُنَّةِ صَوْمِ الاثْنَيْنِ والخَمِيسِ]. Tidak sah dan tidak boleh puasa pada dua hari raya, hari tasyriq, paruh akhir bulan Sya'ban dan hari syak kecuali kalau bersambung yakni paruh akhir bulan Sya'ban dan hari syak (hari ragu) dengan hari sebelumnya atau puasa untuk qadha, nadzar atau rutin seperti kebiasaan puasa sunnah senin dan kamis. فَصْلٌ : فِيمَنْ أَفْسَدَ صَوْمَ يَوْمٍ مِنْ رَمَضانَ بِجِماعٍ Pasal : Orang yang Batal Puasa Ramadan karena Jimak. ومَنْ أَفْسَدَ صَوْمَ يَوْمٍ مِنْ رَمَضانَ ولا رُخْصَةَ له في فِطْرِهِ بِجِماعٍ، فَعَلَيْهِ الإثْمُ، والقَضاءُ فَوْرًا [أي بَعْدَ يَوْمِ عِيدِ الفِطْرِ]، وكَفّارةُ ظِهارٍ [وهي عِتْقُ رَقَبَةٍ، فَإنْ لم يَسْتَطِعْ فَصِيامُ شَهْرَيْنِ مُتَتابِعَيْنِ، فَإنْ لم يَسْتَطِعْ فَتَمْلِيكُ سِتِّينَ مِسْكِينًا لِكُلِّ واحِدٍ مِلْءُ الكَفَّيْنِ مِنْ غالِبِ قُوتِ البَلَدِ]. Orang yang batal puasa Ramadan karena jimak sedangkan dia tidak ada keringanan untuk tidak puasa maka dia menanggung dosa dan harus segera mengqadha yakni setelah Idul Fitri dan membayar kafarat (tebusan) berupa memerdekakan budak, apabila tidak bisa maka puasa dua bulan berturut-turut, apabila tidak bisa maka memberi makan 60 orang miskin setiap orang sebanyak dua telapak tangan dari makanan pokok suatu tempat. (Kitab Sullamut Taufiq – Al Habib Abdullah bin Husein Bin Thohir, Bab Puasa, Halaman 19, Versi Word, Dan Halaman 28, Penerbit Al Haromain ) Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Abdullah Bin Husain Bin Thahir pengarang kitab Sullamut Taufiq Ila Mahabbatillahi Alat Tahqiq sebagai berikut : الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث سيدي عبد الله بن عبد القادر التليدي الطنجي عن الحافظ السيد احمد بن محمد الغماري عن السيدة الجليلة الشريفة الصالحة سيدة بنت الامام الحبيب عبد الله بن حسين بن طاهر عن والدها رضي الله عنه Dari jalur yang lain : الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة الحبيب سالم بن عبد الله الشاطري عن السيد مصطفى بن أحمد المحضار عن السيد عيدروس بن عمر الحبشي عن المؤلف السيد عبد الله بن حسين بن طاهر رضي الله عنه Website : https://www.shulfialaydrus.com/ dan https://www.shulfialaydrus.id/ Website Majelis Nuurus Sa’aadah : https://www.nurussadah.my.id/ Youtube : https://www.youtube.com/@shulfialaydrusofficial Channel Whatsapp Majelis Nuurus Sa’aadah : https://whatsapp.com/channel/0029VaGk9XSInlqYXl970K32 Instagram : https://www.instagram.com/shulfialaydrus/ Twitter : https://twitter.com/shulfi https://twitter.com/shulfialaydrus Telegram : https://telegram.me/shulfialaydrus/ Telegram Majelis Nuurus Sa'aadah : https://telegram.me/majlisnuurussaadah/ LINE : shulfialaydrus Facebook : Muhammad Shulfi Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrus/ https://www.facebook.com/habibshulfialaydrusofficial/ Facebook Fanpage : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus atau https://www.facebook.com/shulfialaydrusofficial/ Group Facebook : Majelis Nuurus Sa’aadah atau https://www.facebook.com/groups/160814570679672/ Donasi atau infak atau sedekah. Bank BRI Cab. JKT Joglo. Atas Nama : Muhamad Shulfi. No.Rek : 0396-01-011361-50-5. Penulis dan pemberi ijazah : Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus, S.Kom. محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس